Showing posts with label media penyiaran. Show all posts
Showing posts with label media penyiaran. Show all posts
1/6/25

Suasana Casting di Inilah.com

 


Kayaknya kalian belum familiar dengan nama instansi ini ya? Sama dong!

Semoga tulisan ini bisa menjadi tambahan referensi untuk kalian yang sedang mencari sumber informasi valid tentang perusahaan ini. Kita mulai, let's go!

Kalau ngebahas usia perusahaan, inilah.com hampir sepantaran dengan detik.com, jadi bisa dibilang lumayan usia matang, bukan newbie. Untuk lokasi kantornya di kawasan Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di maps ketik aja "inilah.com" nanti akan muncul komplit dengan nama PT. Indonesia News Center. Suasana kantornya homey, ini bisa cocok untuk kalian yang nyari suasana kantor yang nggak kaku kayak "kantor" banget. Kalau kalian akan interview kerja disini, setidaknya ini sekilas gambaran tentang suasana kantornya.

Sebenarnya aku ke kantor ini untuk keperluan interview, aku dapat info dari temenku sesama jurnalis kalau kenalan dia sedang mencari host untuk podcast. Hari Jum'at langsung ngontak dan di hari yang sama dapat chat undangan interview dengan HR di hari Seninnya.

Karna saat ini masih ada pekerjaan di kantor lain, jadi aku berangkat hanya berbekal cinta dan kasih sayang untuk interview. Nggak kepikiran juga harus ganti baju, ya udah pakek seragam ala kadar gini. Dan tahu nggak? Tentu aja nggak tahu, kan baru mau aku kasih tahu haha... 

Begitu masuk ruangan, disambutlah dengan kamera, lighting dan teleprompternya. Ada eksekutif produser bilang, "siap-siap casting ya. Boleh prepare dulu".

Alamaakkk.. apa yang mau diprepare? Nggak grooming blasss euy, cuma pakek kemeja dan jaketan, hijab juga nggak styling proper. Karna ngehnya adalah interview aja. Aku coba baca chat HR lagi, apa aku salah baca dan benerrr kok tulisannya interview doang. Tapi kan ya udahlah, masak mau debat publik dulu.

Bagi teman-teman yang ngedaftar untuk jadi host atau penyiar, jadi siap-siap aja deh untuk dadakan-dadakan begini. Artinya ya, pengalaman, jam terbang, skill, nggak bisa bohong, nggak bisa di-setting. Kalau udah di luar kepala, ya akan bisa aja kok.

Dan pelajaran untuk diriku sendiri adalah selalu standby minimal blazer dan bawa lipstick plus minimal cushion, semisal ada tahu bulat di luar prediksi BMKG gini, setidaknya lumayan lah ya agak ready. Oke lanjut, akhirnya casting.

Eksekutif produser namanya mas Ferdi Ilyas (dia juga penyiar di CNN) langsung ngasih brief singkat dan script yang akan dibaca. Style pembawaan beritanya bener-bener Gen Z ala ala mewing rizz positive aura dah! Jadi pembawaan penyiar berita ala ala media terestrial yang lugas, formal, hard news banget akan nggak berlaku disini. Story telling style, ada ala ala julidnya dikit, bayangannya kayak seolah kita sedang ngobrol sama temen, lebih agak santai menurutku. Tapi karna mungkin belum terlalu biasa, aku pun masih penyesuaian.

Memang hanya 1 berita saja, tapi durasinya sekitar 3menitan. Harusss atur nafas ya sayy. Untung sambil duduk, jadi agak lumayan rileks. Begitu selesai, lanjut ngobrol santai dengan mas Ferdi sebagai user nantinya. Nggak usah dibayangin pertanyaannya bakal susah kayak kalkulus, enggaaakk kok! Lumayan santai, intinya kita dikenalin sama program-program apa yang akan dibawain ketika diterima. Oiya, tupoksi utama memang jadi host podcast ya tapi di momen tertentu utamanya saat big event, akan diminta juga untuk menulis berita.

Menurutku yang dicari memang bukan yang fase belajar atau minta diajari ya. Makanya mereka pun nggak menerima yang fresh graduate. Dan ternyata sepemikiran, mas Ferdi pun juga menyampaikan ini.

Oiya teman-teman, bagi yang pemula, newbie, masih belajar dan masih memperbanyak jam terbang, jangan pesimis dulu, jangan suudzan dulu. Setiap instansi ketika membuka rekrutmen pasti punya 'warnanya' masing-masing. Dan ini juga dipengaruhi dengan tupoksi, ruang lingkup pekerjaan, dll. Kalau posisi di inilah.com yang sedang dibuka ini mereka menyesuaikan dengan load kerja yang kian hari kian padat. Podcast dengan pejabat publik yang sering dadakan, sering berubah karna padatnya jadwal mereka, dll. Maka nggak heran kalau mereka memang mencari yang sudah ready to go.

