Showing posts with label duta. Show all posts
Showing posts with label duta. Show all posts
6/11/20

New model of bullying +62



Hi people +62, ini bukan tulisan sedih atau mengharukan kok. Seperti biasa, sharing tentang pengalaman pribadi dan mungkin juga pernah kalian alami. Sesuai judulnya, ini membahas model perundungan baru yang kayaknya trend di kalangan +62 (kayaknya sih, belum penelitian lebih global hehe). Bukan lagi melakukan hal-hal diskriminasi terhadap perbedaan atau kelemahan, melainkan prestasi (yang notabenenya keunggulan seseorang) untuk di-bully. Kita mulai, cekidot.

Jadi, waktu itu kami sedang ada forum diskusi di Surabaya. Di pertengahan diskusi ada salah seorang teman yang berkata, "eh kamu kan Mbakyu Trenggalek, bisa dong jadi PIC (Person in Charge) acara ini. Kita wes percaya deh kamu bisa.. nanti kita-kita bagian anggota", seketika teman-teman yang lain menyambung "eh iya iya bener. Kamu kayaknya bisa tuh... secara gitu lho Mbakyu. Soal urusan loby-loby jangan diragukan, kenalannya juga buanyak to".

Ada 1 teman, tepatnya adik kelas (sebut saja namanya Yayuk) yang diam dan tidak ikut-ikutkan seperti yang lainnya. Lalu dengan nada bercanda, aku pun menjawab mereka, "Ya kali lek aku dadi bandar narkoba po maneh pelakor, gak mungkin gelem koncoan ambek aku. Lak mesti kok hujat", (bahasa Indo: ya kalau aku jadi pelakor atau bandar narkoba pasti kalian tidak mau berteman denganku, pasti kalian hujat), seketika mencairkan suasana dan mereka pun tertawa.

Setelah diskusi selesai, Yayuk mengikutiku ke tempat parkir, "Eh mbak mbak, kok mbak bisa secuek itu sih kalau diejekin temen-temen?".

Spontanitasku muncul, "Heh.. diejekin endi sih?", tanyaku balik.

"Yang tadi ketika mbak disebut Mbakyu Mbakyu dan dijadiin pic kegiatan", jawab Yayuk.

Dalam hati, "padahal ada yang lebih parah dari hanya sekedar disebut-sebut "Mbakyu Trenggalek" (duta pariwisata perempuan di Kab. Trenggalek, Jawa Timur). Secara personal baik teman atau orang asing yang tahu kalau diriku adalah Mbakyu Trenggalek, memperlakukan seolah-olah mbakyu itu tahu semua kebijakan terkait pariwisata, berkewajiban ngaspal jalan akses ke tempat wisata, dan hal-hal powerful lain. Pokoknya kayak dianggapnya bisa menyelamatkan dunia lah. Sedangkan kalau begitu aja mah, plat mobil Jakarta, B aja."

Karena aku melihat mimik wajah Yayuk yang serius, aku merasa Yayuk ini sedang tidak bercanda, ya nggak kayak biasanya yang santai, ceria. Akhirnya kami kembali ke tempat diskusi tadi, memesan camilan dan melanjutkan ngobrol. Yayuk pun mulai curhat.

"Aku pernah ikut kompetisi, perjuangan banget kompetisinya. Dan ternyata menang. Sebagai apresiasi ke diriku sendiri karna perjuangannya juga melelahkan, aku unggahlah foto ketika penerimaan hadiah. Teman-temanku di kelas langsung kayak ngejek-ngejekin gitu. Dianggap paling pinter lah, kalau ada tugas atau apa, kayak semua aku bisa ngerjain. Ya kan lomba itu di bidang yang memang aku suka dan sedang ku dalami. Jadi ya nggak bisa kalau disuruh2 ngerjain semua tugas2. Dari situ aku kayak jadi minder. Aku seolah dicap kayak mahasiswa 'pinter' tapi ketika nggak bisa temen-temenku bilang "gitu kok juara sih, kok berprestasi sih". Aku merasa jadi asing kalau di kelas. Dan sekarang nggak posting apapun lagi di medsos. Tapi tadi mbak bisa ngejawab balik ke temen-temen kayak seakan cuek aja dan aku nggak ngeliat mbak minder seperti yang aku rasain", demikian curhatnya panjang.

Kalian mungkin sehari-hari pernah ya bertemu dengan orang seperti Yayuk ini. Jika kalian punya pikiran bahwa orang-orang seperti ini "baperan", cukuplah kalian pendam dalam hati, tidak usah diutarakan. Itu bisa membuat orang-orang seperti ini semakin down dan bahkan depresi. Kasihan. Mereka hanya perlu didengar dan dipahami perasaannya.

Dari apa yang dialami Yayuk ini sebenarnya mirip dengan yang aku atau mungkin teman-teman lain rasakan. Ketika sikapku seolah plat mobil Jakarta tadi, lantas bukan karena aku ndak baper trus Yayuk baperan, bukan sih. Meski kadang-kadang juga kalau keterlaluan akhirnya bikin kepikiran.

Biasanya yang di-bully itu kelemahan kita ya, tapi sekarang ini kayaknya semua bisa di-bully. Bahkan prestasi sekalipun. Ini bisa masuk kategori semacam new model of bullying, perundungan baru nggak ya? Perundungan atau tindakan mengintimidasi seseorang secara verbal melalui kata-kata yang akhirnya membuat orang itu merasa sakit hati, bahkan terancam. Yang kali ini menggunakan prestasi korban sebagai bahan perundungan.

Atau selain perundungan ada istilah lainnya yang lebih pas untuk kasus ini?

Instagram : zanza_bela
4/20/20

Tips Mengikuti Audisi Kontes

Ada yang dalam waktu dekat ingin terjun di dunia pageants?
Ada yang masih maju mundur karena minder, takut dan kurang percaya diri untuk ikut audisi?

Banyak pertanyaan yang dikirim melalui Whatsapp atau DM instagram, beberapa adik kelas atau teman yang gegana (gelisah galau merana) ketika ingin mengikuti seleksi/audisi suatu pemilihan duta atau kontes kecantikan tertentu.

Sebenarnya apa yang perlu disiapkan?

Pertama, siapkan segala persyaratan administrasi pendaftaran. Biasanya akan ada syarat bagi peserta untuk mengisi formulir, kelengkapan foto, daftar riwayat hidup, esai social project, dll. Oiya sebelum mulai melengkapi kelengkapan administrasi, pastikan bahwa kalian juga membaca persyaratan dan timeline ya seperti kriteria peserta, kapan tanggal karantina dan final, kriteria penilaian, dll.

Kedua, siapkan untuk mengikuti audisinya. Beberapa kontes seperti ini ada yang memberlakukan audisi setelah masa pendaftaran usai. Seluruh peserta datang ke lokasi audisi dan bersiap mengikuti tahapan-tahapan seleksinya. Biasanya dimulai dengan registrasi ulang peserta sekaligus mengecek kelengkapan administrasi/berkas milik peserta, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Kemudian tes tulis meliputi wawasan umum, isu-isu tertentu tapi ada juga untuk kontes semacam ini yang memberika tes berupa TPA atau bahasa inggris dasar. Kalau kalian ada teman yang berpengalaman mengikuti kontes dan kalian ingin mengikuti kontes yang sama, tidak ada salahnya kalian bertanya dan sharing ringan dengan mereka untuk persiapan. Kemudian setelah tes tulis, tahap penentu yang mendebarkan yaitu sesi interview. Satu per satu, para peserta dipanggil memasuki ruangan khusus dan bertemu dengan dewan juri. Khusus untuk setting ruangan interview audisi Miss Indonesia 2020 di Kota Surabayaseperti di bawah ini ya teman-teman.


Untuk audisi kontes Miss Indonesia, Puteri Muslimah Indonesia (yang diadakan oleh Indosiar), Hijabnesia Indonesia 2019 (Islamic Nexgen Fest diselenggarakan oleh Kementerian BUMN RI) sesuai pengalaman penulis yang juga pernah mengikuti audisinya di Kota Surabaya, rangkaiannya sama persis seperti ini. Dan masih ada tahapan lanjutan ketika dinyatakan lolos sesi interview. Yaitu sesi make over, photoshoot, pengambilan video profile dan biasanya masih ada 1 sesi interview akhir dengan guest star/artis atau tim produksi dari stasiun tv yang bekerjasama dengan kontes tersebut. Dan barulah pengumuman finalis akan diumumkan ketika semua audisi di berbagai kota selesai.

