12/31/17

Bahagiakan Dirimu, Lalu Orang Lain

Ada masa dimana kamu harus membahagiakan diri sendiri dulu, lalu membahagiakan orang lain.

Kalau peringatan di pesawat, kita diminta untuk menolong diri sendiri dulu baru orang lain. Haha...

Predikat 'bahagia' disini bukan secara denotasi kamu haha-hihi riang gembira. Tapi lebih ke "memantaskan diri".

Seorang guru tidak akan bisa memintarkan orang lain kalau dia tidak memintarkan dirinya sendiri terlebih dulu. Begitu pun Dokter, untuk bisa menyehatkan pasiennya dia harus menyehatkan dirinya sendiri. Cukup bekal ilmu untuk membantu pengobatan orang lain.

Niatkan apapun pembelajaran dan pengalamanmu untuk bekal guna menjadi sebenar-benarnya manusia yaitu yang bermanfaat bagi sesama.

Bermanfaat tak selalu disamakan dengan bagaimana kamu bisa mengaspal jalan kampung mu yang rusak karna banjir, tetapi bisa dari yang terkecil, "berprestasi dan menginspirasi". Jadilah remaja yang selain berbakti juga menyebar movement positive, produktif dan peduli.

Menjadi seorang 'figur' sebenarnya tidak sulit, mulailah dari diri sendiri. Pantaskan diri sendiri untuk menjadi figur yang bisa menjadi contoh. Ya, minimal karena asik menyibukkan diri dengan prestasi+kitiran berfaedah, insyaallah akan memotivasi kids jaman now untuk nggak doyan lagi nyinyir di sosmed, nyebar hoax, bahkan yang deket-deket sama narkoba.

"Ah, cari eksis doang!"

Percayalah, kamu jadi pecandu narkoba akan dihujat dan kamu berprestasi pun tetap akan ada yang nyinyir hebat.

Be positive + kurangi drama! :)

(Admin/Zan)
12/26/17

Karantina Unik Puteri Auleea 2017

Berencana mengikuti Pemilihan Putri Auleea?

Nah, tahun 2017 ini ada yang unik di serangkaian kegiatan Pemilihan Puteri Auleea 2017. Beruntung sekali saya bisa lolos seleksi tahap 1 dan merasakan masa-masa karantina di Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo.

Inilah yang saya sebut unik dan anti mainstream, karena untuk pertama kalinya saya merasakan sensasi 'mondok' (tinggal di pondok pesantren), tentunya pengalaman ini menjadi pengalaman luar biasa.

Eits.. Sebelum terlalu jauh, saya akan mengulas masa karantina dari hari pertama. Cekidot!

Karantina hari pertama dilaksanakan tanggal 23 Desember 2017. Kami bersiap dan berkumpul di Gedung PWNU Jatim pada pukul 07.00 WIB. Agenda pertama adalah company visit ke PT. Vitapharm (pabrik Viva Cosmetics). Selain mendapatkan ilmu merias diri (beauty class), kami berkesempatan untuk mengelilingi pabrik dan menyaksikan sendiri proses produksi hingga distribusi produk-produk Viva. Setiap tahap produksi dicek ketat lho. Mulai dari pengolahan bahan, pembuatan kemasan, hingga produk siap untuk didistribusikan ke masyarakat. Semua dijamin aman. Saya pribadi semakin percaya menggunakan produk dalam negeri seperti Viva Cosmetics. FYI, harga kosmetiknya terjangkau lho.

Setelah company visit, kami semua bergegas menuju lokasi penginapan yaitu Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo. Perjalanan dari Surabaya-Sidoarjo kurang lebih 1 jam. Sesampainya disana, kami disambut meriah oleh ustadzah dan santri-santri di sana. Rasanya, seperti disambut keluarga sendiri. Terharu.

Seluruh finalis dibagi menjadi 4-5 orang untuk memasuki kamar masing-masing. Ini yang membuat saya terkesan. Kami mendapat kesempatan untuk berbaur dengan santriwati disana. Dalam 1 asrama dihuni sekitar 12-14 santri. Terbayang kan ditambah kedatangan kami bagaimana ramainya? Hehehehe...

