1/30/15

Pecinta Tradisi Budaya dan Pariwisata? Bergabunglah disini

Bergabunglah bersama GSI (Gramuda Sabudarta Indonesia) Regional Board wilayah Jawa Timur

Halo rekan-rekan Jawa Timur, ada informasi yang admin bagi nih...

Kamu merasa suka hal-hal budaya dan tradisi?
Suka jalan-jalan menikmati keindahan wisata di daerah sendiri?
Atau suka belajar bahasa dan dialek daerah di nusantara?

GABUNG YUK DI KOMUNITAS REGIONAL GRAMUDA SABUDARTA INDONESIA!

Setelah sukses di tahun kedua merintis Komunitas Regional Jawa Barat. Kali ini kita akan membuka rekrutmen untuk Jawa Timur.

Buat kamu yang ngerasa Arek Jatim atau berdomisili di Jatim, sekolah atau kuliah di Jatim, ngerasa perlu untuk belajar, bertukar pikiran serta berbagi wawasan tentang Jatim. SEGERA YUK! Daftar di rekrutmen Komunitas Gramuda Sabudarta Indonesia Jawa Timur. 

Buat kamu yang berminat langsung aja yuk DAFTAR SEKARANG JUGA dengan mengisi formulir online disini https://goo.gl/aLxgrS. 

Pendaftaran dibuka 30 Januari - 8 Februari 2015

Jika ada pertanyaan bisa menghubungi di sini.

Salam Muda Sabudarta!

#OpRecGSIRegionalBoard2015

Refleksi Diri (Pemuda) Menuju MEA

:: Penguatan Peran Pemuda Menghadapi AEC 2015 dan Post MDGs ::

ASEAN Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan antara 10 negara ASEAN untuk membentuk pasar bebas di kawasan ASEAN. Indonesia sebagai salah satu bagian dari ASEAN turut menyambut kesepakatan tersebut. Tantangan dan momentum pasar bebas yang dimulai dari penerapan AEC 2015 adalah peristiwa yang harus mendapat perhatian dan peran strategis dari masyarakat khususnya pemuda. Mengapa pemuda? Secara geografis 53 persen wilayah Asean adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan, secara demografis, 43 persen penduduk Asean yang mencapai 600 juta lebih, adalah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta lebih. Dan komposisi penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh usia produktif yaitu pemuda. Dalam konteks pasar bebas ini, pemuda memiliki peran yang penting dan strategis menyambut pasar bebas tersebut. Peran yang dimaksud antara lain pemuda sebagai human resource, komoditi tenaga kerja, pasar dan pelaku usaha.

Pertama, pemuda sebagai human resource dan komoditi tenaga kerja merupakan dampak dari keuntungan demografis dimana besarnya proporsi penduduk Indonesia adalah penduduk usia produktif. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah pemuda sekarang 62,6 juta atau 24,8% dari penduduk Indonesia. Pemuda sebagai sumber daya yang produktif, energik dan memiliki etos kerja tinggi tentunya menjadi peluang potensial bagi Indonesia memiliki SDM yang mampu bersaing di pasar bebas Asean. Peran pemerintah dalam mengembangkan sektor kepemudaan melalui pendidikan berguna untuk menciptakan sumber daya manusia yang tidak hanya berkualitas secara akademis tetapi juga memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja ASEAN bahkan dunia. Namun mengingat sering dikeluhkan kualitas lulusan pendidikan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja akhirnya para sarjana masih harus menelan kenyataan pahit menjadi pengangguran intelektual setelah lulus karna kurangnya kualifikasi pasar tenaga kerja dan tidak memiliki daya saing. Oleh karena itu  langkah yang ditempuh selain memperbaiki kualitas pendidikan formal sebagai upaya untuk memperkuat peran pemuda sebagai human resource dan komoditi tenaga kerja yaitu peningkatan skala kuantitas dan kualitas ekstra sekolah atau ekstra kampus (pendidikan non formal) melalui pengkaderan, pelatihan (training) kepemimpinan, pendampingan melalui forum diskusi, berkelanjutan dan atau berjenjang. Selain dari hard skill, pemuda juga harus memiliki soft skill. Keduanya merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan. Namun, porsi yang dibutuhkan antara hard skill dan soft skill akan berbeda. Soft skill sekitar 80% dan sisanya 20% adalah hard skill. Karena kesuksesan tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Hard skill yaitu penguasaan mengenai ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang sedang dipelajari. Sedangkan soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal skill) dan keterampilan mengatur diri sendiri (intra-personal skill). Inter-personal skill diantaranya adalah kemampuan dalam berkomunikasi, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bernegosiasi, kemampuan berpresentasi, mengatur stress pada diri sendiri, manajemen waktu, analisa keputusan, dan lain-lain. Contoh perilaku yang mencerminkan kemampuan soft skill adalah kemampuan bekerja sama, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah, dan lain-lain. Dengan menguasai kedua skill tersebut, pemuda siap untuk bersaing dalam pasar bebas. Karena selain memiliki kemampuan dan pengetahuan mereka juga memiliki kemampuan inter-personal dan intra-personal.