Oiya, khusus untuk audisi Puteri Indonesia Jawa Timur ada sedikit perbedaan dimana tidak ada tes tulis, dan sesi interview terdiri dari 5 juri dengan topik berbeda-beda yaitu pengalaman organisasi, kepribadian, beauty, bahasa inggris, sesi LGD yang dibagi per grup (semoga saya tidak salah ingat hehehe), setelah itu barulah diumumkan siapa 12 finalis Puteri Indonesia Jawa Timur dan mengikuti karantina hingga grand final. Sedangkan untuk audisi Puteri Indonesia pusat (di Jakarta), Miss Grand, Miss Earth, Miss Global, dan kontes-kontes lainnya, sejujurnya maaf penulis belum berpengalaman melihat langsung rangkaian audisinya jadi penulis tidak tahu mendetail, tapi kalian bisa browsing di beberapa portal pageants untuk mengetahui bocoran audisinya atau bisa juga DM finalis tahun-tahun sebelumnya ya.

Oke, lanjut terkait rangkaian audisi.

Make over peserta

Untuk sesi make over, kalian akan dirias oleh tim sponsor bahkan terkadang ada wardrobe yang sudah disiapkan untuk kalian kenakan.









Setelah make over selesai, kalian akan difoto oleh fotografer yang sudah standby disana. Biasanya kalian akan diambil foto close up dengan full badan. Latihan pose ya biar fotonya nggak kaku. Hehehe...

Setelah itu adalah sesi pengambilan video profil. Perlu untuk menguasai bagaimana berkomunikasi melalui kamera, karena bagi yang tidak terbiasa tentu merasa sulit dan canggung. Di hadapan kamera, kalian perlu untuk memperkenalkan diri (menyebutkan nama, usia, asal, motivasi/pengalaman) kemudian jika ada bakat/talenta khusus, tidak jarang tim meminta kalian untuk menunjukkannya (khusus ini tidak selalu kok, kadang-kadang aja kalau memang diminta menunjukkan) dan biasanya kalian juga diminta untuk berjalan catwalk seperti foto ini (detailnya ada di video bawah ya).

Pengambilan video peserta
Berikutnya interview akhir, kalian akan bertemu dengan dewan juri yang berbeda dengan sesi interview awal tadi. Biasanya juri dari kalangan artis, tokoh masyarakat atau dari crew televisi. Jenis-jenis pertanyaannya pun tidak jauh berbeda, tetapi lebih grogi biasanya karna diwawancara langsung oleh artis dan biasanya kamera dan lampu di sesi ini lebih terang, ruangan mendadak panas karena grogi dan lampu yang nyentrong banget. Hehehe... Khusus audisi Miss Indonesia, tidak ada sesi interview lagi usai pengambilan video.

Jadi tips ketiga, tidak ada salahnya banyak update tentang berita/isu terkini, lalu mengasah diri untuk sering brainstorming dan berpikir kritis agar ketika diwawancarai dan mendapat pertanyaan terkait wawasan umum atau berita terkini sudah sedikit familiar dan terbiasa berpikir kritis. Selain itu teman-teman juga perlu mulai mengenal bagaimana grooming atau menata penampilan, belajar bagaimana berbicara di depan kamera, latihan pose untuk sesi photoshoot, belajar bagaimana berjalan catwalk dan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan diri.

Kalau menurut saya, mengikuti pemilihan duta wisata, kontes kecantikan atau yang sejenisnya bukan sekedar "ikut" tanpa ada persiapan yang proper. Tapi memang tidak jarang kita menemui ada beberapa orang yang katanya "iseng" ikut audisi, baru pertama kali, dan ternyata menang. Tidak bisa disamaratakan ya teman-teman. Kalian silahkan stalking orang tersebut. Dilihat dulu pengalaman organisasi, prestasi, pendidikan atau track record orang tersebut seperti apa 'jam terbangnya'. Karena personality seseorang bisa terbentuk bukan melulu karena sering ikut lomba tetapi mungkin dari dia bergaul, berorganisasi, terjun di kegiatan masyarakat, pendidikan, terbiasa berpikir kritis, sering ikut lomba debat keilmuan, dll. Sisanya tinggal kemauan dia memenuhi kriteria kontes itu sendiri. Dan kontes seperti ini tidak selalu diperuntukkan untuk model ya teman-teman. Kalian bisa stalking dan cek track record, contoh seperti Anindya Kusuma Putri (Puteri Indonesia 2015) dan Alya Nurshabrina (Miss Indonesia 2018) dan tentu masih ada yang lainnya. Anindya dan Alya ini bukan model, tapi meskipun mereka baru pertama kali terjun di kontes kecantikan masing-masing, mereka sudah memiliki segudang pengalaman dan prestasi yang secara otomatis itu membentuk pola pikir mereka dalam berpikir kritis, membentuk karakter, kepribadian, berkomunikasi, cara berinteraksi dengan orang lain, berpenampilan, dll. Secara khusus mereka secara tidak langsung sudah "terbentuk" dengan jam terbang masing-masing.

Nah, dari contoh ini lalu jangan kemudian berpikir "aduh, aku tidak sehebat Kak Anin atau Kak Alya nih. Nggak jadi ikut deh". Wow wow wow.. Jika ada niat, tentu ada kemauan. Terlebih teman-teman yang ingin mengikuti pemilihan duta atau kontes tertentu dengan tujuan mulia seperti ikut aktif di kegiatan sosial atau pengembangan masyarakat, atau dengan membawa visi misi tertentu, harusnya sosok Kak Anin atau Kak Alya justru memotivasi kalian untuk mempersiapkan diri dengan matang. Ketika diri sendiri dirasa kurang mumpuni untuk menyiapkan sendiri, kalian berarti hanya butuh partner dan sahabat untuk mengasah potensi diri. Kalian bisa berpartner dengan Maestria.



Kalian bisa menyaksikan video ini sampai habis (lebih baik pakai headset ya agar suaranya lebih jelas), untuk kalian jadikan gambaran atau referensi. Kalau hanya ditulis, sepertinya kurang jelas ya.

Antar kontes pageants pasti memiliki kriteria pemenang yang berbeda. Tapi melalui video ini semoga sedikit memberi referensi dan mengobati rasa penasaran kalian akan rangkaian audisi Miss Indonesia 2020 (edisi Kota Surabaya).

Bisa sedikit dibayangkan ya, kalian jadi salah satu peerta disana dan di tengah-tengah dewan juri, menjawab pertanyaan dengan puluhan mata dan kamera memandang. Wew... kayaknya serem ya. Hehehe.. jangan cepat menyimpulkan sebelum nonton habis videonya.

Tapi pertanyaannya bukan seperti ujian SBMPTN atau UN kok. Lebih mengenai diri sendiri, bakat, pengalaman, opini mengenai isu-isu tertentu dan wawasan umum.

Tapi memang, semudah apapun jenis pertanyaannya, kalau kurang pandai memanajemen grogi, tidak kontrol emosi, bisa blank dan pertanyaan semudah apapun justru tidak bisa dijawab dengan baik.

Baru ngeh waktu ngedit videonya.
Carla Yules (yang akhirnya jadi pemenang Miss Indonesia 2020) ternyata in frame di video ini (interview berbaju merah, video profil baju merah muda).

Gimana pendapat kalian? Nggak salah ya kalau juri akhirnya ngelolosin si humble Carla Yules ini.

Ada yang mau sharing atau curhat soal pengalamannya di dunia beauty pageants?

Coret-coret di kolom komentar atau jangan sungkan untuk e-mail ke zanzabela@yahoo.com :)

(Adm/Zan)
4/7/20

Belajar Public Speaking, Bayar Seikhlasnya

Maestría Online Class

Di tengah pandemi covid-19, kita melihat baik di media konvensional atau media daring pemberitaan mengenai upaya strategis dari berbagai pihak untuk mengatasi penularan covid-19, pengobatan bagi pasien yang positif terinfeksi, pengadaan masker dan APD untuk tenaga medis, pemberian bantuan kepada masyarakat terdampak, dan lain-lain.