Percayalah mereka rekan sekamar kami (bukan full team)
Di hari kedua karantina (24/12), kami mengawali aktivitas pukul 03.00 WIB untuk sholat Tahajud hingga sholat Subuh berjamaah. Setelah itu, seluruh finalis dan santriwati melaksanakan olahraga dan senam pagi. Di sela-sela senam, ada sesi kompetisi yel yel antara finalis Puteri Auleea dan santri Bumi Sholawat. Serruuuuuuuuuu... Rameeeeeeeeeeeeee.

Bersama santri Bumi Sholawat usai olahraga pagi

Setelah olahraga pagi, kami melanjutkan aktivitas berikutnya seperti pembekalan materi terkait public speaking, wawasan mengenai Aswaja dan Fatayat NU, motivasi diri, manajemen sosial media, dll.

Terima kasih Fatayat NU, Auleea dan segenap keluarga besar Ponpes Bumi Sholawat. Semoga masih bisa menjalin silaturahmi di kesempatan berikutnya. Oiya, grand finalnya masih 31 Desember 2017 lho :)

Instagram : zanza_bela

12/18/17

Media Visit Duta ITATS ke JTV



Bagi kami, belajar dan menggali banyak pengalaman tidak hanya di dalam kelas. Bisa darimana saja dan dari siapa saja. Dan yang terpenting, bagaimana kami mencoba untuk menjalin relasi/network dengan orang lain.

Sabtu (16/12) lalu, Duta ITATS berkesempatan untuk mengunjungi studio JTV dan mendapatkan banyak ilmu dan wawasan dari Mas Memet selaku Kepala Produksi News JTV, Mas Bagus selaku Koordinator Liputan & Produser Program Jatim Awan, Mas Halley selaku Produser Produksi dan presenter Jatim Awan, Karim Zem.



Saat di studio JTV, Duta ITATS disambut ramah dan mendapatkan banyak wawasan mengenai dunia televisi. Mulai dari bagaimana meliput berita, proses produksi acara, tata ruang studio, karir seorang engineer di dunia TV hingga suka duka presenter saat on air. Semuanya tidak selalu terlihat sempurna seperti di depan layar kaca kok 😁

Bahkan Duta ITATS sempat melihat secara langsung, saat Kak Karim Zem on air untuk program Jatim Awan saat itu.

Terima kasih atas ilmu dan kesempatannya @jtv_rek.

Jual Onigiri & Healthy Sushi Surabaya


Biasanya, saya hanya menjual Hijab Batik & Lurik, namun kali ini saya ingin mencoba untuk merambah dunia kuliner. Nah pada hari Minggu (17/12) kemarin, selain tetap memajang Hijab Batik Lurik, saya mencoba untuk menjual onigiri dan sushi di serangkaian acara Wardah Campus Roadshow 2017 di Prime Royal Hotel.

Kenapa onigiri dan sushi?
Selain saya suka kedua makanan ini, hehehe.. Saya mencoba berpikir dari sudut pandang konsumen bahwa di event seperti Wardah (saat itu bersamaan dengan grand final Wardah Beauty Talent 2017), konsumen cenderung ingin membeli makanan yang tidak terlalu berat, praktis dan makannya nggak ribet. Bisa dibilang, sekali lahap, beres. Tidak ribet dengan sisa makanan berminyak, kemasan makanan yang rumit dan tidak bingung menghabiskan porsi makanan yang terlalu besar, karena ketika makanannya tidak habis, mereka akan terbayang-bayang dosa karena membuang makanan. Hahaha...

Onigiri dan sushi, kami kemas dalam ukuran mika pancake. Bentuknya yang mungil dan ukuran makanan yang tidak terlalu besar dan harganya yang ekonomis, ternyata berhasil menarik minat konsumen. Kurang dari 5 jam, onigiri dan sushi saya ludes terjual.

Varian rasa onigiri yang kami jual ada teriyaki, blackpepper dan keju pedas. Sedangkan sushi yang kami jual ada varian isian crab stick dan ayam.

Untuk harga per cup adalah Rp 6.000, jika konsumen membeli 2 cup kami beri harga promo Rp 10.000. Bisa mix antara onigiri dan sushi. Bagaimana? Cukup ekonomis kan?

FYI, onigiri dan sushi kami 100% home made. Tanpa bahan pengawet. Sehingga hanya bertahan untuk 1 hari saja. Oleh karena itu, ketika bazar kami hanya membawa stock 50 cup untuk masing-masing onigiri dan sushi. Karena durasi bazar hanya jam 09.00 - 16.00 WIB, maka kami tidak terlalu berani membawa banyak stock.

