7/11/15

Informasi Beasiswa DataPrint 2015

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun kelima. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 hingga 2014, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.

Di tahun 2015 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu!

Informasi selengkapnya bisa kamu cek di www.beasiswadataprint.com dan www.dataprint.co.id J
Periode pendaftaran dibuka mulai 1 Juli 2015 hingga 25 Desember 2015.
Pengumuman tanggal 13 Januari 2016.
Semoga bermanfaat!

Salam sukses.


(Admin/Zan)
7/2/15

Nostalgia Permainan Tradisional yang Tenar di Era 90'an

Nostalgia dengan masa kecil, masa-masa dimana ujian terberat dalam hidup adalah tugas Matematika.. wkwkwk... (abaikan) Masa kecil era 90'an yang masih lekat dengan permainan tradisionalnya. Saya paling suka permainan gobak sodor, permainan yang memberi kesempatan bagi kami untuk lari pecicilan dan harus gesit. Supaya bisa lolos dari penjagaan lawan. 

Sayangnya, di era saat ini anak-anak lebih suka bermain gadget di rumah daripada bermain permainan tradisional yang menyatu dengan alam dan berinteraksi dengan teman-teman seusianya. Permainan tradisional dirasa ketinggalan zaman dan tidak menarik bagi mereka. Akibatnya, interaksi sosial anak dengan sekitarnya menjadi minim. Beberapa manfaat yang didapatkan dari permainan tradisional adalah :
  1. Anak belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan
  2. Mengasah kemampuan anak dalam mengatur strategi dan fokus dalam bermain, seperti bermain gundu.
  3. Membentuk mental anak yang tidak cuek terhadap teman dan lingkungan sekitar.
  4. Dengan bermain permainan tradisional, secara tidak langsung turut berperan aktif dalam pelestarisan budaya Indonesia.

5 Permainan Tradisional
Beberapa macam permainan tradisional Indonesia sangat beragam, seperti : engklek, dakon atau congklak, gobak sodor, ular naga, bentengan, gundu atau permainan kelereng, cublak cublak suweng, dan masih banyak lagi. Berikut ulasannya.

Engklek
Engklek adalah permainan tradisional lompat-lompatan dengan 1 kaki menggunakan petak-petak pada bidang datar. Permainan ini berasal dari Jawa. Cara bermainnya adalah sebagai berikut :
  • Pemain yang mendapat giliran bermain melemparkan gacuk pada petak no.1 yang digambar di tanah.
  • Pemain melompat menggunakan satu kaki disetiap petak. Petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak atau ditempati oleh setiap pemain. Di petak no.4 dan no.6 pemain dapat menginjakkan kedua kaki karena merupakan petak istirahat.
  • Sebelum kembali ke kotak awal, pemain berhenti di kotak belakang petak yang terdapat gacuk, dengan 1 kaki, badan membungkuk untuk mengambil gacuk.
  • Pemain yang menyelesaikan satu putaran dapat memiliki sawah. Pemain melemparkan gacuk dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawahnya”, artinya dipetak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan.
Manfaat: Melatih strategi, ketangkasan, sosialisasi, kesabaran, dan keseimbangan berpikir dan bergerak.
Berikut videonya :

Dakon atau Congklak
Congklak atau biasa disebut Dakon adalah permainan antar 2 orang memainkan biji-biji di atas papan kayu atau plastik. Permainan ini berasal dari Jawa. Cara bermain dakon adalah sebagai berikut :
  • Pada awal permainan, setiap lubang kecil diisi biji congklak sesuai dengan jumlah pasangan congklaknya. Umumnya masing-masing diisi 7 biji.
  • Dua orang pemain berhadapan dengan papan congklak di antara mereka dan mengundi siapa yang memainkan terlebih dulu.
  • Orang yang mendapat giliran untuk memulai terlebih dahulu mengambil biji-biji di salah satu lubang yang dipilih dan meletakkannya satu biji ke lubang di sebelah kanannya, kemudian satu per satu ke lubang-lubang selanjutnya searah jarum jam, termasuk lubang induk sendiri. Lubang induk milik lawan tidak boleh diisi.
  • Setiap biji habis, maka pemain langsung mengambil biji-biji yang ada dilubang terakhir termasuk biji terakhir tersebut dan membagikannya kembali. Demikian terus menerus sampai pemain menemukan lubang yang kosong dan berhenti. Dengan demikian giliran bermain pindah pada lawannya.
  • Untuk menentukan pemenang, dihitung jumlah biji-bijian di masing-masing lubang induk, yang punya biji terbanyak adalah pemenangnya. 
Manfaat : Melatih strategi, kesabaran, dan ketelitian.
Berikut videonya :