Mengingat masa physical distancing diperpanjang hingga 29 Mei 2020, itu pun pemerintah belum sepenuhnya menjamin bahwa situasi akan kembali normal setelah itu, maka tentu imbas ke masyarakat terutama dari sisi ekonomi juga semakin lama dirasakan. Terutama bagi para  pekerja harian yang jika mereka tidak keluar rumah untuk bekerja, maka tidak ada pemasukan untuk makan di hari itu. Tak hanya masyarakat kecil, bahkan pengusaha pun juga menjerit. Karena mereka berpikir keras bagaimana menutup biaya produksi dan operasional usahanya, bagaimana memberikan Tabungan Hari Raya (THR) jelang lebaran nanti kepada karyawan-karyawannya, bagaimana menggaji karyawan sejak bulan Maret hingga Mei nanti yang itupun belum ada kepastian apakah 29 Mei 2020 menjadi akhir bagi pandemi covid-19 di Indonesia, dan kegelisahan-kegelisahan lainnya.

Ketika produktivitas barang dan jasa terus berjalan pun, daya beli masyarakat bisa saja mengalami penurunan drastis karena anjuran untuk di rumah saja dan pendapatan yang tidak seperti biasa. Artinya jika satu orang (normalnya) dalam sehari banyak beraktivitas di luar rumah maka kegiatan konsumsi yang mereka lakukan pun banyak. Misal, meeting di cafe, kebiasaan nongkrong, ngopi, berbelanja, dll. Ketika ada himbauan pemerintah untuk di rumah saja, membuat masyarakat tidak se-produktif biasanya, aktivitas konsumsi tidak setinggi biasanya. Belum lagi beberapa pekerja yang terpaksa dirumahkan, mempengaruhi pendapatan mereka sehingga menyebabkan daya beli mereka rendah bahkan kesulitan untuk membeli makanan untuk dirinya sendiri.

Banyak komunitas, LSM atau lembaga-lembaga tertentu yang menggalang donasi untuk program penanggulangan covid-19. Seperti menggalang donasi untuk pembelian masker dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis, pemberian sembako dan bantuan bagi pekerja harian terdampak, pembuatan disinfektan-chamber di ruang publik, dll.

Agar penggalangan donasi tersebut semakin besar lagi dampaknya, dan semakin luas menjangkau masyarakat se-Indonesia, maka perlu itikad untuk "bergerak bersama-sama" menggalang donasi. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Yang terpenting sesuai dengan kapasitas kalian melakukannya. Jangan lupa untuk berdoa, itu senjata mujarab untuk memohon pada Pencipta agar wabah ini lekas musnah. Jika teman-teman ada kelebihan tenaga, dan bisa melakukan hal lain, yuk bareng-bareng.

Bagi kalian yang ingin mengasah soft skill terutama di bidang public speaking, kalian bisa membayar seikhlasnya. Hasil tersebut, sebagian akan kami donasikan ke Dompet Dhuafa melalui kantor cabang Jatim dan komunitas di Trenggalek. Sebelumnya mohon maaf jika Alabela tidak bisa terjun langsung ke masyarakat. Himbauan bagi kami para perantau untuk tidak mudik dulu, sedang kami terapkan meskipun sangat rindu tanah kelahiran. Kami takut justru carrier dan malah menularkan kepada orang lain terutama yang usianya sudah tidak muda lagi. Penyaluran donasi melalui lembaga atau komunitas terpercaya diharapkan lebih tepat sasaran dan bisa menjangkau masyarakat luas.

Jika kalian tertarik, bisa mendaftarkan diri melalui bit.ly/alabela.

Terima kasih.

(Adm/Zan)
3/22/20

Suasana Audisi Miss Indonesia

Halo pembaca budiman. Jika kalian berencana mengikuti audisi kontes kecantikan dan mencari referensi apa saja kegiatan saat audisi, maka selamat karena kalian mendarat di blog yang tepat.

Kegiatan rangkaian audisi kontes kecantikan, biasanya apa saja ya?

Jika kalian mencari informasi untuk kontes secara umum, bisa baca artikel "Tips Mengikuti Audisi", khusus di tulisan kali ini akan secara spesifik membahas tahapan-tahapan audisi kontes Miss Indonesia 2020 di Kota Surabaya.

Pertama, peserta diharuskan untuk registrasi ulang dengan membawa kelengkapan administrasi/berkas saat datang ke lokasi audisi. Untuk berkas apa saja yang harus disiapkan, kalian bisa cek di media sosial atau situs resmi Miss Indonesia ya.

Kedua, peserta yang telah mengisi daftar hadir saat proses registrasi ulang, akan dipanggil secara bergantian untuk mengikuti tes tulis. Biasanya tes tulis meliputi wawasan umum dan isu/berita terkini.

Ruangan interview audisi Miss Indonesia (Surabaya)
Ketiga, tahap berikutnya adalah sesi interview. Ketika memasuki ruangan, peserta diarahkan untuk memakai clip on dan duduk di kursi yang telah disediakan. Kemudian peserta diminta untuk menghadap kamera dan memperkenalkan diri (dalam bahasa inggris) meliputi nama, usia, asal, TB, BB, asal keluarga ayah, asal keluarga ibu, asal keluarga kakek-nenek dari keluarga ibu, asal keluarga kakek-nenek dari keluarga ayah.


Keempat, bagi peserta yang dinyatakan lolos dari tahap interview maka masih akan melanjutkan ke tahap berikutnya. Yaitu make over, pengambilan foto dan video profil.

Sesi make over peserta
Untuk sesi make over, kalian akan dirias oleh tim sponsor dan mengenakan wardrobe yang sudah disiapkan oleh tim RCTI. Setelah itu kalian akan diambil foto oleh fotografer yang sudah standby disana. Biasanya akan diambil foto close up dan full badan. Usahakan kalian sudah mengenali angle kalian di kamera dan siapkan pose terbaik.

Sesi photoshoot
Setelah sesi foto selesai, berikutnya adalah sesi pengambilan video. Sebelum mulai take, peserta akan mendapatkan briefing dari panitia mengenai blocking dan titik-titik dimana peserta harus pose di depan kamera. Saat pengambilan video, peserta tidak diminta untuk memperkenalkan diri lagi, tetapi diminta untuk berjalan catwalk menghadap ke kamera. Jangan lupa untuk menikmati musiknya ya, supaya rileks dan ekspresinya tidak kaku (selengkapnya bisa dilihat di video bawah).

Pengambilan video
Kalian bisa menyaksikan video ini sampai selesai (lebih baik pakai headset ya agar suaranya lebih jelas). Kalau hanya diketik berupa tulisan, sepertinya kurang jelas menggambarkan masing-masing tahapan ya. Melalui video ini semoga sedikit memberi referensi dan mengobati rasa penasaran kalian akan rangkaian audisi Miss Indonesia 2020 (edisi Kota Surabaya).

Video audisi Miss Indonesia 2020 (Kota Surabaya)

Bisa sedikit dibayangkan ya, kalian jadi salah satu peerta disana dan di tengah-tengah dewan juri, menjawab pertanyaan dengan puluhan mata dan kamera memandang. Wew... kayaknya serem ya. Hehehe.. jangan cepat menyimpulkan sebelum nonton habis videonya.

Tapi pertanyaannya bukan seperti ujian SBMPTN atau UN kok. Lebih mengenai diri sendiri, bakat, pengalaman, opini mengenai isu-isu tertentu dan wawasan umum.

Tapi memang, semudah apapun jenis pertanyaannya, kalau kurang pandai memanajemen grogi, tidak kontrol emosi, bisa blank dan pertanyaan semudah apapun justru tidak bisa dijawab dengan baik.

Baru ngeh waktu ngedit videonya.
Carla Yules (yang akhirnya jadi pemenang Miss Indonesia 2020) ternyata in frame di video ini (interview berbaju merah, video profil baju merah muda).

Gimana pendapat kalian? Nggak salah ya kalau juri akhirnya ngelolosin si humble Carla Yules ini.