Untuk saat ini kami belum menyediakan onigiri dan sushi yang ready stock. Kami menjual sesuai pemesanan saja. Untuk rekan-rekan yang di Surabaya, ingin memesan onigiri dan sushi bisa menghubungi 085233666976 (WA/Line) atau instagram @alabela.id @gabucu tagar #JajaloKuliner.

(Admin/Zan)

11/17/17

AKANKAH MEDIA CETAK BERTAHAN?



Yeay, hari ketiga korban resign. Kalau biasanya jam 10 pagi adalah jam sibuk kantor, karena sudah out bisa ikut kuliah tamunya Pak Dahlan Iskan. Maaf, opening sama judul nggak nyambung. Kita langsung mulai saja.

Rabu (15/11) kemarin tepatnya di Aula Soetandyo FISIP UNAIR, Bapak Dahlan Iskan selaku CEO Jawa Pos Group hadir di tengah-tengah mahasiswa UNAIR dan memberikan wawasan serta diskusi menarik terkait keberadaan media cetak seperti koran di tengah maraknya online news. Sebelum kuliah tamu dimulai, jenis audiens dibagi menjadi 2 blok. Blok kiri untuk mahasiswa yang percaya bahwa koran akan tetap hidup, dan blok kanan adalah mahasiswa yang percaya koran akan mati. Dari masing-masing blok, Pak Dahlan meminta perwakilan masing-masing 2 orang untuk blok kiri dan blok kanan dan maju ke depan untuk menyampaikan opininya.


“Mbak bisa dijelaskan, kenapa menurut mbak koran akan tetap hidup?”

Saat itu saya duduk di blok kiri dan maju bersama salah satu mahasiswa S3 UNAIR (maaf namanya lupa hehehe), kami pun mengutarakan pendapat kami.

Menurut rekan saya dari S3 UNAIR mengatakan bahwa koran akan terus ada, terutama dia menyoroti perihal koran yang tumbuh di daerah-daerah atau koran lokal. Berita atau fenomena-fenomena daerah ini justru kurang menjangkau ke masyarakat jika dimuat melalui online news. Karena segmen koran tersebut adalah media informasi dan pemberitaan untuk masyarakat daerah sendiri. Belum lagi kendala masyarakat daerah yang asing dengan internet, jangankan membaca online news, mengaksesnya saja susah.

Sedangkan menurut saya, justru online news ini karna arusnya terlalu bebas akhirnya tidak ada tanda yang memberi pembeda mana yang kredible dan tidak. Apalagi sentuhan kreatif netizen jaman now yang kalau sudah komentar atau populer disebut julid lebih seru disimak daripada berita yang diunggah. Akhirnya pembaca bisa saja terprovokasi dengan keberadaan netizen yang julid tadi. Jika membaca berita di media cetak, saya merasa benar-benar bisa membaca dengan tenang berita yang disajikan. Terbebas dari netizen yang nyinyir, terlebih lagi berita apapun yang ditulis di media cetak pasti terpercaya. Pemaparan artikel sudah melalui editor, jurnalisnya pun sudah pasti memiliki kredibilitas. Dan yang terpenting, bukan berita hoax seperti yang marak beredar di dunia maya.
Lalu, dua teman saya dari blok kanan memaparkan beberapa data statistika yang saat ini prosentase untuk pembaca koran sudah sangat sedikit dan diperkirakan beberapa tahun ke depan akan semakin sedikit bahkan habis.

Menanggapi pendapat-pendapat ini, Pak Dahlan mulai menceritakan hasil pengamatannya di beberapa negara yang justru masyarakatnya merupakan 100% pengguna internet tetapi bisnis koran masih tetap ada dan bertahan hingga saat ini. Seperti contoh di Finlandia dan Amerika. Beliau juga mengatakan bahwa wacana koran akan mati sudah muncul sejak tahun 1800-an. Koran merupakan media massa yang paling tua. Saat muncul radio, keberadaannya diramalkan akan mematikan koran. Karna saat itu dianggap radio dapat menyampaikan berita lebih cepat. Dan memang beberapa bisnis koran akhirnya mati. Tapi ada juga beberapa koran yang juga masih hidup. Kesimpulannya, radio tidak mematikan koran. Begitu juga saat muncul televisi. Koran dan radio diramalkan akan mati dengan hadirnya televisi. Namun sekian puluh tahun kemudian, koran dan radio tetap hidup. Memang ada yang mati, tetapi tidak semuanya. Kemudian muncul internet dengan live streaming. Kehadirannya juga memprediksi matinya koran, radio dan televisi. “Tapi ternyata tidak ada yang mati”, ujarnya.