Kedua, pemuda sebagai pasar merupakan segmen pasar yang besar dan potensial di ASEAN. Makanan, pakaian dan life style dari pemuda Indonesia adalah potensi pangsa pasar yang dimaksud. Namun ada hal yang dikhawatirkan terkait dengan pangsa pasar pemuda ini, yaitu cenderung sebagai konsumen produk asing. Kekhawatiran tersebut ada berdasarkan beberapa indikasi. Jika kita koreksi dan merenung pada diri sendiri “Lebih suka melihat film produksi luar negeri atau dalam negeri?”, “Lebih suka belanja di waralaba atau di pasar?”, “Apa merk tas kita?” jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut lebih cenderung kearah pada apa yang dijual oleh perusahaan negara lain. Tidak ada salahnya memilih produk barang dan jasa dari luar negeri, tetapi perlu diingat bahwa tidak selamanya yang memiliki brand luar negeri itu lenih unggu dari produk dalam negeri. Cinta pada produk dalam negeri merupakan proteksi kultural dari kejadian tersebut. Proteksi kultural ini harus dibarengi dengan peningkatan kualitas barang dan jasa demi kedaulatan ekonomi nasional. Peran aktif pemuda juga sebagai pelopor konsumen berjiwa nasionalisme.

Ketiga, pemuda sebagai pelaku usaha. Mantan Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan menyebutkan, jumlah pengusaha Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk. Jumlah ini jauh tertinggal dengan Amerika yang 12 persen, Jepang yang 10 persen, Singapura yang 7 persen, dan seterusnya. Sementara, pengusaha muda, berdasar data keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) hanya 25 ribu lebih saja. Jangan sampai pemuda Indonesia disebut sebagai konsumen bukan produsen. Jiwa-jiwa wirausaha tidak hanya perlu ditumbuhkan saja tetapi harus diterapkan dalam kehidupan nyata. Menghadapi pasar bebas ASEAN, pemuda perlu mengembangkan diri dan berani membuka suatu usaha. Usaha yang dibuka tidak hanya usaha untuk menghasilkan suatu produk barang dan jasa, tetapi usaha yang mampu bersaing dengan negara lain. Bagaimana caranya? Usaha yang dikembangkan pun bukan sekedar usaha biasa, tetapi juga harus usaha tersebut harus kreatif, inovatif, memiliki ciri khas sehingga menarik perhatian negara lain dan menghasilkan produk dengan kualitas unggul. Selain itu, pemuda juga bisa mengembangkan potensi Indonesia yaitu kekayaan alam dan budayanya. Seperti contoh dibangunnya desa wisata. Pemuda dengan bantuan masyarakat setempat mengolah kawasan desa menjadi objek wisata baru dan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat desa seperti menjual makanan khas, hasil kerajinan, pameran kebudayaan setempat, dan lain-lain. Hal ini merupakan contoh kecil dimana pemuda dituntut memiliki keberanian membuka usaha yang kreatif sebagai wujud penguatan peran pemuda sebagai pengusaha dalam era AEC 2015 sehingga mereka siap bersaing dan tidak hanya menjadi negara konsumer.
Menghadapi ASEAN Economic Community, pemuda harus mengembangkan potensi diri. Selain contoh di atas, kemampuan dasar yang harus dikembangkan pemuda dan menjadi ujung tombak dalam pasar bebas ASEAN adalah penguasaan bahasa asing, terlebih bahasa inggris yang menjadi bahasa internasional. Kenapa perlu penguasaan bahasa asing? Karena pada pasar bebas tersebut dimana para pelaku ekonomi terdiri dari negara-negara Asia Tenggara yang akan saling berkomunikasi, bersinergi, melakukan suatu transaksi, tenaga kerja Indonesia ke negara lain dan sebaliknya atau kegiatan kegiatan kerjasama lainnya, mereka membutuhkan bahasa pengantar yang dapat dimengerti  dan digunakan secara global, di sinilah peran bahasa internasional yang digunakan untuk menjadi bahasa pemersatu antar negara. Dengan menguasai bahasa asing yang baik, mereka akan mampu berkomunikasi dengan warga negara lain sehingga antar negara yang bekerja sama dapat menjalankan bisnisnya dengan lancar.