Ada yang mau sharing atau curhat soal pengalamannya di dunia beauty pageants?

Coret-coret di kolom komentar atau jangan sungkan untuk e-mail ke zanzabela@yahoo.com :)

Baca juga : Tips Mengikuti Audisi

(Adm/Zan)
4/16/19

Duta Batik Jawa Timur 2019

Seluruh tim panitia Pemilihan Duta Batik Jawa Timur 2019

Pemilihan Duta Batik Jawa Timur diselenggarakan oleh Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur atau APBJ. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2015 untuk mencari figur anak muda millenial yang mencintai batik sekaligus mampu bersinergi untuk turut melestarikan dan mempromosikan batik khususnya batik Jawa Timur.

Serangkaian kegiatan telah dimulai dengan seleksi semifinalis pada tanggal 17 Maret 2019. Diikuti oleh 50 semifinalis yang telah melalui seleksi di daerah masing-masing. Dari proses seleksi meliputi wawasan batik, unjuk bakat, interview bahasa inggris, wawasan umum dan kepribadian akhirnya terpilihlah 20 finalis yang mengikuti kegiatan karantina tanggal 11-14 April 2019 di Hotel Grand Dafam Surabaya.

Apa saja ya kegiatan karantinanya?

Ada workshop membatik (ini paling seru, kita bisa praktik membatik dengan menggunakan canting, mewarnai mulai dari kain putih hingga jadi kain batik langsung bersama ahlinya), beauty class, pembekalan wawasan batik Jawa Timur dan peragaan kain lilit, pembekalan materi public speaking, kepribadian dan presentasi project "Aku dan Batikku" yang merupakan hasil kegiatan atau kontribusi finalis untuk mengapresiasi batik Jawa Timur di daerah masing-masing. Tahap presentasi ini sekaligus menjadi tahap final interview para finalis. 

Setelah melalui sejarah panjang dan ratusan drama kumbara (hehehe..), akhirnya selesai perhelatan pemilihan Duta Batik Jawa Timur 2019 tepatnya tanggal 13 April 2019 lalu di Exhibition Hall Grand City Surabaya bersamaan dengan serangkaian pameran Batik, Bordir dan Accessories Fair 2019 (Baca juga: Batik Sogan Terakota Jawa Timur).


Duta Batik Jawa Timur 2019 bersama Ibu Arumi Bachsin selaku Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Timur
dan jajaran dewan juri 

Berikut daftar pemenang yang terpilih :
Kevin Dwijaya Pamungkas Sebo - Kab.Bondwooso
Rr. Nektara Titan Dianastri - Kab. Jember
Duta Batik Jawa Timur 2019

Ahmad Fauzi - Kab. Pasuruan
Novalia Budi Chandrawati - Kab Gresik
Wakil 1 Duta Batik Jawa Timur 2019

Ma'arif - Kab. Gresik
Kandela Putri Cikalpasa - Kota Malang
Wakil 2 Duta Batik Jawa Timur 2019

Gizzak Mahfud - Kota Malang
Sinta Dewi Apriliya - Kota Surabaya
Juara Favorit Duta Batik Jawa Timur 2019

Seperti umumnya penyelenggaran kegiatan, kurangnya SDM dan kendala komunikasi menjadi drama yang nggak ada habisnya jika dibahas, tapi seru sih. Ya seru-seru ngilu. Dalam 1 organisasi, berisi berbagai jenis karakter manusia dengan segala kesibukannya tentu tidak mudah untuk mengatur jadwal pertemuan bersama. Tapi sebenarnya sesibuk apapun tetap bisa dikomunikasikan asal koordinasi 2 arahnya lancar, bukan lalu hening senyap doang. Nah ini kaitannya dengan kendala  paling receh dalam organisasi yaitu kendala memberi pengertian bahwa segala bentuk komunikasi seperti pertanyaan di grup chat itu bukan koran yang dibaca doang tapi perlu respon dan jawaban. Wkwkwk... Bener itu syusyaahhhh. Rada curcol jadinya. Terlepas dari segala bentuk drama, selaku ketua panitia yang ketiban sampur tahun ini, secara pribadi saya tetap sangat terbantu oleh seluruh tim dengan segala bentuk bantuan yang mereka telah sumbangkan untuk kegiatan ini.

Dan terlepas dari tangan sakti para panitia dalam menyiapkan acara, selaku panitia juga mengucapkan rasa terima kasih kami untuk seluruh pihak yang mendukung sehingga acara ini dapat terselenggara dengan sangat baik. Terima kasih kepada :

1. Dekranasda Provinsi Jawa Timur
2. Debindo Mitra Tama
3. Bank Jatim
4. Hotel Grand Dafam Surabaya
5. Purbasari
6. Le Minerale
7. Sarironce
8. Petrokimia Gresik
9. Ningrum Catering
10. Dian Art
11. Lamya Official
12. Arinz Fashion Design

Semoga pemenang dan seluruh finalis dapat mengemban tugas barunya dan memegang komitmen untuk bertugas dengan baik bersama Paguyuban Duta Batik Jawa Timur, APBJ dan juga pemerintah provinsi Jawa Timur dalam hal pelestarian dan mempromosikan batik Jawa Timur baik di tingkat naisonal hingga mancanegara.

(Adm/Zan)
3/18/19

Duta Muslimah Preneur 2019, Jawa Timur

Saat pemanggilan Top 6
Satu ke-semoga-an yang tidak usang hanya menjadi sebuah tulisan, tetapi kini menjadi kenyataan.

Ini kompetisi ke-2 ku untuk mengusung Hijab Batik AlabelaID. Rasanya sudah cukup senang ketika mendapat kesempatan untuk berdiskusi mengenai kreativitas dan inovasi dalam berwirausaha dengan Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Jawa Timur. Dan ternyata dapat bonus kejuaraan.

Lega?
Ah, belum.. Justru ini masih awal. Karena masih harus menjadi perwakilan untuk beradu di tingkat nasional tanggal 29-31 Maret 2019 yang akan datang.

Mungkin banyak yang ingin bertanya bagaimana proses seleksi kegiatan ini. Saya akan sedikit share mekanisme pendaftaran, sesi wawancara, unjuk bakat hingga grand final.

Muslimah dari berbagai Kab/Kota se-Jawa Timur berhak mendaftarkan diri sebagai  peserta secara mandiri atau melalui perwakilan IPEMI daerah. Kebetulan karena dari tempat asal saya yaitu Kab. Trenggalek belum terbentuk kepengurusan IPEMI, sehingga saya mendaftarkan secara mandiri ke panitia provinsi. Sedangkan ada beberapa peserta perwakilan Kediri, Gresik, Madiun, dan Surabaya yang mendaftar melalui IPEMI daerah masing-masing. Selain mengisi formulir, peserta juga harus melampirkan foto postcard tampak samping, depan dan close up dengan memakai baju hitam dan hijab berwarna merah muda.

Setelah itu, peserta mengikuti serangkaian proses seleksi atau penyisihan. Dari total seluruh peserta, yang akan lolos menjadi grand finalis hanya 6 orang saja. Seleksi meliputi tes tulis, tes psikologi, tes wawasan umum dan keagamaan, mengaji, wawasan bisnis dan organisasi IPEMI, bahasa inggris, presentasi usaha yang dimiliki peserta serta unjuk talenta. Dalam serangkaian seleksi ini, peserta juga dilatih blocking untuk sesi parade.

Babak penyisihan selesai, dan untuk finalis yang lolos menjadi jajaran Top 6 masih harus akan berjuang di babak QnA atau tanya jawab.

Oiya, bagi sebagian orang ketika mengikuti kompetisi sejenis ini akan sedikit merasa terbebani jika harus menyiapkan wardrobe sendiri. Apalagi jika tema baju yang sedikit rumit, glamour dan biaya sewanya mahal. Hehehe... Tapi beruntung, untuk kompetisi DMP 2019, mulai dari babak penyisihan hingga final, seluruh wardrobe sudah disediakan oleh panitia.