Pak Dahlan juga menyatakan bahwa online news yang 'menghasilkan uang' hanya beberapa saja seperti detik.com dan kompas. Ribuan situs online news tidak menghasilkan keuntungan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh dampak psikologi seseorang ketika mengakses dan membaca online news adalah gratis. Kita tidak perlu membayar untuk akses berita tersebut. Banyak masyarakat berpikir bahwa pemasukan situs online news berasal dari pemasukan iklan. Padahal iklan pun tidak seperti yang orang bayangkan ketika pasang iklan lalu bayar. Dalam perushaan untuk memutuskan memasang iklan perlu atau tidak perlu dilakukan, harus dikaji lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Bahkan penghasilan online news milik Kompas hanya 10% dari penghasilan koran cetaknya sendiri. Ini kenyataan yang menyimpulkan bahwa koran tidak akan mati. Syarat yang menentukan koran tidak akan mati adalah manajemen dan pemilik.


Setiap membaca berita tentang “koran mati”, maka salah satu penyebabnya karena manajemen koran itu jelek. Atau pemilik yang hanya berorientasi bisnis maka akan setuju untuk mematikan dan beralih ke online. Atau pemilik hanya untuk mencari pengaruh (eksistensi) supaya menang Pilkada. Tetapi jika sikap pemilik untuk mengutamakan keadilan, kepentingan umum, maka akan berbeda. Karena pada dasarnya koran ini adalah perjuangan banyak orang.

Pemilik koran yang berlatar belakang jurnalis dan menjunjung tinggi kode etik, pasti koran ini cenderung sustain dan terus akan tetap hidup.

Media cetak memang banyak kelemahan, seperti produksinya membutuhkan kertas, distribusi ke rumah-rumah, dll. Belakangan Pak Dahlan menemukan langkah, yang semula juga pesimis. Bahwa agar koran bisa terus tetap hidup, koran harus menjadi clearing house. Disaat orang tidak percaya dengan berita yang dimuat di online news karena kredibilitasnya, maka koran hadir dengan sumber terpercaya.

(Admin/Zan)