Setelah selesai ngobrol dengan eksekutif produser, berlanjut interview dengan HR namanya Mbak Olga. Tenaaaang, nggak saklek juga. Kan tadi udah aku prolog kalau suasana kantornya aja homey kok. Santai kok, kayak ngobrol biasa aja. Ketika disscuss dengan HR, pembahasannya lebih tentang sistem kerja, benefit yang didapat, termasuk jenjang karir.

Dari kesimpulanku mendengar penjelasan mbak Olga, kantor ini termasuk yang greenflag perihal jenjang karir. Dan sangat open kepada semua staf, selama kamu kompeten ya bisa aja dapat promosi. Nggak yang harus ada syarat pendidikan linear, harus S1 S2 apa S10 dulu baru bisa promosi. Jadi sepertinya akan lebih fair untuk staf berprestasi disana. Kira-kira gambarannya dari staf, naik ke supervisor lalu posisi head.

Selain gaji pokok, untuk tunjangan pun lumayan kok. Ada tunjangan kehadiran, tunjangan jabatan, tunjangan transportasi, BPJS. Semoga aku nggak kelupaan nyebutin yang lainnya ya hehe..

Sebagaimana pekerjaan full time pada umumnya, ya 9 to 5 misal kamu dateng jam 10 ya agak tambahin pulangnya jadi jam 6. Tapi untuk libur bisa kondisional. Sistemnya 6 hari kerja, 1 hari libur. Jatah seminggu, libur 1x dan semisal dalam seminggu itu jatah libur tidak diambil maka bisa dirangkap akumulasi untuk minggu depannya lagi. Menurutku ini lumayan humanis.

Dan setelah aku tanya-tanya, memang sistem WFH belum diberlakukan untuk saat ini. Aku pun menanyakan dan mengajukan ke manajemen tentang sistem full time ini acuannya harus kehadiran di kantor artinya WFO, atau bisa by output artinya darimana pun asal output kerjaan ada dan beres maka bisa dihitung dia setiap hari ada output yang dikerjain.

HRnya juga cukup welcome jika ada diskusi seperti ini. Ya meskipun hamba sebagai kaum sudra apalah apalah ini sadar diri, ya apapun yang terjadi kan hamba bukan pemilik perusahaan. Jadi yo wes manut wae hahaha... masih mau didiskusikan HR dengan manajemen kok.

Dan selesaiiii. Kembali nguliiii.

Sekian dulu, kapan-kapan lanjut. Terima kasih sudah mampir.

12/26/24

UJI KOMPETENSI WARTAWAN (Part 1)

Awal mula menggeluti bidang jurnalistik, dimulai saat aku duduk di bangku SMP dan berlanjut di SMA. Karena memiliki kesenangan dalam bidang tulis menulis, ku tuangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya Karya Tulis Ilmiah. Dan kebetulan waktu SMA, ada salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menurutku sangat memorable. Yaitu tugas untuk mengadakan praktik talkshow dimana kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok akan dibagi perannya. Dan kelompokku menunjukku sebagai host sedangkan temanku lainnya berperan sebagai narasumber. Mulaikah kami berdiskusi tentang topik, membuat pertanyaan, menyusun jawaban narasumber, aku pun menyusun scriptku dengan kemampuan ala kadarku. Haha..

Ternyata diam-diam, guruku, bu Tatik, memperlombakan performa tiap kelompok dengan kelompok antar kelas lain. Angkatanku waktu itu itu terdiri dari 3 kelas jurusan IPA dan 4 kelas jurusan IPS. Per kelas bisa saja terdiri dari 3-4 kelompok. Setelah masa tugas selesai, seluruh kelompok sudah tampil, guruku mengumumkan host terbaik dari seluruh kelas. Dan ternyata, akulah yang dianggap memberikan performa terbaik. Dari sejak saat itu, melakukan presentasi atau berbicara di depan umum tidak lagi hanya sebuah syarat belajar mengajar di kelas, tapi bagiku udah seperti hobi dan passion. Aku mencoba mencari kesempatan entah melalui lomba, forum, pertemuan rapat organisasi atau lainnya untuk menyalurkan hobiku berbicara. Bahkan diam-diam aku mulai mencari-cari topik apa yang harus aku sampaikan di depan forum.