Upaya-upaya di atas merupakan strategi yang digunakan agar pemuda berperan optimal dalam AEC dan tujuan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dapat terwujud sehingga diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi. Hal ini juga termasuk dalam Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium yang ingin dicapai Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya.
Deklarasi MDGs adalah paradigma pembangunan global yang dideklarasikan KTT Milenium oleh 189 negara anggota PBB di New York pada September 2000. Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya mengatasi masalah yang berkaitan tentang kemanusiaan, perdamaian, keamanan dan pembangunan. Arah pembangunan global yang dirumuskan MDGs ada beberapa tujuan yaitu :

Guna mendukung tujuan AEC dan MDGs, perlu adanya sinergi dari seluruh elemen masyarakat. Sebagai pemuda intelektual (mahasiswa), ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat menyongsong tujuan-tujuan tersebut. Misalnya mengikuti PKM Dikti yang terdiri dari PKM Kewirausahaan dimana melatih mahasiswa untuk berwirausaha dengan jenis usaha yang kreatif, PKM Pegabdian Masyarakat dimana mahasiswa dapat membuat suatu proyek yang berguna untuk membantu masyarakat di wilayah tertentu, mengikuti forum kepemudaan seperti Indonesian Youth Forum, mengadakan kegiatan bakti sosial, mengadakan festival hijau dan kegiatan lain yang sesuai dengan hal-hal di atas. Meskipun dimulai dari hal kecil tetapi jika dilakukan secara intensif, berkelanjutan dan dilakukan oleh hampir seluruh pemuda Indonesia maka dampaknya akan besar. Bukan tidak mungkin bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan pembangunan milenium.

Referensi :
1. Pemuda Sebagai Tokoh Sentral
2. Menguatkan Karakter Nasionalisme Pemuda
3. MEA 2015, Pemuda dimana?
4. Peran Pemuda Indonesia dalam AEC 2015

5. Delapan Tujuan MDGs

#Lassvera
1/25/15

Komunitas "Aku Tresno Trenggalek"

"Melakukan sesuatu untuk Kabupaten Trenggalek"

Ya, itulah yang menjadi visi komunitas "Aku Tresno Trenggalek".
Komunitas ini memang masih seumur jagung, baru dibentuk tanggal 31 Desember 2014 lalu. Namun kami sudah memiliki 'sesuatu' untuk Trenggalek.

Saat ini, komunitas Aku Tresno Trenggalek (#ATT) sedang merintis sebuah proyek sosial yaitu Desa Wisata Munjungan. Komunitas ini mengambil fokus perhatian di bidang pariwisata, karena pariwisata bersifat multidimensi. Dari pariwisata, dampaknya akan ke berbagai hal seperti perekonomian, kebudayaan, lingkungan, skill, dan lain-lain. Berikut deskripsi singkat proyek sosial yang sedang kami rintis.
Desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang memiliki ciri dan karakter untuk menjadi daerah tujuan wisata. Dalam proyek ini, desa yang akan dipilih sebagai obyek desa wisata adalah desa Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Kawasan ini memiliki beberapa potensi yang dapat menjadi daya tarik antara lain objek wisata alam yang memiliki lebih dari 10 pantai, dan budaya seperti jaranan, latihan gamelan, perayaan upacara adat longkangan dan agrowisata seperti petik cengkeh, petik durian, dan lain-lain.  Pembangunan desa wisata Munjungan ini turut mendukung kebijakan pemerintah mengenai pembangunan yang akan difokuskan pada pedesaan, sesuai dengan UU Otonomi Daerah No. 22/99. Dengan pembangunan yang fokus di pedesaan diharapkan akan terjadi perubahan sosial kemasyarakatan dari urbanisasi ke ruralisasi (orang-orang kota pergi ke desa untuk berekreasi). Yang selama ini terjadi karena pembangunan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan, sehingga orang-orang desa banyak pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, dan kemudian menetap di kota. Dengan dibangun desa wisata masyarakat akan semakin terdorong untuk menjaga lingkungan dan nilai-nilai tradisi, seni dan budaya. Selain itu, keberadaan desa wisata akan memberdayakan masyarakat untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Desa wisata tidak hanya mengenai wisatawan yang berwisata, tetapi juga sebagai penopang perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kedatangan wisatawan ke desa juga akan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat desa seperti menjual hasil kerajinan, makanan khas pedesaan, dan lain-lain. Ini berarti membuka lapangan kerja baru dan tambahan income bagi masyarakat desa. (oleh : Berdit Zanzabela)

Untuk warga Trenggalek yang cinta bumi Menak Sopal, mari dukung proyek ini dengan memiliki kaos #ATT.
Dengan memiliki kaos ini kalian sudah ikut menyumbang untuk pembangunan desa wisata Munjungan.

Adapun launching perdana komunitas "Aku Tresno Trenggalek" akan digelar pada hari Minggu, 25 Januari 2015 di alun-alun (tepatnya saat Car Free Day). Acara akan dimeriahkan dengan kegiatan senam pagi dan live music (pakaian kaos #ATT, jika belum punya baju bebas).

Blog : http://akutresnotrenggalek.blogspot.com
FB : Aku Tresno Trenggalek
Instagram : @akutresnotrenggalek

#socialproject  #akutresnotrenggalek 
#passion  #Lassvera


1/2/15

Sudah tahun 2015, apa kabar ASEAN Economic 2015?

Sudah tahun 2015.
Hal yang saya ingat saat ini adalah, apa kabar ASEAN Economic 2015?

Entah kenapa saya teringat dengan AEC. Di usia yang sudah bukan usia belasan, saya merasa was was. Akan ada kejutan apa di tahun 2015 ini, terlebih program se-ASEAN yang mulai dicanangkan tahun 2015 ini.
Apakah anda siap?