10/14/17

Fenomena RDG di Dunia Kerja


Saya rasa urusan dedikasi itu seperti urusan ibadah. Cukup dia dan Pencipta yang tahu. Karna bukan saya yang ngegaji dia, dan saya hanyalah remahan tahu bulat jadi saya memang tidak ada hak dan wewenang untuk bertindak lebih dari sekedar "mengingatkan". Bahkan untuk mengingatkan pun saya harus lewat perantara Team Leader, tidak bisa secara langsung. Kenapa? Ya, bukan ranah saya dan mungkin karena saya bukan yang ngegaji dia, nggak bisa ngatur aneh-aneh. Hehehe... ketika nekat diperingatkan langsung pun akan terjadi fenomena alamiah yaitu RDG alias RA DIGANCENG atau artinya terabaikan. Screenshoot ini hanya secuwil masalah yang sengaja diupload untuk contoh. Ratusan cuwilan lain cukup disimpan, sebagai koleksi drama drama kehidupan dan nanti akan diceritakan kepada anak dan cucu kesayangan. Selamat datang di dunia kerja. Selamat menikmati segala drama kumbara dan drama durjananya.
Ketika prestasi bisa dikalahkan dengan RELASI. Ya, memang tidak semua begitu, tapi tidak memungkiri ya memang ada yang seperti itu.
Lalu yang menang relasi ini berlaku "sak karep udele dewe" (semaunya sendiri). Saya ceritakan dulu kronologi screenshoot ini. Jadi tanggal 26 September saya menyampaikan pengaduan tentang gangguan perangkat dan permintaan migrasi ke koordinator, sebut saja dia Voldemort. Saya langsung sampaikan ke koordinatornya. Ya saya husnudzan saja, karena terkirim dan sudah dibaca nanti pasti akan ditindak lanjuti. Dan seperti biasa jika ada kendala pasti akan konfirmasi, contoh "Ini nggak bisa karna X, ini kendala Y, dst". Jika tidak ada report, berarti permintaan pelanggan langsung dieksekusi. Kadang ada petugs lain selesai/tidak selesai, selalu konfirmasi. Sehingga koordinasi tim seimbang dengan komunikasi dua arah. Tapi berbeda dengan yang kali ini. Ternyata, pelanggan tersebut hari ini kembali lagi karaokean (alias komplain) di istana direct service ini karena keluhannya belum terselesaikan. Nah, konfirmasi lah saya ke Voldemort untuk memastikan. Jangan-jangan tidak dieksekusi karena jaringan sedang bermasalah atau kendala sistem lain. Dan seperti Inilah chatnya. Hmmtalaaahhhh. Seolah-olah karena saya laporannya banyak, akhirnya RDG tadi. Ya gimana ya, kami kerja di perusahaan yang kalau saya baca di internet "perusahaan terbesar di Indonesia", ya pelanggannya banyak. Hal itu pun berbanding lurus dengan pengaduan atau laporan pelanggan yang pasti banyak juga setiap hari. Kecuali dia jualan softdrink di kantin sekolah SD, pasti nggak akan dapat keluhan banyak. Dan belakangan saya mengetahui ada fakta lain terkait 'relasi' Voldemort yang begitulah pokoknya. Tidak perlu dibahas yang poin ini. Saya tidak akan membahas soal Voldemort ini. Pasti ada hal 'lain' yang membuat seseorang seperti itu. Saya pernah berdiskusi dengan beberapa rekan yang berbeda penempatan kerjanya, ya memang alasannya macam-macam. Ada yang sedikit mengulik perkara gaji, aturan pusat, dan hal-hal 'ruwet' yang saya sendiri pun belum megetahui semuanya. Tapi di postingan ini, aaya hanya ingin berbagi pola pikir perkara dedikasi ini. Bukan semata-mata perkara kasus di chat itu. Nah, dedikasi ini jika dibahas akan susah ditentukan variabel untuk dikuantitatifkan. Begini, ketika kamu bekerja atau aktif di kegiatan apapun (sektor organisasi/komunitas/dll), pahami dengan siapa kamu terlibat, dan selain bertanggung jawab langsung ke Pencipta, ke siapa lagi?
Misalkan kamu bekerja di bidang pelayanan, maka imbasnya akan di pelanggan. Kasus Voldemort ini sebenarnya tidak ada masalah antar petugas (secara internal), tapi karna koordinasi yang abu-abu itu berakibat dzalim ke pelanggan. Voldemort tidak ada salah ke saya, saya pun nggak merasa sensi terhadap dia. Tapiiiiii apakah karena ini yang notabenenya pengaduan orang lain, nggak dikenal, t'rus belum ditindak lanjuit? Kan ya tidak. Ya, jangan naik tinggi dengan menginjak orang lain lah. Karma itu bertindak diam-diam lho. Ya human error seringkali terjadi, tapi komunikasi dan koordinasi dua arah akan meminimalisasi kesalahpahaman, apalagi terkait evaluasi. Ini kasusnya masih soal koordinasi yang mungkin karena faktor X akhirnya tidak terjadi koordinasi dua arah, belum lagi urusan petugas yang baperan. Wuhuuu ini seru sekali. Mungkin merasa bapernya tidak terbalas, akhirnya ngambek nggak jelas, dichat nggak dibuka berbulan-bulan. Padahal chat bukan caper tapi memang work order. Itu menyampaikan pengaduan pelanggan lho. Akhirnya yang dirugikan adalah .... (isi sendiri). Ehmmmm... memang dewasa nggak bisa diukur dari usia. Ini untuk pekerjaan atau kegiatan apapun.
Yang bekerja dan berkarya penuh dedikasi+totalitas, tidak dapat uang lembur atau bahkan diapresiasi. Tenang. Rezeki datangnya tidak selalu dalam bentuk uang atau sertifikat prestasi. Mungkin dikemas lebih cantik. Bisa jadi rezeki berupa kesehatan, didekatkan dengan passionnya, dikelilingi teman-teman yang baik, dimudahkan jodohnya, ditepat waktukan lulus kuliahnya, dll. Lakukan semaksimal mungkin, sebisa mungkin. Ya kalau ada kesalahan selama penanganan, selama memang ditangani sebaik-baiknya, itu ranahnya bukan 'tidak berdedikasi'. Sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi sesama. Dan menjadi berguna terhadap sesama bisa jadi salah satu caranya adalah ikut empati dan membantu menyelesaikan masalah (keluhan) orang lain. Ya udah lah Bel, ngapain mikirin Voldemort yang jelas-jelas nggak mikirin kamu?
"Negara ini hancur bukan serta merta karena berandalan. Tapi karena generasi yang cuek dan diam padahal tahu jelas soal kebenaran."
Kira-kira begitulah analogi jawaban saya. Bayangkan, ini 1 Voldemort. Kalau dibiarkan tidak dicoba Untuk diingatkan, dan orang lain ikut-ikutan, misal nular ke 10 Voldemort saja, bagaimana kira-kira dampaknya?
Dan selalu tidak ada ruginya untuk saling berbagi dan mengingatkan.
Mungkin di luar sana banyak kasus sejenis, tapi karena malas nulis panjang akhirnya hanya disimpan dalam hati. Terima kasih sudah membaca.
Ambil yang baik-baik saja. Sabtu, 14 Oktober 2017

