4/8/21

Cerita Sertifikasi Skema Penulisan Buku Non Fiksi


Apa yang kalian bayangkan kalau ikutan sertifikasi kepenulisan buku non-fiksi?

Oh.. sudah harus nerbitin buku banyaaak. Atau
Ooo... bekerja di penerbitan ternama. Atau
Sudah jadi penulis yang karya-karynya viraallll.

Hehehe.. itu pun juga yang ada di benak saya. Namun setelah mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh UNITOMO Press bekerjasama dengan LSP PEP Jakarta (1/4), ada beberapa hal baru yang saya ketahui tentang sertifikasi penulis dan editor.

Ada empat pilihan skema yang bisa diikuti dalam ujian sertifikasi kompetensi BNSP ini, yaitu skema penulisan buku non-fiksi, skema penyuntingan naskah, skema penyuntingan akuisisi dan skema penyuntingan substantif.

Waktu itu saya mengikuti skema untuk penulisan buku non-fiksi karena memang tujuannya berkaitan dengan menyusun modul atau bahan ajar. Dan ternyata syarat untuk mengikuti sertifikasi ini terbagi menjadi dua jalur. Yang pertama adalah jalur pendidikan dan kedua jalur non-pendidikan.

Untuk jalur pendidikan, peserta merupakan mahasiswa minimal semester 4 dan atau lulusan dari jurusan Ilmu Budaya, Ilmu Komunikasi dam Ilmu Penerbitan. Dan untuk jalur pendidikan ini, bagi kalian yang sama sekali belum pernah menulis buku atau menghasilkan karya berupa buku, maka kalian bisa mengikuti mekanisme uji kompetensi untuk non portfolio.

Tetapi untuk kalian yang bukan berasal dari ketiga jurusan tersebut, namun sudah memiliki karya buku atau saat ini bekerja sebagai penulis atau editor di suatu perusahaan penerbitan, maka kalian bisa memilih kategori non-pendidikan dengan mekanisme asesmen portofolio (jika tulisan saya kurang tepatm mohon revisinya melalui kolom komentar).

Sedangkan untuk syarat dokumen yang harus dilengkapi adalah ijazah terakhir minimal D2, identitas KTP, pasfoto 4x6 berlatar merah, CV terbaru yang ditanda tangani, sertifikat pelatihan kompetensi di bidang penulisan buku non fiksi (jika ada), cover buku karya (jika ada), surat keterangan bekerja sebagai penulis dari lembaga penerbitan (jika ada), dan tiga buah cover karya buku ber-ISBN (jika akan mengikuti uji dengan metode portofolio). Untuk persyaratan skema yang lain bisa cek di sini.

Setelah mendaftarkan diri, peserta akan mendapatkan konfirmasi melalui email atau SMS dan mendapatkan usernam dan password untuk login di website Sistem Sertifikasi LSP (lsppenuliseditor.id). Jika ada berkas/dokumen yang belum dilengkapi, maka akan ada pemberitahuan dalam email tersebut. Setelah berkas dilengkapi dan lolos verifikasi, bagi yang mendaftar seperti saya untuk kategori pendidikan dengan jenis asesmen non portofolio maka akan muncul tampilan seperti ini :


Jika beberapa saat teman-teman sudah login ke akun dan muncul tanda merah pada poin pertanyaan tulisan dan observasi seperti tampilan di bawah ini, maka segera konfirmasi ke asesor atau panitia setempat agar dibantu untuk proses verifikasi dan Anda lekas bisa mengerjakan soal pertanyaan.


Namun, jika kalian mengikuti uji kompetensi dengan jenis asesmen portofolio, maka tampilannya akan seperti ini :



Nah kembali ke asesmen non-portofolio yang saya jalani. Waktu itu terdapat sebanyak 30 pertanyaan pilihan ganda yang harus saya kerjakan dengan durasi skeitar 25 atau 35 menit (maaf agak lupa hehe). Jenis-jenis pertanyaannya mulai dari hal mendasar seperti menentukan kalimat dengan tanda baca yang tepat, menyebutkan tiga bagian buku meliputi pembuka-isi-penyudah, tahapan pra menulis non-fiksi, imbuhan di-, contoh kalimat mubadzir, menulis memoar, tahapan menulis naskah non-fiksi, dan lain-lain yang berkaitan dengan penulisan buku non-fiksi.

Kemudian setelah selesai submit semua jawaban, dilanjutkan dengan Observasi / Praktek yang terdiri dari 3 soal dan harus dikerjakan kurang lebih sekitar 40-45 menit saja. Pertanyaan pertama, peserta diminta menuliskan dengan menggunakan Style Heading dengan tema Waspada Pandemi Kini dan Nanti, pertanyaan kedua peserta diminta membuat Prakata yang berkaitan dengan tema di pertanyaan pertama maksimal 500 kata dan pertanyaan terakhir adalah menuliskan daftar pustaka dari 5 daftar buku yang tertera di soal pertanyaan. Semua hasil pengerjaan dituliskan dalam format word dengan ketentuan font Times New Roman ukuran 12, spasi 1,5 dan margin normal.

