UJI KOMPETENSI WARTAWAN (Part 1)
CARA PEMULA MENCARI DAFTAR KAMPUS LN UNTUK BEASISWA
Jika sudah di tahap pencarian kampus, disarankan sudah tidak bingung mau ambil jurusan apa. Setidaknya di kepala sudah ada referensi "oh aku akan menggeluti bidang ilmu sosial khususnya yang berkaitan dengan komunikasi" misalnya. Tapi kalau di dalam kepala kalian masih bertanya-tanya, "aku sebenarnya mau kuliah jurusan apa ya? Aku minat di bidang apa sih?", maka sebaiknya kalian temukan dulu bidangnya. Spesifik lebih baik tapi semisal masih secara umum (general) juga tidak masalah. Intinya sudah tahu jurusan apa yang kalian ingin tuju. Terus gimana caranya menemukan jurusan impian? Sesuai passion? Walaahh panjaang bener.. tulisan di unggahan ini bukan spesifik bahas tentang how to find your passion tapi lebih spesifik tentang cara selancar kampusnya.
Kalian senang data ke suatu event dan membuat recape acara itu baik dalam bentuk artikel tertulis maupun video. Semangat banget kalau kalian menceritakan lagi soal event yang baru kalian kunjungi. Kalian unggah itu di blog dan kanal youtube milik kalian. Dari sekian banyak event yang sudah dikunjungi dan ditonton, ternyata kalian merasa lebih sreg untuk acara-acara berbau fashion atau peragaan busana. Seiring berjalannya waktu, kalian ingin hasil tulisan dan video recape kalian lebih menarik untuk dibaca dan ditonton. Akhirnya kalian pun juga membaca blog atau buku tentang tips-tips menulis hasil liputan event, cara membuat konten video menarik, dst. Intinya, hal yang semula hanya hobi kesenangan bahkan iseng gabut, kemudian ada step lebih lanjut kalian perdalam ilmunya. Lama kelamaan, kalian ingin menjadikan bidang ini untuk studi lanjut di jenjang pendidikan formal yaitu perguruan tinggi. Kalian juga berpikir untuk mengambil kursus atau les tentang konten kreator atau tentang kepenulisan sembari mencari kampus impian.
Nah, dari contoh pendek ini setidaknya seseorang telah sedikit menemukan apa bidang yang ingin ditekuni kan? Kata kuncinya dia suka "meliput event" informasi tambahannya dia lebih sreg meliput tentang "acara fashion". Nggak sekedar gabut semata tapi dia akhirnya niat untuk ke jenjang serius *aszekk alias memperdalam ilmu di bidang penulisan hasil liputan, content creation, kepenulisan, dll.
Sekarang kita kaitkan dengan jurusan di kampus-kampus. Yang jelas, enggak ada judul jurusan "Sarjana Meliput Event", ini nggak ada gengs ya. Kata kunci "suka meliput event" tadi kan bahasa awam kita aja, kita harus cari istilah dalam rumpun ilmu jurusan kampus itu apa ya. Singkat cerita, dengan kekuatan Google dan TikTok, kata kunci "suka meliput event" tadi mempertemukan kalian dengan keyword "jurnalistik atau journalism". Lalu kalian cari untuk bidang jurnalisme itu, masuknya di prodi atau fakultas apa ya?
Kalau kampus di Indonesia, bisa jadi masuk dalam jurusan broadcast and multimedia atau ilmu komunikasi dengan peminatan media/jurnalistik fakultas ilmu sosial dan politik.
Informasi ini sudah bagus untuk menjadi bekal kalian menemukan jurusan impian kalian. Untuk menentukan mau di jurusan broadcast atau ilmu komunikasi, kalian perlu browsing tentang mata kuliah atau deskripsi jurusannya ya.
Gambaran contoh di atas kalau misal di kampus Indonesia, maka kalian bisa saja memilih jurusan :
Opsi 1 : Broadcast atau Jurnalistik
Opsi 2 : Ilmu Komunikasi peminatan Media (peminatan lain ada Kehumasan)
Bagaimana dengan kampus di luar negeri?
Pertama, taught programme : biasanya perkuliahan lebih sistematis dan terstruktur seperti program sarjana umumnya. Mahasiswa mengikuti semua kelas mata kuliah full, seminar, ada evaluasi dengan ujian tulis, presentasi proyek akhir atau tesis/disertasi. Ditempuh selama kurang lebih 1-2 tahun (master) tapi tergantung jurusan dan negara. Ini cocok untuk mahasiswa yang mengejar pengetahuan praktis sesuai dengan industri dan profesi. Contoh gelar : Master of Science (MSc), Master of Arts (MA) dan Master of Business and Administration (MBA).