*******

Postingan ini pasti dibaca oleh pembaca dengan ragam pola pikir dan sudut pandang. Secara pribadi, penulis tentu tidak bisa memanjakan semua kalangan yang memiliki pemikiran berbeda-beda. Mungkin ada yang sepakat, ada yang berselisih paham, berbeda pendapat, atau tidak sepakat dengan opini yang saya tulis. Kalian bisa memberikan saran dan masukan bijak untuk penulisan postingan saya berikutnya agar lebih baik melalui email zanzabela@yahoo.com. Semoga poin untuk pembahasan dedikasi ini bisa dijadikan pengingat untuk pekerjaan atau kegiatan apapun. Tidak ada tendensi untuk menjatuhkan pihak manapun. Terima kasih yang sudah memberikan saran/nasehat bijak.
10/1/17

Teori Gebyah Uyah Pengamen

Sekarang saya sedang duduk di bus Pelita Indah jurusan Surabaya-Trenggalek (keberangkatan sekitar pukul 03.00 WIB dari terminal Bungurasih). Sekitar 10 menit sebelum postingan ini ditulis, ada pengamen dalam bus yang dengan 'bijaksana' berkata "Owalah Mbak..nggak cocok sama jilbabnya. Sampean kayak gitu itu bukan Islam". Celetuk lantang pengamen.

Setelah ditelisik, perkaranya karena ada seorang penumpang berjilbab tidak memberi uang kepada pengamen tadi.
Kira-kira beginilah potret masyarakat sumbu pendek yang berkeliaran di luar sana. Seolah-olah punya alat ukur sendiri dimana dengan mudah memberi label kepada orang lain, bahkan perkara agama yang jelas-jelas itu urusan seorang Hamba dengan Pencipta-nya.

Cara pandang pengamen itu, dengan cara pandang saya dan juga cara pandang kalian sebagai pembaca tulisan ini tentu berbeda. Walaupun seperti ini, sebagai seorang pengamen pun menurut saya juga kurang tepat jika tiba-tiba berperan instan sebagai 'hakim agama' di dalam bus. Ini bukan syuting sinetron bung, dimana 1 aktor bisa memerankan peran dokter, polisi, jaksa di sinetron.

Jika si penumpang tadi salah, lantas apakah si pengamen itu benar? Profesi 'pengamen' nya saja masih dipertanyakan, kalian tentu paham apa maksud yang saya sebut dipertanyakan ini. Dan bukan ini yang mau saya bahas.

RIP mental positif.

Mungkin ini yang benar-benar sedang darurat diderita masyarakat sumbu pendek. Dan orang-orang seperti ini bisa saja sangat vokal, ber-drama dengan peran seolah-olah paling teraniaya. Sehingga yang terekspose adalah tagline penumpang berjilbab tidak mau bersedekah.

Duh kah, seenaknya saja memakai teori gebyah uyah (menyama ratakan), dimana pengamen itu berasumsi bahwa seorang penumpang berjilbab yang tidak memberi uang dianggap bukan Islam. Saya juga tidak mengingkari realitas ketika di luar sana mungkin memang ada orang yang memilih tidak mau bersedekah pada pengamen atau realitas orang pelit. Tapi kan belum tentu penumpang tadi. Belum tentu penumpang berjilbab tadi pelit. Lagipula pengamen yang keluar masuk bus jumlahnya banyak, penumpang memberi secara random belum tentu semua diberi. Kebetulan saja pengamen itu yang tidak diberi. "Kok ya pas bukan rezekimu paling pak", batinku.