Gobak Sodor
Gobak sodor atau juga disebut Galah Asin adalah permainan menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik. Jumlah pemain 6-10 anak, dibagi menjadi 2 tim. Cara bermain gobak sodor adalah sebagai berikut :
  • Pemain dari tim A menjaga garis yang telah ditentukan. Pemain dari Tim B berjaga dan berusaha menyentuh pemain lawan dengan menggunakan tangannya, sehingga pemain lawan tidak bisa melewati garis.
Manfaat : Kerja sama, kekompakan, kekuatan, kesehatan, kecepatan, dan kecerdikan.
Berikut videonya :


Ular Naga
Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak di luar rumah. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas sambil menyanyikan lagu : "Ular naga panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat, itu yang dicari. Kini dianya yang terbelakang."
Jumlah pemain ular naga adalah 2 anak sebagai gerbang dan anak-anak lain berjumlah 5 Orang atau lebih sebagai ekor dari masing-masing gerbang. Cara bermainnya : Setelah kedua gerbang memilih anak yang ditangkap, anak tersebut diberikan kesempatan untuk memilih gerbang mana yang akan dia pilih. Kemudian, anak tersebut ditempatkan di belakang gerbang yang dipilihnya.
Manfaat : Ketangkasan, kekompakan, sosialisisasi, dan kecerdasan.
Berikut videonya :


Bentengan
Benteng adalah permainan menyerang dan mengambil alih benteng lawan. Jumlah pemainnya terdiri dari 4 orang atau lebih, dibagi menjadi 2 tim. Jumlah pemain harus genap agar kedua tim berjumlah seimbang. Cara main : Menyentuh tiang atau pilar lawan dan meneriakkan kata “benteng”.
Manfaat : Melatih strategi, kerja sama, kekompakan, kekuatan, kesehatan, dan kecepatan.
Berikut videonya :


Gundu atau Kelereng
Gundu atau kelereng atau yang disebut neker dalam bahasa jawa adalah bola kaca berukuran kecil rata-rata 1,2 cm – 6 cm. Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki, namun ada juga anak perempuan yang memainkan gundu. Permainan ini bisa dimainkan 2-5 anak dan mereka membawa gundunya masing-masing. Persiapan yang dilakukan adalah tempat untuk bermain gundu biasanya di tanah berpasir atau lapangan. Cara bermain:
  • Gambar lingkaran kecil di tanah. Semua anak menaruh sebutir kelereng di dalam lingkaran.
  • Lalu semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran, di belakang sebuah garis. Secara bergantian, lemparkan sebutir kelereng lainnya ke arah lingkaran. Anak  yang kelerengnya paling jauh dari lingkaran, boleh main lebih dulu.
  • Dia harus memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai “Penyerang” untuk memukul kelereng di dalam lingkaran keluar. Kalau berhasil melakukannya, maka ia boleh menyimpan setiap kelereng yang kena jentik.
  • Cara menjentik kelereng: pertemukan ibu jari dengan jari tengah. Sentilkan kedua jari tepat pada gundu.
  • Kelereng “Penyerang” harus tetap tinggal di dalam lingkaran. Kalau tidak, maka anak yang memilikinya akan kehilangan kelereng tersebut.
  • Pemenang adalah anak yang mengumpulkan kelereng atau gundu terbanyak.

Manfaat: Melatih keterampilan motorik, melatih kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan berhitung,  mengasah keterampilan sosial dan melatih anak mengendalikan emosi.