DMP dalam Harian Surabaya Pagi
Tidak ada strategi atau tips khusus, saya pun bukan ahli kompetisi. Hehehe.. Awalnya saya berpikir, berdiskusi dan berada dalam satu forum bersama IPEMI akan menjadi tambahan wawasan dan networking yang semakin luas. Namun, ketika berkompetisi saya tidak effortless. Tetap mempersiapkan semaksimal mungkin. Sisanya pasrah. Yang terpenting memang menjadi diri sendiri, berusaha menyiapkan materi yang akan disampaikan (terkait presentasi wirausaha yang dijalankan), menggali wawasan mengenai IPEMI atau hal-hal berkaitan dengan bisnis yang belum diketahui, dan update pengetahuan dengan isu-isu terkini. Oiya, jika mungkin kalian ada yang ingin mencoba kompetisi ini tahun 2020, jangan lupa untuk belajar catwalk. Belajar catwalak tidak melulu untuk para model runway saja. Bagi sebagian orang yang memang profesi atau perannya dituntut untuk tampil di depan publik, saya rasa skill ini diperlukan. Tujuannya hanya menampilkan sikap yang pantas, terlebih ketika menjadi ambassador IPEMI. Ini berarti ketika kita tampil, bukan hanya membawa nama sendiri tetapi juga membawa nama IPEMI. Tampil sesuai dengan tempat dan tema acara, terlebih jika dituntut membawakan baju dari sponsor, kita bisa membawakan dengan cukup baik di atas panggung. Dan satu lagi yang tidak kalah penting. Asah keterampilan public speaking kalian ya. Menjadi seorang duta itu seperti spoke person atau jubir. Hehehe... Dan harus siap, sigap, sedia untuk berbicara dimanapun, kapanpun dengan siapapun.


Saya masih penasaran, akan ada apa lagi yang menarik di perjalanan setahun ke depan. Hehehe...

Terima kasih sudah mampir.

(Adm/Zan)
3/16/18

Seberapa sering kalian berkompetisi?

Malam final Raka Raki Jawa Timur 2017
Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang mengirim DM instagram, inti dari isi pesannya adalah dia merasa minder dan takut gagal (lagi) mengikuti kompetisi-kompetisi. Perasaan ini muncul setelah  dia mencoba 2x berturut-turut mengikuti suatu kompetisi, dan kedua-duanya belum berhasil.

Wah, masih 2x lho ya. Yang ratusan bahkan tak terhitung berapa kali gagalnya saja masih kecanduan untuk mencoba dan menantang diri untuk berkompetisi. Hehehe... Kalau kata Pak Dahlan Iskan, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika masih muda". Ya kalau saya boleh menambahkan, habiskan jatah gagalmu di usia muda, dan sambut suksesmu di masa tua. Tentu saja, tolak ukur sukses masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang menilai indikator sukses dari kemampuan membeli rumah dan mobil, ada yang menilai sukses ketika mampu menaikkan haji kedua orang tua, dan lain sebagainya. Ehmm... Ya, mau sesukses apapun, yang tetap sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk sesama.

Ya, sejatinya kita hidup saja sudah merupakan kompetisi. Misalnya, ketika kita naik bus, kita sudah berkompetisi untuk mendapatkan tiket dan tempat duduk. Tapi, kompetisi yang ingin saya ulas di tulisan kali ini adalah kompetisi yang berhubungan dengan lomba bidang akademis atau non-akademis. Semoga tulisan yang mungkin kurang terstruktur ini bisa dipahami dengan baik.

Saya tidak bisa mengingat lagi, kompetisi mana yang menjadi lomba pertama saya. Seingat saya, saat SD sudah pernah mengikuti lomba baris berbaris, lomba Pramuka, hadrah, drumband, dan lain sebagainya. Ya kebanyakan lomba yang saya ikuti saat SD hingga SMA kelas 2 adalah lomba secara beregu atau tim, bukan individu. Dan kebanyakan lomba yang saya ikuti adalah lomba untuk mewakili sekolah. Di zaman saya masih belum akrab dengan internet, akses informasi lomba tidak seperti sekarang yang sangat mudah didapatkan. Jadi saya hanya tahu lomba sebatas di tingkat kabupaten saja. Iih... cupunya saya ya. Ya begitulah. Hahaha....

Bersama Ibu Anggia Erma Rini saat malam final
Pemuda Inspiratif 2018 oleh Kemenpora RI

Saya mulai gencar mengikuti beberapa kompetisi yang out of the box adalah di tahun 2012-2016. Dari beberapa pengalaman baik yang menang atau pun belum menang, saya menyimpulkan jenis lomba berdasar "keberlanjutannya" terdiri dari dua kategori yaitu yaitu short-term dan long-term.

Untuk kategori short-term, kompetisi jenis ini bersifat jangka pendek dan euforianya hanya berlangsung selama lomba berjalan. Tidak ada keberlanjutan pasca lomba. Saya mengibaratkan seperti lomba cerdas cermat. Setelah lomba ya sudah, tidak ada episode berikutnya. Beberapa kompetisi tipe ini seperti olimpiade sains, lomba modelling (tanpa ikatan kontrak), mahasiswa berprestasi (tanpa ada kewajiban merealisasikan social project), dan sebagainya.

Bersama keluargaku Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek
Sedangkan untuk kategori long-term merupakan kompetisi yang berkelanjutan, banyak program kegiatan atau kontrak yang masih harus dijalankan usai lomba. Dan justru episode baru dimulai pasca lomba. Menurut saya kompetisi jenis ini sangat special dan dari kompetisi seperti ini kita bisa menemukan sahabat dan keluarga. Seperti akhirnya saya menemukan keluarga baru di Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek. Nah, contoh kompetisi kategori ini (tentunya banyak yang sudah familiar), yaitu kompetisi pemilihan duta atau beauty pageants (yang memiliki ikatan kontrak atau wajib bergabung di paguyuban minimal 1 tahun periode jabatan), lomba model search atau model ikon (dengan ikatan kontrak), kompetisi business plan / start up business, dll.

Makrab bersama PPI Tiongkok (Nanjing) saat exchange tahun 2016
Ada juga konferensi pemuda dan exchange yang mewajibkan peserta untuk melakukan post-programme di daerah masing-masing setelah mereka pulang dari negara tertentu atau setelah peserta memenangkan dana hibah dari program tersebut. Intinya, masih ada kewajiban "program kegiatan" yang berlanjut usai masa kompetisi. Bagi para pelaku pageants, tentu kalian sudah akrab dengan istilah setahun menjabat, seumur hidup menginspirasi. Nah, kira-kira seperti itulah untuk menggambarkan bahwa kompetisi jenis ini memang sustainable.

Biasanya, kompetisi kategori long-term dilalui peserta melalui beberapa tahap dan prosesnya tidak mudah. Peserta tidak hanya memiliki wawasan luas tetapi juga memiliki keterampilan yang lain seperti public speaking, grooming, kritis, manajemen diri yang baik, manajemen waktu, terbiasa brainstorming, dan lain-lain.

Menurut saya secara pribadi, ketika menggali pengalaman dengan mencoba berbagai tantangan seperti mengikuti kompetisi-kompetisi, tugas kita yang sebenarnya bukanlah untuk menang tetapi bagaimana akhirnya kalian bisa menemukan potensimu dan kamu bisa mengembangkannya. Barangkali ada seseorang yang selalu menang di kompetisi modelling, tetapi selalu kurang beruntung di kontes pageants. Atau sebaliknya. Ada juga yang berulang kali keluar-masuk negara tertentu untuk mengikuti program pertukaran pemuda, namun ketika mengadu diri di kontes pageants ternyata tak seberuntung di program exchange tersebut. Ada juga seseorang yang selalu meraih juara saat mengikuti kontes pageants, bahkan itu mungkin zona nyamannya. Namun cenderung kurang beruntung ketika mengikuti kompetisi di luar zona nyamannya.

Setiap jenis kompetisi/kontes atau perlombaan memiliki warna tersendiri. Dan setiap orang memiliki potensi yang warna warni. Ketika warna potensinya mumpuni untuk kompetisi tertentu, bukan tidak mungkin ia akan berjodoh dengan kompetisi itu. Terlepas dari semua indikator sukses, menurut saya ketika seseorang mau menantang dirinya dan keluar dari zona nyaman, maka itu adalah kesuksesan.