Ya, pengamen itu pun tidak akan pernah punya pikiran bahwa mungkin penumpang yang dia tuduh tadi punya versi bersedekahnya sendiri.

Mungkin di panti asuhan atau lainnya. Dan di jaman sekarang, lembaga penyalur zakat dan sedekah yang mengalokasikan sedekah dari donatur untuk social empowering itu banyaaaakkkkk. Harapannya, sedekah tidak serta merta habis diberikan dalam bentuk uang dan oleh penerima sedekah hanya dibelanjakan senbako dan sudah, amblas. Sedekah diberikan dalam bentuk modal berwirausaha atau pemberdayaan lainnya dengan orientasi sedekah jangka panjang dan sustainable. Entah itu bantuan dalam bentuk hewan ternak, usaha warung, pelatihan keterampilan seperti menjahit, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ini tentu tersertifikasi sedemikian rupa, dan lebih jelas. Mungkin saja ini menjadi landasan beberapa kaum memilih cara sedekah lebih cerdas dan jelas. Apalagi kalau tahu pengamennya macam orang tadi, atau mengetahui ada fakta uang hasil ngamen hanya untuk judi, aduh mungkin orang-orang akan berpikir 7x untuk memberi.


Ya, kembali lagi. Cara pandang saya dan bapak pengamen tadi dalam menghadapi dunia tentu berbeda, termasuk dalam menilai penumpang berjilbab tadi. Nggak bisa dipaksakan. Dan setelah membaca postingan ini pun, lantas janganlah menerapkan teori gebyah uyah kepada semua pengamen bahwa semua pengamen bus sama seperti orang tadi. Ada pengamen yang memang terpaksa melakukan pekerjaan itu, ada yang hobi mengamen, ada yang memang mengamen hanya untuk lahan ekspresi diri.

Pemikiran seperti ini tidak hanya berlaku untuk pengamen dan penumpang saja. Banyaaakkkk hal serupa. Jangan punya mental suudzan ya, jangan jadi kaum sumbu pendek, jangan sibuk berteori gebyah uyah. Ya saya sih juga tidak bisa memaksakan cara pandang kalian dalam menghadapi dunia. Hehehe.

Lantas di ujung tulisan saya ini, saya terharu dengan pesan orang tua saya terutama mama dalam perihal pendidikan. Ingat ya, pendidikan setinggi-tingginya bukan serta merta digebyah uyah juga dengan ijazah yang setinggi-tingginya. Belajar nggak harus di dalam kelas. Ini terkait pola pikir, berpikir kritis dalam realitas sosial. Membentuk pribadi yang Tidak serta merta mengedepankan asumsi tanpa bukti. Tidak menjadi generasi pencaci tapi pemberi solusi. Sekalipun seapes-apesnya tidak memberi solusi, ya jangan nambah-nambahi caci. Alam pun bisa murka, kalau tidak bisa merawat minimal jangan merusak.

Lakukan apapun sesukamu, kecuali menjadi Tuhan.

Salam,
Mbak Kitiran Ngitir yang sedang menuju Trenggalek sendirian. Jarang nyetatus, sekali status captionnya panjang-panjang.

Instagram : zanza_bela
9/21/17

SRAWUNG WISATA KMT : KOPI TRADISI TRENGGALEK


Srawung Wisata KMT, sebuah perjalanan dan interaksi yang diinisiasi oleh Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek untuk menggali lebih banyak potensi wisata di Bumi Menak Sopal tercinta. Edisi kali ini, kami pergi ke Joglo Tani Nasional ke-10 di Watulimo. Kami penasaran dengan kopi lokal asli Kab. Trenggalek yang dikenal dengan nama "Kopi Trenggalek Tradisi", kami diajak untuk melihat proses pengolahan kopi mulai dari biji hingga kopi siap dinikmati.
9/19/17

Hoodie Lurik by Alabela ID


Let me introduce our new product, namely "Hoodie Lurik". Lurik is one of Indonesia traditional fabric. You can use both side of the hijab. First, the striped / Lurik side (batik is available) Second, the plain side.