Kalau di Indonesia ada pilihan kelas karyawan dan reguler, ini beda ya dengan opsi yang di kampus LN. Hehehe... Lanjut!
Tapi, kalau kalian benar-benar masih pemula apalagi pekerja yang nggak punya waktu melimpah untuk berputar-putar di banyak situs, kalian akan kesusahan untuk menuju kampus impian dengan cara pencarian seperti ini. Apalagi list kampus yang muncul akan snagat banyak kan? Tentu kalian ingin mencari kampus terbaik, jurusan yang pas di hati, fasilitas kampus memadai, mungkin sudah terstandarisasi bahkan masuk Top World Rank tertentu, pokoknya kampus nggak ecek ecek kan ya? Setidaknya bukan kampus bodong.
Berdasarkan pengalaman pribadi, untuk memudahkan mengerucutkan kampus-kampus tujuan, maka gunakan keyword "Russel Group" untuk kampus impian kalian di UK.
Buat yang belum tahu, Russel Group ini didirikan sejak tahun 1994 yang merupakan kelompok universitas-universitas penelitian terkemuka di Inggris dengan total 24 anggota universitas yang fokus dengan riset dimana hasilnya berkontribusi dan memiliki peranan besar untuk pertumbuhan ekonomi di UK. Selain itu, kampus-kampus ini juga menempati peringkat atas, baik di UK maupun menurut QS World University Rankings, Times Higher Education dan Complete University Guide. 24 kampus yang termasuk Russel Group bisa kalian cek di sini.
Nah, akan lebih mudah ketika kalian sudah mengerucut untuk mencari jurusan impian di antara 24 kampus tadi kan? Tapi tidak ada salahnya juga kalian mencari di luar daftar Russel Group, kalian bisa cari di web Chevening yang memuat informasi daftar kampus partnership dengan Chevening. Selanjutnya kalian mencari departemen yang sesuai jurusan kalian.
Misalnya lanjutan contoh tadi di atas ya!
Jika kampus di Indonesia, pilihan yang mungkin disarankan antara broadcast atau ilmu komunikasi peminatan media. Tetapi jika melihat di kampus LN salah satunya di kawasan UK, kalian bisa menemukan yang sangat spesifik seperti Fashion Journalism and Content Creation (MA) di University of The Arts London, Journalism (Audio, Docs and Podcast) di University of Bristol. Kalau ingin memperdalam bidang jurnalisme dan ilmu komunikasi bisa memilih Journalism, Media dan Communication di Cardiff University atau Media, Communication and International Journalism di University of Glasgow. Untuk yang bidang serupa, tapi segmen olahraga, ada juga sport journalism di University of Brighton, dan masih banyak lainnya.
Opsi 1 : Broadcast atau Jurnalistik
Opsi 2 : Ilmu Komunikasi peminatan Media (peminatan lain ada Kehumasan)
Opsi 1 : Fashion Journalism and Content Creation
Opsi 2 : Journalism, Media dan Communication
Opsi 3 : Communication Science
dst.
- US / Amerika : Ivy League
- Australia : The Group of Eight
- Tiongkok : C9 League
- Jepang : Imperial Universities
- Korea Selatan : SKY Universities
Aku juga sedang mencari informasi tentang kampus-kampus LN khusus bidang ilmu komunikasi (jenjang S2/S3), yang membutuhkan list-nya bisa klik di sini ya. Semoga membantu. Tidak bersifat mutlak, tetap kalian harus cek di situs resmi yang tertera di masing-masing kolom. Semangat!
Terima kasih sudah mampir.
(Adm/Zan)
Cerita Sertifikasi BNSP Training of Trainer
![]() |
Peserta ToT BNSP Batch 10 |
Masih cerita di tengah pandemi covid-19. Hobi yang muncul bersamaan dengan maraknya corona di Indonesia sejak 2020. Bisa tebak nggak kira-kira apa hobi baruku? Webinar hunter. Hahaha....
