2/13/13

Ada yang Lebih Penting dari sekedar ‘Cinta’

#now playing  Cinta Sejati - BCL

Ketika banyak orang terharu dengan kisah cinta Habibie Ainun, ketika semua menangis saat adegan detik-detik kematian Ainun dan ketika semua kompak update status di beberapa social media dengan kata mutiara cinta di film itu, justru saya merasa melayang antara alam sadar dan bawah sadar. Saya tidak menangis bukan karena saya tidak normal menanggapi kisah cinta abadi itu, tapi ada yang lebih penting untuk disoroti dari sekedar Cinta.

Saat muncul setting pertama, Jerman. “Wow”, satu kata itulah yang saya ungkapkan.
Ketika muncul adegan beberapa orang asing sedikit mencemooh mengenai orang Indonesia, yaa saya tahu itu sekedar skenario dalam film, TAPI “Apa segitunya ya Indonesia?” Karena, sedikit banyak cerita dalam sinetron atau film pasti terinspirasi dari beberapa fakta kehidupan yang ada.

Tanpa diminta atau diperintah, Habibie berjanji pada bumi pertiwi, dia akan kembali ke Indonesia dan membangun Negara kelahirannya itu setelah masa study-nya. Dia masih memiliki kesadaran untuk berbakti kepada bangsa di tengah-tengah kehidupan Jerman yang mungkin jauh berbeda dengan Indonesia yang kacau saat itu. Coba kalau sekarang? Adakah orang seperti itu? Saya pun tak berani menjamin, misal diri saya di posisi Habibie masih memiliki kesadaran untuk kembali. “Miris”.

Hingga akhirnya pesawat buatan orang Indonesia diterbangkan, mungkin masa itu menjadi masa yang mencengangkan. Hanya dengan menonton flashback video terkait penerbangan pesawat perdana yang di hadiri Presiden Soeharto kala itu dalam film Habibie Ainun, rasanya WOW BANGET.

“Setelah Pak Habibie, siapa lagi?”

Ditengah cerita yang banyak orang terkagum-kagum dengan kisah cinta abadi, saya masih sangat terngiang dengan dialog Pak Habibie dan Ibu Ainun hampir di ending cerita. Mungkin tidak persis kalimatnya, namun inti dari isi kalimat sama.

“Pesawat yang sudah ada ini dapat menghubungkan antar pulau dan murah. Kalau ini bisa berkembang, pasti banyak infrastruktur yang ikut berkembang. Bangsa ini bisa menjadi bangsa yang mandiri. Tapi, kenapa orang-orang itu tidak percaya?” ucap Presiden Habibie di tengah gejolak penurunan jabatannya.
“Ada banyak cara untuk mencintai bangsa ini” jawab Ibu Ainun kala itu.
Ya hanya dua dialog ini yang saya bawa pulang.

“Iya ya, t’rus siapa lagi setelah Pak Habibie?” lagi-lagi pertanyaan yang sama dariku.