Temukan warnamu, jangan meniru warna orang lain :)

Tonton juga :


(Admin/Zan)
12/18/17

Media Visit Duta ITATS ke JTV



Bagi kami, belajar dan menggali banyak pengalaman tidak hanya di dalam kelas. Bisa darimana saja dan dari siapa saja. Dan yang terpenting, bagaimana kami mencoba untuk menjalin relasi/network dengan orang lain.

Sabtu (16/12) lalu, Duta ITATS berkesempatan untuk mengunjungi studio JTV dan mendapatkan banyak ilmu dan wawasan dari Mas Memet selaku Kepala Produksi News JTV, Mas Bagus selaku Koordinator Liputan & Produser Program Jatim Awan, Mas Halley selaku Produser Produksi dan presenter Jatim Awan, Karim Zem.



Saat di studio JTV, Duta ITATS disambut ramah dan mendapatkan banyak wawasan mengenai dunia televisi. Mulai dari bagaimana meliput berita, proses produksi acara, tata ruang studio, karir seorang engineer di dunia TV hingga suka duka presenter saat on air. Semuanya tidak selalu terlihat sempurna seperti di depan layar kaca kok 😁

Bahkan Duta ITATS sempat melihat secara langsung, saat Kak Karim Zem on air untuk program Jatim Awan saat itu.

Terima kasih atas ilmu dan kesempatannya @jtv_rek.
9/19/17

Muda Sabudarta Indonesia dan Sabudartion



Tulisan ini sepertinya agak terlambat diunggah, karena di tahun 2017 ini usia Sabudartion telah berjalan selama3 tahun. Setiap tahun jumlah anggota keluarga Muda Sabudarta Indonesia (MSI) akan selalu bertambah. Penting untuk calon keluarga besar kami mengetahui tentang Sabudartion atau Sabudarta in Action.

Dua tahun lalu, menjelang Pemilihan Muda Sabudarta Indonesia (MSI) tahun 2015, kami mengadakan Rakor (Rapat Koordinasi) di Surabaya. Kami membahas terkait pemilihan Presiden GSI dan berunding mengenai program kegiatan untuk satu tahun periode berikutnya. Dari rentetan daftar program yang disusun, terbersit ide untuk satu program yang fokus tentang aksi nyata atau kontribusi keluarga MSI baik di tingkat Kabupaten/Kota, provinsi hingga tingkat nasional. Bagi kami, MSI merupakan kompetisi yang berbeda. Di sini kami menekankan peran aktif dan kontribusi nyata pemuda di bidang pariwisata dan budaya. Poin pentingnya adalah berkontribusilah sesuai bakat/minat yang disukai atau latar belakang pendidikan/keterampilan yang dikuasai. Ini adalah misi utama yang saya dan rekan-rekan harapkan untuk bisa diterapkan oleh rekan-rekan di MSI.

Pemikiran ini muncul setelah melalui berbagai gejolak dan perjalanan panjang. Saya mengawali kegiatan terkait pariwisata dan budaya dari kompetisi duta wisata daerah Kabupaten Trenggalek tahun 2011 lalu di tahun 2014 saya memberanikan diri untuk bergabung di Muda Sabudarta Indonesia. Seiring berjalannya waktu, saya masih aktif di kedua organisasi tersebut. Ya tentunya sembari menggeluti passion saya di dunia public speaking dan hobi saya menjalani bisnis di bidang fashion. Hehehe... Ya tentu saja saat itu saya juga seorang mahasiswa. Hidup nomaden (berpindah-pindah) antar kota pun saya jalani (selanjutnya saya sebut dengan istilah kitiran). Demi menyeimbangkan semua kegiatan-kegiatan tersebut, saya dituntut harus bisa memanajemen waktu. Karna sudah terbiasa, ya akhirnya saya pun merasa rutinitas ini adalah hal yang ‘biasa’. Menurut saya wajar, jika remaja mengisi waktunya dengan hal-hal positif. Justru seharusnya sebagai pemuda memang harus aktif dan produktif kan? Hingga sebelum tahun 2015, saya merasa seperti tong kosong. Belum melakukan apa-apa untuk daerah saya atau pun Indonesia. Sampai suatu ketika, salah satu rekan sedikit menampar saya. Waktu itu kopi darat di sebuah kafe kecil di Surabaya. Saya menyebutnya Mr X saja ya, untuk memudahkan dalam menuliskan narasi. Hehehe.

Mr X    : “Saya memang belum lama mengenal kamu, tapi dengan begitu banyaknya kegiatan yang kamu unggah di sosmed, apa kamu tidak lelah?”
Saya    : “Saya menjalaninya karna memang saya suka, mungkin itu yang membuat saya tidak ada beban dan tidak lelah. Bagi saya justru aneh kalau saya tidak ada kegiatan. Jadi ya biasa saja. Hehehe”
Mr X    : “Biasa? Itu kalau diukur, sudah skala abnormal. Nomaden sana sini. T’rus yang menurutku awesome itu, niat kamu di bidang pariwisata dan budaya yang kamu lampiaskan ke start-up mu. Itu keren”
Saya    : “Ehmm.. maksudnya gimana mas? Justru di bidang pariwisata dan budaya ya cuma kegiatan dinas saja. Saya pribadi merasa belum pernah melakukan apa-apa.”
Mr X  : “Lho... ya kegiatan-kegiatanmu yang nomaden itu juga keren. Tapi aku lebih salut sama start-up mu, kecintaanmu sama budaya atau hal-hal yang khas Indonesia kamu masih sempat tuangkan ke start-up mu. Kamu pikirin sendiri desainnya, produksi sendiri, dipasarin sendiri. Itu keren. Dan lagi, ada unsur mengedukasi masyarakat, it’s more than profit lah ya. Tidak semua remaja bisa kepikiran sejauh itu. Dan kamu ngelakuin itu condong ke melestarikan batik asli Indonesia. Itu keren. Menurutku, ya itulah kegiatan versi kamu, seorang Bela untuk bidang budaya” (Baca juga : Start-up ku)

Percakapan ini mengingatkan saya dengan kegiatan Indonesia Youth Forum 2015 yang diselenggarakan di Bengkulu. Kala itu, saya dan 200 pemuda yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia membawa social project yang berasal dari latar bidang yang bermacam-macam. Ada yang concern di bidang kesehatan, lingkungan, literasi, sosial, pariwisata dan budaya, pemberdayaan kaum disabilitas, pendidikan, dll. Setiap generasi memiliki kapasitasnya masing-masing untuk beraksi nyata lewat sebuah karya, bukan sekedar kata-kata.

Setiap orang memiliki cara dan versi terbaiknya sendiri untuk melakukan sesuatu terlebih berkontribusi untuk negeri. Mungkin tidak selalu hal-hal yang besar seperti membangun saluran air bersih, membangun MCK, dll. Meskipun aksi kecil, tetapi dilakukan secara berkelanjutan bahkan juga ditularkan ke orang lain dan dilakukan bersama-sama, maka bukan tidak mungkin dampaknya pun akan besar. Terlebih yang dimulai dari satu kabupaten/kota, secara serentak dengan keluarga Muda Sabudarta Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, maka dampaknya pun luas.

Penasaran dengan aksi nyata Muda Sabudarta Indonesia dalam project Sabudartion? Ini dia informasinya (Akun kami : @mudasabudartaid)























"Negeri ini butuh generasi pemberi solusi, bukan pencaci maki"

Kalau bukan kita, siapa lagi?
Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Selamat berkarya.

Presiden Gramuda Sabudarta Indonesia 2017-2019
Berdit Zanzabela
Email : zanzabela@yahoo.com



5/14/17

Polemik Duta Kampus ITATS VS Ormawa ITATS

Tulisan ini bukan untuk memprovokasi, niatnya lebih ke arah sharing atau bahasa gaulnya curhat. Haha... Harapannya jika suatu saat masih ada saja kesalah pahaman terhadap Duta Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), saya tinggal share link tulisan ini. Karena kalau harus terus bercerita berulang-ulang apalagi menceritakan hal yang sama, ibaratnya seperti ngulang mata kuliah berkali-kali tapi tetep nggak lulus juga. Wkwk... Oke, kita mulai.