Selama pandemi ini kayak banyak webinar yang topiknya kece, up todate dan pematerinya pun nggak kaleng-kaleng. Karena lulus kuliahnya sudah sejak 2019, jadi jangan sampai ketinggalan isu-isu terkini apalagi yang berkaitan dengan topik komunikasi, public speaking, isu sosial pembangunan masyarakat, dan lain-lain. Sekali lagi thanks to covid-19, ya tapi aku juga pengen pandemi cepet pergi sih biar saldo lekas normal *oops
Selain pemuja webinar, beberapa bulan terakhir juga ngincer online workshop yang penyelenggaranya juga bergengsi. Seperti DigiTalent yang diselenggarakan oleh Kominfo. Dan beberapa skema sertifikasi profesi yang diselenggarakan oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) juga diadakan secara online selama pandemi ini. Seperti pada April lalu saya juga mengikuti sertifikasi Kepenulisan Buku Non Fiksi dan tanggal 19-21 Agustus 2021 saya mengikuti sertifikasi ToT untuk kualifikasi pelaksanaan program pelatihan tatap muka.
Di hari pertama (19/08) seluruh pertama menerima pembekalan materi dari narasumber mengenai wawasan tentang sertifikasi kompetensi, cara menentukan SKKNI, cara membuat program pelatihan, kurikulum, silabus hingga lesson/session plan. Lumayan panas sih hari pertama. Ditambah kami juga harus menyiapkan materi untuk microteaching yang akan dipraktikkan di ujian akhir. Di hari kedua (20/08) terdapat pra asesmen dan finalisasi untuk kesiapan dokumen portofolio yang sudah mulai dicicil sejak hari pertama (dokumen program pelatihan, kurikulum, silabus dan session plan) sekaligus simulasi microteaching.
Di hari ketiga (21/08) merupakan hari ujian yang menentukan kami kompeten atau belum kompeten. Pertama-tama kami menyelesaikan ujian tertulis yang memuat materi-materi di hari pertama dan kedua. Nilai minimum yang harus didapatkan peserta adalah 80. Lumayan bikin spaneng euy.
Contoh pertanyaan pilihan ganda untuk tes tulis ToT BNSP bisa dibaca di sini.
Usai tes tulis, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk secara bergiliran melakukan microteaching selama 20 menit dan sesi wawancara.
Begitu seluruh tes tulis dan microteaching selesai, tahap terakhir yaitu sesi wawancara dan konfirmasi asesor terhadap dokumen portofolio peserta. Oiya tips untuk teman-teman yang ingin mengikuti sertifikasi ini, siapkan desain materi dalam power point semenarik mungkin. Karena ternyata penyajian materi dalam ppt juga menjadi salah satu indikator yang diperhatikan oleh asesor.
Semoga berkah. Semoga pandemi lekas berlalu. Aamiin..
Terima kasih sudah mampir.
(Admin/Zan)
Quality Control Hewan Kurban Dompet Dhuafa Jawa Timur
![]() |
Bersama media partner dan influencer berkeliling DD Farm Madiun |
![]() |
Bersama Mas Eko berkeliling DD Farm Geger, Madiun |
![]() |
Situasi Kandang Loading DD Farm, Madiun |
![]() |
Proses penimbangan domba di kandang loading |
![]() |
Domba dimasukkan dalam kandang bersekat dengan kode tertentu |
![]() |
Bersama Pak Kholid, pincab DD Jawa Timur |
Mungkin tertarik untuk menunaikan kurban melalui Dompet Dhuafa Jawa Timur?
Bisa mengikuti akun instagramnta di @ddjatimorg atau website kurban.dompetdhuafajatim.org ya.
Bersama dengan ibu-ibu di Rumah Susu Lawu |
Pengalaman di Simposium Indonesia SDGs Summit 1.0 (Part 2)
![]() |
Beberapa peserta ISS 1.0 |
Cerita persiapanku sebelum summit, juga bisa teman-teman baca di artikel sebelumnya berjudul Pengalaman di Simposium Indonesia SDG's Summit 1.0 (Part 1).