Menulis dan berbicara, bagiku hal yang menyenangkan. Walaupun saat itu belum mempelajari ilmu khususnya. Ya, hanya berbekal pelajaran bahasa Indonesia dan tugas sekolah, tapi lumayan untuk menumbuhkan kecintaanku terhadap dua hal ini.

Saat duduk di kelas 2 SMA, aku mengikuti sebuah kompetisi pemilihan duta wisata Kakang Mbakyu Trenggalek. Dan akhirnya membuatku memiliki banyaj teman baru yang berasal dari sekolah lain bahkan ada yang sudah mahasiswa. Saat bertemu, kami berdiskusi banyak hal termasuk salah satunya tentang majalah sekolah. Saya yang waktu itu sebagai anggota MPK, juga akhirnya baru sadar bahwa di sekolah kami belum ada majalah sekolah sebagai ruang sarana ekspresi pelajar dan ruang apresiasi. Saat pertemuan rutin OSIS-MPK, aku mulai membahas tentang majalah sekolah. Dan temanku bernawa Wahyu Fajar Bahari, dia ketua divisi publikasi OSIS menyepakati usulanku tersebut. Dan mulailah kami menyusun anggota, membagi tugas, berkonsultasi dengan guru pembina, mencari narasumber, menyusun rubrik, hingga menyusun layout majalah.

Nah disinilah bidang jurnalistikku mulai lebih diasah. Tak hanya sekedar teori, tetapi langsung praktik sembari menulis banyak artikel dan sumber wawancara kemudian dimuat di majalah sekolah yang kami beri nama paperMagz. Menjadi tantangan baru ketika bisa berburu berita, meliput acara, melakukan investigasi, berkenalan dengan orang baru dan banyak hal menyenangkan lainnya.

Berlanjut saat kuliah, ternyata dua kesenanganku ini tetap istiqomah ku lakukan. Awalnya aku kira hanya hobi sesaat, ya kan pelajar labil ya. Hehehe.. Aku kira setelah lukus SMA, aku nggak akan hobi menulis atau berbicara lagi. Ternyata salah! Aku masih konsisten melakukannya bahkan aku mendapat banyak info lomba yang mengedepankan 2 hobiku itu. Bonusnya, di setiap lomba itu, keterampilan public speakingku kian meningkat. Sampai pada akhirnya, ketika menang suatu lomba, aku ditawari salah satu TV lokal di Surabaya untuk menjadi penyiar dan ikut casting

Sampai akhirnya menjadi penyiar, reporter dan ternyata tugasku tidak hanya bersiaran di studio tetapi juga melakukan reportase dan menulis berita hasil liputan. Wah.. jadi flashback pengalaman sebagai crew majalah sekolah saat SMA.

Setelah 4 tahun sebagai insan media, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti UKW atau Uji Kompetensi Wartawan. Sebelum pelaksanaan ujian tatap muka, kami wajib mengikuti pembekalan dan pra asesmen secara daring. Termasuk kami diingatkan kembali mengenai Undang Undang dan Peraturan yang mengatur Pers dan Jurnalis di Indonesia oleh Bu Ninik Rahayu dari Dewan Pers. Dilanjutkan dengan materi-materi lainnya.




Baca juga lanjutan part 2 ya untuk pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan 2023.
2/1/24

TIPS JADI PENYIAR TV

Live Jakarta Hari Ini di TVRI Jakarta


Gimana caranya bisa jadi penyiar tv?
Ya, ikut rekrutmen di tv dan siaran. Kalau pun kerja di tv tapi bagiannya keuangan, ya nggak bisa disebut penyiar kan?

Ini pertanyaan sejuta umat sampai detik ini. Kadang-kadang nggak sempat kalau harus menulis jawaban panjang apalagi via chat. Jadi aku tulis disini supaya lebih detail. Selamat membaca.

Tapi, hal mendasar yang harus dimiliki bagi kalian yang ingin menjadi penyiar tv adalah ya harus bisa siaran. Misal pun ada kesempatan, sekarang rekrutmen penyiar tv, ada casting di suatu perusahaan televisi, tapi kalau kalian nggak punya keterampilan dan kemampuan untuk siaran di tv ya nggak akan diterima juga. Jadi mari kita bahas pelan-pelan dan berurutan.

Penyiar TV itu tidak hanya news anchor, tidak hanya reporter berita, tidak hanya pembaca berita ya teman-teman. Yang jadi host acara talkshow di tv, konser musik, bahkan host acara gossip itu juga termasuk kategori penyiar tv. Karakter dan penjurusan minat kalian menjadi penyiar tv yang mana??

Cara belajar untuk penyiar tv kategori news dan non-news juga berbeda. Apalagi pembawaan karakternya juga sangat berbeda. Walaupun ilmu dasarnya dari seni retorika tetap sama. Namun eksekusinya sangat berbeda.