Logo Duta ITATS

Sepertinya kesalahpahaman mahasiswa ITATS (terutama pandangan dari ormawa) terhadap Duta ITATS sudah dipendam sejak lama. Dan mencapai puncaknya di akhir tahun 2016 lalu. Waktu itu saya sedang mengikuti short coures di China sehingga saya kurang mengetahui situasi awal kesalahpahaman ini meledak di kampus. Berawal dari pertanyaan, Duta itu apa sih? hingga Apakah Duta ITATS itu BEM? bahkan Kenapa Duta ITATS kok tidak mengayomi mahasiswa ITATS?, dan masih banyak lagi. Saya akan tulis satu per satu nanti.
Posisi saya yang saat itu LDR-an dengan teman-teman Duta membuat saya sedikit kesulitan mencari informasi. Karena masalah ini tidak bisa menunggu saya pulang hingga Februari 2017, saya mencoba mencari akar permasalahan dari teman-teman Duta yang saat itu berada di kampus via dunia maya. Selang beberapa hari kemudian, rekan-rekan Duta mengatakan bahwa masalah sudah selesai. Saya percaya saja dengan rekan-rekan yang di kampus, sehingga saya tidak mempermasalahkan lagi.

Di Februari 2017, beberapa hari setelah kepulangan saya ke Indonesia polemik ini muncul lagi. Karna geram dan merasa kurang plong kalau hanya chit chat melalui WA, saat itu jam 23.00 WIB saya mengajak meet up teman-teman yang merasa masih saja penasaran dengan kami (sebut saja mereka Mr. X). Saya masih ingat kejadian malam itu, sesaat setelah saya mengirim pesan via Whatsapp ke Mr. X dan saya menuju lokasi untuk bertemu, beberapa menit saya menunggu tiba-tiba mereka mengirim pesan dan batal meet up. Hmm... ya bilangnya sih, masalah sudah selesai dan rekan-rekan duta lain sudah membantu menjelaskan. Ya okelah kalau begitu #sambilsenyumgetir
Namun, bulan April 2017 ada lagi pihak-pihak yang membuka kenangan lama *eeeeaaaa. Tepat tanggal 14 April 2014, pemilik akun instagram @ozay*zhii meninggalkan komentar di instagram @dutaitats dengan komentar, Duta bisa apa emang.? Aktifis apa cuma omong doang.?, saya tulis persis dengan kalimat dan tanda bacanya. Setelah ditelusuri, benang merah dari saling komentar ini adalah mereka ingin berkenalan secara resmi dan meet up bersama rekan-rekan Duta ITATS. Dan tanggal 11 Mei kami mengadakan janji untuk bertemu.

Jeng jeng jeng... 11 Mei 2017 pun tiba. Siang itu saya dan rekan-rekan Duta lain bersama mahasiswa ITATS dari beberapa jurusan berkumpul di Students Center. Saat itu yang hadir banyak, yang saya ingat namanya ada Kak Muhajirin (Teknik Mesin), Kak Ozi (Teknik Mesin), Kak Richard (jurusan Geologi kalau tidak salah ingat) dan masih banyak yang lainnya tapi maaf saya lupa. Obral obrol pun dimulai dan mereka mengungkapkan bahwa mereka memang bingung dengan keberadaan Duta ITATS, kenapa harus ada duta, gunanya untuk apa, dan lain-lain. Mereka juga mengaku bahwa sebenarnya mereka dan beberapa mahasiswa lain sudah memendam prasangka itu sejak 2014 (tapi memang tidak ada yang berani mencari klarifikasi ke saya selaku ketua IDI). Mereka merasa tidak paham dan tidak pernah mendapatkan informasi apapun tentang Duta ITATS.

Sebelum saya melanjutkan obrolan apa saja yang dibahas saat meet up 11 Mei, saya ingin flashback singkat terkait awal diadakannya Pemilihan Putra Putri ITATS untuk pertama kali.
Pemilihan Putra Putri ITATS sudah dihelat sejak tahun 2014, namun untuk organisasi Ikatan Duta ITATS (IDI) baru diresmikan Oktober 2016 oleh Wakil Rektor III selaku bidang Kemahasiswaan. Beberapa ormawa/mahasiswa menilai bahwa Duta ITATS tidak pro dengan ormawa lain, sehingga membuat mereka bersikap acuh tak acuh terhadap kami. Mereka menganggap bahwa Duta ITATS tidak mengadakan perkenalan secara resmi sehingga banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang keberadaan mereka sampai-sampai menimbulkan salah paham. Padahal awal mula saya mengadakan Pemilihan Putra Putri ITATS tahun 2014, saya telah mengundang seluruh ketua/perwakilan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) di ITATS untuk meminta bantuan sosialisasi ke masing-masing anggotanya dan turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Lalu, apa sih alasan saya mengadakan Pemilihan Putra Putri ITATS? Bagaimana sejarahnya?

Ada beberapa alasan yang menurut saya urgent saat itu, dengan penuh strategi matang saya susun pemilihan ini meskipun saat itu belum memiliki tim pelaksana. Saya sudah menyusun rencana pemilihan ini sejak tahun 2012, saya ajukan ke kampus tahun 2013. Tapi saat itu saya mengajukan konsep ini bukan ke WR III, tetapi ke Ibu Lubna Algadrie yang saat itu menjabat sebagai pimpinan ITATS Language Centre (ILC). Karna birokrasi yang belum memungkinkan, akhirnya masih belum bisa terealisasi di tahun 2013. Saya ajukan lagi tahun 2014 ke Pak Bambang selaku WR III, dan setelah presentasi panjang lebar bahkan langsung menemui Ketua Yayasan, akhirnya bisa di acc dan terlaksana untuk pertama kalinya di tahun 2014 (Baca juga: Duta Kampus part 1 dan Duta Kampus part 2).

Hal-hal yang melatar belakangi saya untuk berpikiran mengadakan pemilihan ini adalah :
  1. Sejak tahun 2011, 2012 dan 2013 wakil ITATS untuk kompetisi Mawapres dipilih secara handpick dan makin lama makin susah mencari regenerasi. Pihak WR III mengaku kesulitan untuk mencari representasi dari mahasiswa ITATS untuk mewakili kampus di ajang Mawapres. Problematikanya adalah perihal kemampuan public speaking dan bahasa inggris. Banyak mahasiswa yang mundur untuk berkompetisi karna tidak percaya diri dengan kemampuan presentasi berbahasa inggris. Karna kriteria mahasiswa di ajang ini menurut saya juga cukup susah. IPK di atas 3.5, memiliki prestasi non-akademis minimal di tingkat provinsi, membuat karya tulis, memiliki kemampuan bahasa asing aktif dan mempresentasikan karya tulisnya dengan bahasa inggris. Jadi semisal ada mahasiswa yang nyeletuk Duta itu nggak penting, saya kepengen yang ngomong itu membantu untuk ngewakili ITATS di ajang ini dan harus menang. Hahaha.. just kidding.
  2. Berdasarkan pengalaman saya menjadi mahasiswa ITATS, saya melihat fenomena gagap presentasi yang dialami banyak rekan saya seangkatan. Mahasiswa ITATS itu banyak yang pintar, tapi kurang mumpuni untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan umum. Rasanya sayang, eman gitu. Padahal skill berkomunikasi di era saat ini menjadi poin penting yang menunjang prestasi atau di dunia kerja. Melalui pemilihan Putra Putri ITATS, dimana poin public speaking menjadi poin utama pembekalan dan penilaian, saya berharap regenerasi mahasiswa ITATS lebih baik dengan berbekal skill komunikasi yang mumpuni.
  3. Setiap tahun, ITATS pasti mengadakan kegiatan promosi kampus baik dalam bentuk kegiatan Road to School ke SMA/SMK di Jawa Timur atau mengikuti pameran pendidikan seperti Campus Expo, dan lain-lain. Kegiatan ini pasti melibatkan mahasiswa yang bisa merepresentasikan kampus ITATS dan tentunya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, karena mereka dituntut harus sosialisasi tentang kampus ITATS. Nah, WR III pun juga menyampaikan bahwa langka sekali pada saat itu menemukan mahasiswa dengan kriteria begini. Yang namanya merepresentasikan kampus di depan umum, dia menjadi figur pastilah dituntut memiliki performa yang baik, pengetahuan terkait kampus dan mampu menyampaikan kepada siswa/i SMA atau pengunjung pameran (kemampuan komunikasi yang baik).