Pada hari pertama, acara diawali dengan simposium 1 bersama Kak Dennis yang merupakan founder Sekolah Saham Indonesia. Membahas mengenai financial freedom dan dunia investasi. Meskipun bukan topik baru, tetapi senang bisa lebih deep mengetahui tentang ini. Setelah simposium 1 dilanjutkan dengan presentasi 39 peserta yang esainya telah terpilih dari total 90-an esai yang dikirimkan kepada panitia. Tips untuk teman-teman yang mungkin akan mengikuti ISS 2.0 atau forum sejenis, sebaik-baiknya ide tertulis tetapi saat presentasi harus memperhatikan durasi. Dan sampaikan dengan metode "segitiga", yaitu mengerucut ke fokus solusi/inovasi baru ke penjelasan. Jangan segitiga terbalik, karena ketika waktunya habis, maka kalian tidak akan sempat menyampaikan apa fokus solusi dan inovasi dari esai yang telah kalian buat. Aku pun overtime, kayak nyesel gitu nggak bisa tuntas menyampaikan tetapi sangat beruntung fokus dari solusi dan inovasi esai sudah tersampaikan di awal paparan. Sehingga ketika pun kehabisan waktu, dewan juri sudah mendapatkan poin utama dari apa yang ingin aku sampaikan. Kalau ingin belajar tentang powerful presentation bisa DM ke instagram @maestria.id ya.
Oke lanjut. Setelah presentasi usai, kami mengikuti simposium 2 bersama Kak Cania Citta yang membahas mengenai gender. Kak Cania merupakan Head of Content di Geolive ID. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman Top-5 esai dari kesleuruhan peserta yang telah presentasi.
![]() |
Top 5 Presenter ISS 1.0 |
Yeay! Seperti penyakit pikiran pada umumnya, ya pasti sedikit insecure tapi benar-benar nggak nyangka bisa lolos Top 5. Untuk persiapan final di hari ke-2 ISS kami berlima mendapatkan briefing dari panitia termasuk poin-poin yang akan menjadi kriteria penilaian, yaitu :
1. Relevansi dengan tema SDG's yang menjadi tema ISS 1.0
2. Originalitas
3. Koherensi antara isu dengan ide/inovasi
4. Performance presentasi dan tanya jawab (gesture, eye contact, dll)
Dan berakhirlan sesi hari pertama ISS 1.0. Di hari ke-2 pun nggak kalah seru + deg degan tentunya. Hehehe...
Acara diawali dengan simposium ke-3. Kali ini membahas topik yang lumayan trending akhir-akhir ini yaitu membahas Quarter Life Crisis bersama Kak Nago Tejena yang merupakan Clinical Psychologist Universitas Padjadjaran. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi presentasi dari Top-5 Presenter. Mungkin ada yang akan mendaftarkan diri di ISS 2.0 dan ingin mempresentasikan esai, nah di sesi Top-5 ini ada sesi tanya jawab dari juri-juri handal. Pertanyaan yang aku dapat dari Mas Muflih Dwi Fikri (Founder Global Millenial Group) adalah siapa saja mitra untuk mewujudkan inovasiku, bagaimana teknis pelaksaan dan di akhir sesi QnA juri memberikan kesempatan 30 detik untuk memberikan closing statement. Fiuh, grogi euy. Tapi alhamdulillah sudah selesai.
Setelah itu, sembari dewan juri menentukan siapa presenter terbaik, acara dilanjutkan dengan simposium 4. Yang menurutku insightful banget karena dari sini lebih banyak hal baru yang aku ketahui tentang disabilitas. Dan ternyata pematerinya satu almamater juga di Media & Komunikasi Universitas Airlangga, hahaha.. jadi langsung klop begitu aku DM di instagram dan aku cerita juga satu almamater dengan dia. Simposium 4 diisi oleh seorang awardee beasiswa LPDP yaitu Kak Umar Syaroni. Sekarang dia masih semester 2 di Medkom UNAIR.
Jreeeng jreeeng...
Sebelum pengumuman, panitia ternyata sudah menyiapkan closing party. Ada games dan satu guest star yang menyanyikan beberapa lagu. Jadi berasa ikut konser virtual yak. Hahaha.. tapi seru, ambyar bareng-bareng peserta lainnya.
Dan saatnya pengumuman.
![]() |
Peringkat 5, 4 dan 3 |
![]() |
Peringkat 2 |
![]() |
Peringkat 1 |
Nah ini daftar peringkatnya dari 5 ke 1 ya:
1. M. Audrey Hasanal - Universitas Sriwijaya (188)
2. Cycilia Ernita - Universitas Atma Jaya (199)
3. Berdit Zanzabela - Universitas Airlangga (211)
4. Rosa Diwanegara - Universitas Airlangga (212)
5. Nandasetya Kharisma - Wetrust Initiative (217)
Baru ngeh juga ternyata selisi 1 poin dengan peringkat ke-2, ada masukan dari Kak Muflih yaitu memperkuat branding. Ini masukan bagus jadi selanjutnya bisa semakin diperkuat untuk strategi branding-nya. Terima kasih semua kakak kakak panitia ISS 1.0 :)
Dan kabar gembira untuk teman-teman yang ingin mengikuti ISS 2.0, pendaftaran akan segera dibuka nih. Bisa langsung cek di website Indonesia SDG's Summit. Jika ingin bertanya mengenai kegiatan ini, bisa DM ke instagramku @zanza_bela ya.