Reportase Jakarta Hari Ini & Jakarta Terkini

Kita bahas dari penyiar tv kategori news atau lebih familiar disebut news presenter. Tidak semua penyiar berita bisa langsung gagah disebut news anchor ya. Yuk pahami bedanya dulu :

1. News Reader 
    Seseorang yang bertugas membacakan berita namun tidak terlibat peliputan atau penulisan berita

2. News Caster
    Seorang penyiar berita yang bertugas membacakan berita namun juga terlibat peliputan di lapangan

3. News Reporter
    Seorang penyiar yang bertugas melaporkan (report) suatu peristiwa dari lokasi kejadian secara real        time maupun live on tape.

4. News Anchor
   Seorang penyiar berita tergolong senior yang tidak sekedar membacakan berita dan terjun peliputan      tetapi juga mampu membawakan program dialog. Mengutip dari Tempo Institute, seorang news       anchor harus punya kemampuan menulis, memiliki wawasan luas di bidang jurnalistik, mampu               berkomunikasi dengan narasumber maupun media, memiliki kepekaan tinggi terhadap peristiwa atau    kejadian yang ada dilingkungan sekitar, serta memiliki kemampuan riset & analisis.


Sudah tahu bedanya kan? Jika kalian ingin menjadi news reader, maka aspek 3V (Vocal, Visual, Verbal) cukup dipelajari dan dilatih. Jika kalian ingin menjadi news caster dan news reporter, maka keterampilan menulis berita, reportase, improvisasi, mewawancarai narasumber, hingga menyusun pertanyaan juga harus kalian pelajari. Sementara jika ingin menjadi news anchor maka keahlian jurnalistik,  kemampuan riset dan analisis suatu peristiwa, literasi untuk memperkaya data sebelum membawakan acara dialog, hingga metode ekstemporan saat on air harus sudah terampil.

Kok banyak ya ternyata? Ya memang! Siapa yang bilang kalau penyiar berita cuma baca berita doang? Bertaubatlah kalau masih ada pola pikir seperti itu.

Bisa kok itu semua dipelajari. Namun bertahap ya teman-teman. Jangan langsung ke poin news anchor. Fase belajar jika terlalu dipaksa, tertekan, nanti kurang enjoy. Ada skill tambahan juga yang harus dimiliki oleh jurnalis yaitu kehumasan. Pasti kita bekerjasama dengan banyak orang bahkan bertemu orang-orang baru untuk wawancara atau keperluan lainnya. Maka sikap bak humas dan humanis juga diperlukan oleh seorang penyiar.

Lalu, kita bisa belajarnya darimana kak? Pertama-tama mengenali jenis-jenis naskah berita dulu. Pertama, ada naskah hard news. Biasanya merupakan berita yang memuat tentang peristiwa terkini, aktual seperti berita penambahan kasus covid, berita narkoba, kriminal, bencana alam, dll. Kedua, jenis soft news. Sesuai namanya "soft" yang cenderung berita-berita lebih ringan dan vibes-nya cheerful.  Seperti contoh berita tentang informasi pariwisata, kuliner baru, prestasi olahraga, dll. Nah, karena cheerful tadi makanya pembawaan penyiar saat membawakan berita ini harus menerapkan smiling voice, berkebalikan dengan hard news. Jadi jangan salah ekspresi dan jangan salah intonasi ya.

Sembari mengenali jenis-jenis naskah berita, sambil mengasah vokal kalian yang meliputi suara diafragma (jika ingin suara lebih bulat), artikulasi, intonasi, aksentuasi, spasi dan kecepatan berbicara. Selain itu latihan pernafasan karena naskah berita bisa saja agak panjang dan menuntut nafas yang stabil, tidak terdengar ngos-ngosan.

Bagi yang intonasi dan ekspresinya datar, tentu treatment latihannya berbeda dengan orang-orang yang memang sejak awal sudah ekspresif. Perlu keuletan dan mentor yang tepat aja untuk membantu kalian belajar secara sistematis dan progresif.

Jika kalian menempatkan keterampilan penyiar tv hanya sebagai kegemaran atau hobi saja, kalian sangat bisa belajar dari konten-konten di @maestria.id ini atau dari penyiar-penyiar lain yang juga rajin ngonten di medsos mereka. Namun jika orientasinya untuk profesional kerja, ada target ingin ikut open casting bahkan menjadikan karir, maka nggak ada salahnya kalau kalian cari mentor yang bisa mendampingi kalian belajar sesuai bagaimana industri itu berjalan. Cari pengajar atau mentor yang punya jam terbang tinggi atau lisensi misalnya seperti sertifikasi profesi dari BNSP atau  sertifikasi kompetensi dari Kemdikbudristek RI atau daripada ribet buang-buang waktu untuk nyari-nyari, mending langsung DM ke sini untuk janjian kelas + langsung belajar sama praktisinya. Info casting dan magang penyiar tv bisa follow akun @berzuara ya.