Inilah beberapa alasan yang menurut saya urgent. Semisal ada yang menganggap saya abnormal karna terlalu peduli dengan kampus ITATS, ya kan ini almamater saya dan mahasiswa itu kan sebagai agents of change. Setiap mahasiswa pasti memiliki cara sesuai kapasitas dan kapabilitas masing-masing untuk perubahan yang lebih baik. Ciyeeeeee....

Kita kembali ke Pertemuan 11 Mei. Pertanyaan klise yang menjadi awal pertemuan kami adalah "Duta itu apa sih? Tugasnya ngapain?"

Ehem, cek 1 2 3 (tes microphone) Hehehe...
Saudara sebangsa, setanah air dan sealmamater tercinta, duh formalnya.. ganti non-formal mode. Hakzz..

Istilah duta atau ambassador mungkin sudah cukup akrab didengar, tapi mungkin sebagian orang kurang memahami apa makna sebenarnya dan apa tugasnya. Pernah mendengar istilah duta wisata, duta kesehatan, duta pemuda dan duta-duta lainnya kan? Jika saya mengambil contoh duta wisata, tugas utama seorang duta wisata adalah mempromosikan potensi pariwisata di daerah yang ia wakili dan menjadi representasi daerah tersebut. Nah sama halnya dengan Duta ITATS, utamanya mereka promosi/sosialisasi terkait ITATS dan menjadi representasi kampus. Kami pun memiliki beberapa program kegiatan seperti mewakili ITATS di ajang Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) yang diadakan Kopertis VII, mengikuti serangkaian kegiatan promosi seperti di Campus Expo atau ke sekolah SMA/SMK se-Jawa Timur menyesuaikan dengan agenda dari Wakil Rektor III selaku bidang Kemahasiswaan, selain itu rekan-rekan Duta juga ditugaskan saat acara wisuda ITATS. Adapun kegiatan-kegiatan additional seperti training soft skill, acara amal, dan lain-lain. Selain itu, rekan-rekan Duta ini juga ditugaskan untuk menjadi moderator atau MC saat acara seminar kampus, atau acara kunjungan dari sekolah SMA/SMK ke kampus ITATS.

Sejauh ini, semoga pertanyaan di atas sudah terjawab ya. Semoga apa yang saya tulis tidak multitafsir dan mudah dipahami.

Lalu pertanyaan berikutnya, "Duta ITATS ini kedudukannya di ITATS sebagai apa? Duta ITATS itu apakah BEM? Kok tidak mengayomi mahasiswa-mahasiswa lain? Kan harusnya menjadi penyambung antara mahasiswa dan yayasan"

Mendengarnya saja, kalau orang Jawa bilang, du nangis du ngguyu. Terharu! Nggak nyangka kalau ekspektasi teman-teman akan semulia itu.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari WR III, organisasi mahasiswa yang ada di ITATS hanya ada 2 jenis. Yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Nah, Duta ITATS ini anggotanya terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan, bukan seperti HMJ yang anggotanya berasal dari 1 rumpun jurusan saja. Nah, maka dari itu Ikatan Duta ITATS termasuk ke dalam UKM yang tempat mangkalnya sama kok di Students Center. Pastinya bukan BEM. Unch unch unch.. Dan perkara mengayomi mahasiswa lain, ehmm semulia itu kah? Hehehe.... kalau sudah membaca tulisan saya sejauh ini, insyaallah pembaca sekalian sudah memahami ya sejauh apa peran dan job description Duta ITATS. Perkara penyambung antara mahasiswa ke yayasan, jalurnya sudah ada sendiri yaitu melalui WR III. Jadi jika teman-teman ingin menyampaikan aspirasi, bisa melalui WR III.

Ada lagi kegelisahan salah satu mahasiswa (sebut saja Mr. R) dalam forum saat itu yang mengungkapkan pemikirannya terhadap kami, "Kok Duta ITATS itu seperti mendapat tempat special ya di ITATS, dan seperti difasilitasi. Terlebih mengadakan acara pemilihan lagi tahun 2016 sebesar itu saja bisa di acc. Itu bagaimana? Soalnya makin lama, kami merasa gerak gerik ormawa makin terbatas apalagi untuk mengadakan kegiatan. Sedangkan Duta ITATS kayaknya gampang ya kalau bikin acara. Bagaimana dengan anggaran biayanya untuk acara sebesar itu. Sepengalaman kami, selalu dikurangi jauh. Ketika kami mencoba untuk menanyakan kejelasan soal ini ke yayasan, mereka malah bertanya NPM saya berapa. Kan kami jadi berpikir yang aneh-aneh"

Saya agak kaget dengan ungkapan Mr. R saat itu. Sejak menjadi mahasiswa di sana tahun 2012, saya baru mengetahui jika kita menanyakan perihal kemahasiswaan ke yayasan malah ditanyai perihal NPM. Karena selama ini ketika saya berdiskusi atau menindak lanjuti kegiatan ke rektorat atau yayasan, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Bahkan ada yang lebih ngeri, katanya bisa diancam DO. Wih wih wih... nggak kok. Nggak akan ada asap kalau nggak ada api. Sekalipun memang ada mahasiswa yang diancam DO mungkin perkaranya bukan karna semata-mata mengajukan kegiatan ormawa, mungkin karna si mahasiswa belum lulus mata kuliah atau alasan akademis lainnya.

Pemilihan Duta ITATS 2016
Kami sama-sama UKM yang mengajukan proposal untuk melaksanakan kegiatan, birokrasinya sama saja. Tidak ada perlakuan special apalagi sampai ada fasilitas khusus untuk para Duta. Semua sama dengan UKM lainnya. Perkara biaya kegiatan pemilihan, kami lebih banyak mengajak kerjasama sponsor sehingga kebutuhan kegiatan bisa terpenuhi semua dari para sponsor. Kami merasa acara pemilihan tiap tahun tidak sebesar apa yang dilihat rekan-rekan mahasiswa lain, setiap tahun kami hanya berusaha mempersiapkan dengan matang dan terkonsep. Mungkin totalitas kami dalam menyelenggarakan acara sehingga membuat kesan acara besar. Perihal perasaan rekan ormawa yang kecewa karna merasa terbatas dan sulit untuk mengadakan kegiatan, lalu dikait-kaitkan kegiatan Duta yang terlihat gampang di acc, sepertinya itu bukan kewenangan kami untuk menjawab. Barangkali rekan-rekan bisa mencari tahu alasan mengapa kegiatan kalian belum di acc oleh kampus. Tapi sepengalaman saya ikut mengadakan kegiatan bersama teman-teman di UKM-ESS dan HMJ Informatika, alurnya sama seperti saya mengajukan kegiatan pemilihan Duta ITATS. Ya mengajukan proposal ke WR III, ± 2 minggu baru ditindak lanjuti, jika belum ada konfirmasi ya menunggu lagi, ketika sudah ada kabar kami baru mengetahui hal apa saja yang di acc dan tidak di acc, ya nego juga perihal anggaran biaya, perihal perizinan tempat, dan lain-lain. Semuanya sesuai birokrasi yang diarahkan oleh WR III. Tahun 2014 ketika acara ini dihelat untuk pertama kali, dimana pihak rektorat mungkin belum terlalu memahami konsep acara ini maka WR III mengajak saya untuk menemui ketua yayasan dan mempresentasikan sendiri konsep kegiatannya kepada beliau. Eits... waktu ketemu beliau saya nggak ditanyai NPM dan hal-hal ngeri yang banyak dirumorkan mahasiswa lain nggak kejadian kok. Hehehe.

Rasanya masih pengeeeennnn nulis lebih banyak lagi untuk dibagi ke teman-teman. Tapi sepertinya cukup dulu.

Barangkali ada yang ingin ditanyakan/ngobrol terkait Duta ITATS, bisa menghubungi saya melalui email: zanzabela@yahoo.com (harap mencantumkan nama dan asal kampus/jurusan, jika tidak maka email diabaikan).

Terima kasih sudah berkunjung.
Instagram: zanza_bela