(Adm/Zan)
Menyisihkan atau Menyisakan?
Uang yang akan kalian tabung, itu karna sudah disisihkan atau disisakan?
Bedanya apa? Kan sama sama nanti ada uang yang akan disimpan.
Kalau disisihkan, artinya sejak awal sudah ada alokasi. Misal dari 100.000, sudah diniati sejak awal "oh 40.000 untuk disimpan", sudah disisihkan. Jadi dia akan menggunakan yang separuhnya saja. Tapi lain kasus kalau tiba-tiba sakit/kena musibah, uangnya kurang dan harus menggunakan uang 40.000 tadi untuk menebus obat.
Tapi kalau "ntar lihat dulu habisku berapa, baru tak tabung". Lha kalau tiba-tiba di tengah jalan, panas dan haus t'rus ngeliat bakul es pisang ijo. Yang semula nggak pengen akhirnya pengen, padahal uangnya ngepas tinggal 10ribu sesuai harga es, ketika dia beli nah habis dong uangnya. Nggak ada sisa dan nggak jadi nabung.
Sama dengan waktu. Katanya waktu sama berharganya seperti uang. Kalau kalian menyisihkan atau menyisakan waktu?
Ketika orang yang kalian sayang atau orang yang membutuhkan bantuan kalian meminta waktu, kalian akan menyisihkan atau menyisakan?
Pilihannya tentu menyesuaikan kondisi kalian saat itu. Rasa-rasanya kalian cukup dewasa untuk mempertimbangkan mana yang sejak awal mereka berhak atas waktumu artinya memang kamu sisihkan, atau mereka yang baru menerima sisa waktumu ketika kamu sudah selesai menyelamatkan dunia.
Tapi, kalau aku pribadi akan sangat mengingat apa yang telah seseorang berikan termasuk ketika mereka memasukkanku dalam daftar penerima waktu mereka. Karna meski hanya beberapa menit mereka menyisihkan, meluangkan, bagiku mereka seperti memberi penghidupan.
Juli 2021
(Adm/Zan)
Pengalaman di Simposium Indonesia SDGs Summit 1.0 (Part 1)
![]() |
Simposium ISS 1.0 |
Halo pejuang pandemi! *aseekkk
Ceileee pejuang pandemi. Karna sudah begitu sesak dengan berita-berita menyeramkan tentang covid-19, mencoba melawan arus berita-berita itu dengan hal lain. Meskipun produktifitas agak terganggu karna anjuran mengurangi mobilitas untuk mematuhi protokol kesehatan, tetapi jangan kemudian membiarkan waktu berlalu sia-sia ya teman-teman. Mari bersama-sama menjadi pemenang melawan pandemi ini. Bukan hanya menang karena patuh prokes tapi juga tetap mengisi diri dengan aktivitas positif bahkan meningkatkan keterampilan diri. Dan thanks to instagram! Karena berkat algoritma instagram yang membaca keyword apa yang tiap pengguna cari dan sukai, instagram mempertemukanku dengan event kece ini. Yaps, nama kegiatannya adalah Indonesia SDG's Summit 1.0 dengan tema Strengthening Youth’s Action for 2030 Agenda on Sustainable Development Goals.
![]() |
Hasil Seleksi Esai ISS 1.0 |
Hal Yang 'Terlewat' Saat Memilih Kampus
Ini semacam flashback, ketika beberapa tahun lalu diriku memilih jurusan dan kampus idaman. Bagi gadis desa sepertiku yang saat itu terbatas mendapatkan akses informasi, mading sekolah, guru BK dan kunjungan alumni-lah sumber informasi ter-valid menurutku. Sesekali aku mengakses internet, tapi biaya warnet yang pada saat itu cukup mahal untuk seumuranku, membuatku hanya menyasar informasi inti saja, tidak leluasa berselancar berjam-jam di Google. Maka ku telan saja resiko yang harus ku terima.