Tahap terakhir yaitu wawancara dengan asesor. Waktu itu saya berkesempatan untuk diuji oleh asesor dari Universitas dr. Soetomo Surabaya yaitu Dr. Dian Ferriswara. Awalnya sudah berpikir yang macam-macam, karena memang saya 1x pun belum pernah menulis buku. Hanya bondo nekat, tapi memang sejak SMA saya senang menulis baik di Karya Tulis Ilmiah, menjadi bagian pewawancara dan redaksi majalah sekolah, suka blogging juga dan sampai saat ini masih gemar menulis artikel, script berita atau untuk keperluan voice over video iklan UMKM. Ternyata setelah dilalui, tidak semenyeramkan seperti yang saya kira. Beberapa pertanyaan tertulis cukup membantu saya secara teoritis menjawab pertanyaan asesor meski sebelumnya belum pernah 1x pun saya mengikuti pelatihan menulis atau workshop sejenis.

Nah, sekedar referensi untuk teman-teman yang ingin mengikuti uji kompetensi seperti saya, beberapa pertanyaan yang diajukan asesor waktu itu berkaitan dengan tahapan pra menulis buku non-fiksi, ciri utama naskah non-fiksi & fiksi, perbedaan Pra Kata dan Kata Pengantar, apa saja yang termuat dalam Pra Kata, bagian-bagian pembuka buku, perbedaan index dengan glosarium, daftar pustaka, tujuan membuat modul atau buku ajar, hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan sumber bacaan, cara untuk mendapatkan data bacaan, penulisan berbasis momentum, dan lain-lain.

Hampir secara keseluruhan saya menjawab hanya berbekal pengalaman saya hobi menulis KTI sejak SMA, dan sisanya dari pengalaman menulis skripsi dan tesis selama kuliah. Ada yang "beruntung" cukup familiar sehingga bisa menjawab pertanyaan asesor, tapi ada juga yang saya jawabnya "ngasal" dengan struktur jawaban yang acakadut. Tapi yang membuat saya semangat adalah kata-kata Pak Dian waktu itu, "Saya hanya menilai kompeten dan tidaknya sebagai seorang penulis, kalau untuk pengetahuan atau teori itu bisa dipelajari". Dari situ, ya saya menjawab sebisa saya meski ada beberapa yang kurang tepat tapi ya tidak terlalu zonk lah ya. Masih nyrempet-nyrempet. Hehehe... Setelah kira-kira 20 menit sesi wawancara selesai, beliau juga memeriksa hasil pengerjaan soal praktik saya. Ada beberapa masukan dan evaluasi atas hasil kerja saya.

Ada satu soal yang saya kurang tepat dalam mengerjakan.
Seharusnya saya hanya diminta untuk menuliskan outline saja, tetapi saya justru menuliskannya lengkap seperti artikel. Tetapi ada hikmahnya, Pak Dian justru kaget dengan waktu sangat singkat tetapi bisa menulis sebanyak itu. Hal ini justru membuat Pak Dian semakin yakin meski saya belum pernah menulis buku, tetapi memang ada kompetensi sebagai penulis. Hehehe.. padahal salah jawab, tapi malah ada hikmahnya. Karena memang hanya dalam kurun waktu 2 jam saja, peserta diuji dimana asesor tentu tidak mengenal kita dan kita yang harus benar-benar meyakinkan bahwa kita punya kompetensi di bidang penulisan non-fiksi.

Ketika sudah selesai, asesor pun meminta saya untuk login ke akun dan mengisi beberapa umpan balik. Setelah selesai submit, muncullah hasilnya seperti ini :



Wih.. Tidak menyangka.
Memang terkadang untuk memulai hal baru, musuh terbesar justru bukan orang lain tetapi diri sendiri, asumsi pribadi begitu kejam. Kadang terlalu takut duluan, malah bikin insecure, pesimis. Eeee... ternyata tidak semenyeramkan itu.


Suasana Sertifikasi TUK Unitomo Surabaya di Hotel Ibis Style

Oiya, program sertifikasi ini merupakan kerjasama antara UNITOMO Press dengan LSP PEP Jakarta atas subsidi dari BNSP. Harga normal Rp 1,2 juta, namun karena subsidi peserta dikenai biaya Rp 350.000,- (mungkin harga bisa berbeda antara satu tempat dengan lainnya bergantung fasilitas yang diterima peserta).

Buat teman-teman, bapak/ibu yang akan mengikuti sertifikasi penulis dan editor profesional, salam semangat dan semoga sukses :)

(Admin/Zan)

0 comments:

Post a Comment