(Admin/Zan)
Sumber : KaskusAyahBunda
7/1/15

Potret Pendidikan di Finlandia


Semasa sekolah dulu, rasanya mustahil kamu bisa dijuluki murid pintar kalau dapat ranking bontot. Apalagi kalau gak lulus ujian nasional, rasanya dunia selesai di titik itu. Ketatnya persaingan waktu sekolah mungkin memang bertujuan supaya kitaa berlomba-lomba jadi lebih pintar. Tapi tahukah kamu, negara dengan pendidikan terbaik dan murid terpintar di dunia yaitu Finlandia justru melakukan hal yang sebaliknya?
Berbeda dengan kita yang harus menghadapi ujian nasional tiap mau naik jenjang sekolah, 
seumur-umur pelajar di Finlandia hanya menghadapi 1 ujian nasional ketika mereka berumur 16 tahun. Tidak hanya minim pekerjaan rumah, pelajar di Finlandia juga mendapatkan waktu istirahat hampir 3 kali lebih lama daripada pelajar di negara lain. Namun dengan sistem yang leluasa entah bagaimana mereka justru bisa belajar lebih baik dan jadi lebih pintar

*** Orang tua jaman sekarang pasti udah rempong kalau mikir pendidikan anak. Anaknya belum genap 3 tahun aja udah ngantri dapat pre-school bagus gara-gara takut kalau dari awal sekolahnya gak bagus, nantinya susah dapat SD, SMP, atau SMA yang bagus.
Di Finlandia tidak ada kekhawatiran seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak baru boleh mulai bersekolah ketika berumur 7 tahun.
Awal yang lebih telat jika dibandingkan negara-negara lain itu justru berasal dari pertimbangan mendalam terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga meyakini keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban sendiri. Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan penilaian tugas tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga jenjang SMA pun, permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.
Pelajar di Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar. Maka dari itu meskipun mulai telat, tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA ). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia.

*** Tahukah kamu bahwa untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat selama 15 menit? Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.

*** Satu lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia gak usah pusing-pusing milih sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di Finland itu sama bagusnya. Dan yang lebih penting lagi, sama gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun atas dasar kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan, tapi menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.
Reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga antara sekolah gak perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur dengan peraturan ketat untuk tidak membebankan biaya tinggi kepada siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana, hanya terdapat segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama.
Tidak berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga menyediakan fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti makan siang, biaya kesehatan, dan angkutan sekolah secara cuma-cuma. Memang sih sistem seperti ini mungkin berjalan karena kemapanan perekonomian Finlandia. Tapi jika memahami sentralnya peran pendidikan dalam membentuk masa depan bangsa, seharusnya semua negara juga berinvestasi besar untuk pendidikan. Asal gak akhirnya dikorupsi aja sih.

*** Disamping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari pemerintah, penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua sekolah di Finlandia adalah mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di Finlandia. Pendapatan guru di Finlandia pun lebih dari dua kali lipat dari guru di Amerika Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia diwajibkan memegang gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.
Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja kualitas, pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain. Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak cuma berdiri di depan kelas.
Jika Indonesia ingin semaju Finlandia dalam urusan pendidikan, guru-guru kita selayaknya juga harus mendapatkan sokongan sebagus ini. Kalau perhatian kita ke guru kurang, kenapa kita menuntut mereka harus memberikan yang terbaik dalam proses pembelajaran? Tidak adil ‘kan?

*** Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.
Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan potensinya secara maksimal.

*** Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekedar tahu dan siap tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.

*** Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’.
Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.

Emang sih kita gak bisa serta merta menyontek sistem pendidikan Finlandia dan langsung menerapkannya di Indonesia. Dengan berbagai perbedaan institusional atau budaya, hasilnya juga mungkin gak bakal sama.
Tapi gak ada salahnya ‘kan belajar dari negara yang udah sukses dengan reformasi pendidikannya. Siapa tahu bisa menginspirasi adminitrasi baru untuk mengadakan perubahan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik **

Source : www.hipwee.com (via FB Bambang Harianto PakDor)