Apa pertimbangan kalian ketika akhirnya memilih kampus idaman? Kalau aku bertanya di tahun 2021 ini, jawabannya akan sangat keren dan bervariasi ya.
Tapi ijinkan aku untuk memaparkan beberapa alasan calon mahasiswa baru atau camaba memilih perguruan tinggi yang trend pada zamanku saat itu.
- Reputasi: pilih kampus ya yang favorit, ya yang bergengsi dong, keren
- Jurusan: mau jadi A, pengen kerja di X (mungkin ini alasan yang masih relevan ya untuk saat ini)
- Passing grade: ini PG-nya rendah, peluang buat aku masuk jadi pilih ini aja deh (sumpah ini fatal dan keliru banget bahkan sebagian orang mengutuk pertimbangan pada PG murni ini sangat sesat)
- Pacar atau gebetan: pacarku ambil di Y, jadi aku Y juga ah; atau di kampus Z ada senior mirip artis Korea (ada yang kayak begini juga?)
- Dipaksa orang tua: mereka maunya aku jadi A, jadi harus kuliah di A deh
![]() |
Sumber: Kompas (15 Maret 2019) |
Dilansir dari Kompas, para lulusan sarjana diharapkan tidak hanya puas dengan ijazah tetapi juga harus mengantongi sertifikasi profesi. Meskipun ini sudah berita lama, tapi nampaknya belum banyak orang yang menjadikan sertifikasi ini sebagai prioritas.
Jika kalian memilih perguruan tinggi, coba pertimbangkan juga keberadaan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi). Di beberapa kampus ada yang dijadikan satu dengan departemen pengembangan karir atau yang sejenis.
Memang, apa manfaat adanya LSP atau sertifikasi profesi?
Dilansir dari LSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dengan sertifikasi ini kalian akan mendapatkan lisensi dan pengakuan kompetensi atas keahlian dalam cabang ilmunya sehingga lulusan memiliki daya saing lebih di dunia kerja. Sekaligus komponen pengisi SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah).
Masih bingung?
Kita pakai contoh di perguruan tinggi UNTAG Surabaya aja deh. Misalnya, kalian adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di UNTAG Surabaya. Selain lulus dan bergelar S.Kom, kalian juga bisa mendapatkan fasilitas sertifikasi profesi untuk skema Penyiar Televisi (KOM.01/SSK/LSP/IV/2017). Jika selama kuliah tidak ada waktu & biaya untuk kursus (penyiar misalnya), manfaatkan LSP ini untuk uji kompetensi sebagai penyiar tv. Sertifikatnya bisa kalian gunakan sebagai pendamping ijazah dan portfolio jika melamar pekerjaan. Tentu kamu juga harus melatih keterampilan penunjang lain ya. Info skema sertifikasi di UNTAG Surabaya, bisa cek di https://lsp.untag-sby.ac.id.
Kita ambil contoh lain lagi ya. Disini ada calon maba prodi tata rias?
Di UNESA terdapat LSP dengan skema sertifikasi Perias Pengantin Gaun Panjang dan Perias Pengantin Solo Putri. Sertifikasi untuk tata busana dan lain-lain bisa cek di https://lsp.unesa.ac.id/.
Atau ada yang berencana mengambil jurusan Perminyakan? Jika kalian mengambil di Kampus UBHARA JAYA, di sana ada LSP dengan skema sertifikasi Ahli Fluida dan Pengeboran Migas dan Panas Bumi. Atau camaba jurusan Teknik, dan ingin jadi Ahli K3 Madya, bisa juga ikut sertifikasinya. Info selengkapnya, cek di https://lsp.ubharajaya.ac.id/.
Masih banyak kampus-kampus lain yang memiliki LSP. Keterampilan kalian bisa diuji dan jika kompeten akan mendapat lisensi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Apa tidak bisa jika saya mengikuti sertifikasi tapi bukan mahasiswa di LSP kampus tersebut?
Mayoritas tidak bisa. LSP kampus X maka hanya bisa diikuti oleh mahasiswa kampus X. Tapi, ada juga kampus tertentu yang menjalin kerjasama dengan BNSP untuk pengabdian masyarakat sehingga mengadakan sertifikasi profesi yang bisa diikuti oleh masyarakat umum. Jadi harus perbanyak update info. Tapi lebih beruntung jika ternyata kamu sudah berkuliah di kampus yang menyediakan skema sertifikasi sesuai prodi dan keahlianmu.