Eits, masih ada satu lagi. Gimana kalau penyiar non news?
Nah, konser musik di tv biasanya juga tetap ada host-nya kan? Acara gossip atau masak-masak juga tetap ada pemandu acaranya bukan?

Karena itu ditayangkan di televisi, maka sebutannya juga penyiar tv ya.
Kalau ilmu dasarnya dari seni retorika atau public speaking, semua sama. Hanya saja jika penyiar kategori entertain ini lebih mengedepankan suasana acara yang jadi meriah, cair, bahkan menghipnotis pemirsa di rumah untuk ikut hanyut di acara tersebut. Sudah ada gambaran ya?

Nah, setelah membaca tulisan singkat ini, kalian sudah nentuin mau jadi penyiar tv kategori mana?

Terima kasih sudah mampir. Semoga bermanfaat :)

(Adm/Zan)

2/2/21

Media Penyiaran : Pengertian dan Sejarah

Mata kuliah Penyiaran membekali mahasiswa pengetahuan praktis tentang media penyiaran (radio dan televisi) yang diajarkan secara integrasi dengan melibatkan empat kemampuan atau ‘skills‘ berbahasa: yaitu mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).

Penyiaran merupakan suatu keterampilan dasar manusia saat berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi. Penyiaran merupakan kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran atau sarana transmisi di darat, laut atau antariksa dengan menggunakan spectrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Langkah-langkah secara umum meliputi penggagas ide yang dalam hal ini adalah komunikator, kemudian ide tersebut diubah menjadi pesan atau informasi yang dapat dikirimkan baik secara verbal maupun non verbal melalui saluran dan sarana komunikasi sehingga dapat diterima ranah umum sebagai penerima pesan atau juga disebut sebagai komunikan. Unsur-unsur penyiaran disebut dengan istilah Trilogi Penyiaran yaitu studio, transmitter dan pesawat penerima.

Sejarah media penyiaran secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai penemuan teknologi dan sebagai industri. Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi berawal saat ditemukan radio oleh para ahli teknik di Kawasan Eropa dan Amerika. Sedangkan sejarah media penyiaran sebagai suatu industri dimulai di negara Amerika.

Sejarah media penyiaran di dunia dimulai ketika seorang ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim  dan menerima gelombang radio, yang kemudian dilanjutkan oleh Guglielmo Marconi (1874-1973) dari Italia yang sukses mengirimkan sinyal morse berupa titik dan garis dari sebuah pemancar kepada alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu berhasil menyeberangi Samudra Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan gelombang elektromagnetik.

Dalam teori media dan masyarakat, massa dikatakan bahwa media memiliki asumsi untuk membentuk masyarakat, yakni:

1. Media massa memiliki efek yang berbahaya bagi masyarakat. Tahun 1920-an di Eropa penyiaran dikendalikan oleh pemerintah. Hal ini berdampak buruk di Jerman karena digunakan untuk propaganda Nazi.
2. Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi pola pikir audiensnya. Rata-rata orang yang terpengaruh oleh media dikarenakan mengalami keterputusan dengan institusi sosial yang sebelumnya melindungi dari efek negatif media. “John Dewey” berkata bahwa efek negatif media dapat disaring melalui pendidikan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, muncul konsep media baru atau new media. Karakteristik new media tersebut antara lain sudah memasuki era digital bahkan sangat samar perbedaannya antara media cetak dan elektronik, bersifat interaktif dan tidak terbatas dengan wilayah suatu negara. Menurut kajian Canadian Broadcasting Corporation (CBC) yang dituliskan dalam situsnya bulan Desember 2006, new media khususnya bagi dunia penyiaran merupakan proses streaming di jaringan internet atau mobile. Berdasarkan penjelasan tersebut yang bisa dimasukkan dalam kategori new media adalah televisi-televisi kabel dan internet yang dalam hal ini streaming).

Referensi Bacaan :

Sulvinajayanti, Sulvinajayanti (2018). Manajemen dan Konvergensi Media. Penerbit Aksara Timur, Parepare, Indonesia

Djamal, Hidajanto dan Andi Fachruddin (2011). Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi Edisi 2. Jakarta : Kencana


Kontak :

E-mail : zanzabela@yahoo.com
IG : zanza_bela