Bagaimana?
Mulai masuk pertimbanganmu dalam menentukan jurusan dan kampus idaman?
Semoga bermanfaat.
Cerita Sertifikasi Skema Penulisan Buku Non Fiksi
Apa yang kalian bayangkan kalau ikutan sertifikasi kepenulisan buku non-fiksi?
Hehehe.. itu pun juga yang ada di benak saya. Namun setelah mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh UNITOMO Press bekerjasama dengan LSP PEP Jakarta (1/4), ada beberapa hal baru yang saya ketahui tentang sertifikasi penulis dan editor.
Ada empat pilihan skema yang bisa diikuti dalam ujian sertifikasi kompetensi BNSP ini, yaitu skema penulisan buku non-fiksi, skema penyuntingan naskah, skema penyuntingan akuisisi dan skema penyuntingan substantif.
Waktu itu saya mengikuti skema untuk penulisan buku non-fiksi karena memang tujuannya berkaitan dengan menyusun modul atau bahan ajar. Dan ternyata syarat untuk mengikuti sertifikasi ini terbagi menjadi dua jalur. Yang pertama adalah jalur pendidikan dan kedua jalur non-pendidikan.
Untuk jalur pendidikan, peserta merupakan mahasiswa minimal semester 4 dan atau lulusan dari jurusan Ilmu Budaya, Ilmu Komunikasi dam Ilmu Penerbitan. Dan untuk jalur pendidikan ini, bagi kalian yang sama sekali belum pernah menulis buku atau menghasilkan karya berupa buku, maka kalian bisa mengikuti mekanisme uji kompetensi untuk non portfolio.
Tetapi untuk kalian yang bukan berasal dari ketiga jurusan tersebut, namun sudah memiliki karya buku atau saat ini bekerja sebagai penulis atau editor di suatu perusahaan penerbitan, maka kalian bisa memilih kategori non-pendidikan dengan mekanisme asesmen portofolio (jika tulisan saya kurang tepatm mohon revisinya melalui kolom komentar).
Sedangkan untuk syarat dokumen yang harus dilengkapi adalah ijazah terakhir minimal D2, identitas KTP, pasfoto 4x6 berlatar merah, CV terbaru yang ditanda tangani, sertifikat pelatihan kompetensi di bidang penulisan buku non fiksi (jika ada), cover buku karya (jika ada), surat keterangan bekerja sebagai penulis dari lembaga penerbitan (jika ada), dan tiga buah cover karya buku ber-ISBN (jika akan mengikuti uji dengan metode portofolio). Untuk persyaratan skema yang lain bisa cek di sini.
Setelah mendaftarkan diri, peserta akan mendapatkan konfirmasi melalui email atau SMS dan mendapatkan usernam dan password untuk login di website Sistem Sertifikasi LSP (lsppenuliseditor.id). Jika ada berkas/dokumen yang belum dilengkapi, maka akan ada pemberitahuan dalam email tersebut. Setelah berkas dilengkapi dan lolos verifikasi, bagi yang mendaftar seperti saya untuk kategori pendidikan dengan jenis asesmen non portofolio maka akan muncul tampilan seperti ini :
![]() |
Suasana Sertifikasi TUK Unitomo Surabaya di Hotel Ibis Style |
Pengalaman Seleksi Kerja di Infomedia Humanika Solution (2)
Mentorship Siswa Foundation
Muka tegang saat wawancara. Masih sempat ya nyulik moment buat capturescreen. Hahaha. |
Materinya mengenai STIFIn. Ini kali pertama saya mengenal STIFIn. Ternyata langkah untuk menemukan passion atau mengenali diri sendiri untuk menuju profesi, ada tools-nya. STIFIn merupakan sebuah pengembangan profesi yang bertujuan untuk memudahkan dapam menemukan profesi yang paling sesuai. Sekaligus memberikan arahan untuk bisa berhasil di profesi tersebut sesuai dengan bakat alami.
Dan apa yang saya yakini mengenai passion selama ini ternyata juga dibenarkan dalam STIFIn tersebut. Profesi pilihan = Talent + Passion. Sedangkan passion merupakan hasrat yang menggebu-gebu untuk melakukan sesuatu hingga all-out, jangka panjang dan tidak bisa digantikan dengan hal yang lain.
Ah, penjelasannya panjang ya kalau diketik. Hehehe... Beruntung sekali, alhamdulillah. Belajar terus, terus belajar.