How to wear Hoodie Lurik

For order please contact +6285233666976 (Whatsapp/Line) or kindly visit our instagram: @alabela.id or @gabucu. Video by Prima Hasta

Muda Sabudarta Indonesia dan Sabudartion



Tulisan ini sepertinya agak terlambat diunggah, karena di tahun 2017 ini usia Sabudartion telah berjalan selama3 tahun. Setiap tahun jumlah anggota keluarga Muda Sabudarta Indonesia (MSI) akan selalu bertambah. Penting untuk calon keluarga besar kami mengetahui tentang Sabudartion atau Sabudarta in Action.

Dua tahun lalu, menjelang Pemilihan Muda Sabudarta Indonesia (MSI) tahun 2015, kami mengadakan Rakor (Rapat Koordinasi) di Surabaya. Kami membahas terkait pemilihan Presiden GSI dan berunding mengenai program kegiatan untuk satu tahun periode berikutnya. Dari rentetan daftar program yang disusun, terbersit ide untuk satu program yang fokus tentang aksi nyata atau kontribusi keluarga MSI baik di tingkat Kabupaten/Kota, provinsi hingga tingkat nasional. Bagi kami, MSI merupakan kompetisi yang berbeda. Di sini kami menekankan peran aktif dan kontribusi nyata pemuda di bidang pariwisata dan budaya. Poin pentingnya adalah berkontribusilah sesuai bakat/minat yang disukai atau latar belakang pendidikan/keterampilan yang dikuasai. Ini adalah misi utama yang saya dan rekan-rekan harapkan untuk bisa diterapkan oleh rekan-rekan di MSI.

Pemikiran ini muncul setelah melalui berbagai gejolak dan perjalanan panjang. Saya mengawali kegiatan terkait pariwisata dan budaya dari kompetisi duta wisata daerah Kabupaten Trenggalek tahun 2011 lalu di tahun 2014 saya memberanikan diri untuk bergabung di Muda Sabudarta Indonesia. Seiring berjalannya waktu, saya masih aktif di kedua organisasi tersebut. Ya tentunya sembari menggeluti passion saya di dunia public speaking dan hobi saya menjalani bisnis di bidang fashion. Hehehe... Ya tentu saja saat itu saya juga seorang mahasiswa. Hidup nomaden (berpindah-pindah) antar kota pun saya jalani (selanjutnya saya sebut dengan istilah kitiran). Demi menyeimbangkan semua kegiatan-kegiatan tersebut, saya dituntut harus bisa memanajemen waktu. Karna sudah terbiasa, ya akhirnya saya pun merasa rutinitas ini adalah hal yang ‘biasa’. Menurut saya wajar, jika remaja mengisi waktunya dengan hal-hal positif. Justru seharusnya sebagai pemuda memang harus aktif dan produktif kan? Hingga sebelum tahun 2015, saya merasa seperti tong kosong. Belum melakukan apa-apa untuk daerah saya atau pun Indonesia. Sampai suatu ketika, salah satu rekan sedikit menampar saya. Waktu itu kopi darat di sebuah kafe kecil di Surabaya. Saya menyebutnya Mr X saja ya, untuk memudahkan dalam menuliskan narasi. Hehehe.

Mr X    : “Saya memang belum lama mengenal kamu, tapi dengan begitu banyaknya kegiatan yang kamu unggah di sosmed, apa kamu tidak lelah?”
Saya    : “Saya menjalaninya karna memang saya suka, mungkin itu yang membuat saya tidak ada beban dan tidak lelah. Bagi saya justru aneh kalau saya tidak ada kegiatan. Jadi ya biasa saja. Hehehe”
Mr X    : “Biasa? Itu kalau diukur, sudah skala abnormal. Nomaden sana sini. T’rus yang menurutku awesome itu, niat kamu di bidang pariwisata dan budaya yang kamu lampiaskan ke start-up mu. Itu keren”
Saya    : “Ehmm.. maksudnya gimana mas? Justru di bidang pariwisata dan budaya ya cuma kegiatan dinas saja. Saya pribadi merasa belum pernah melakukan apa-apa.”
Mr X  : “Lho... ya kegiatan-kegiatanmu yang nomaden itu juga keren. Tapi aku lebih salut sama start-up mu, kecintaanmu sama budaya atau hal-hal yang khas Indonesia kamu masih sempat tuangkan ke start-up mu. Kamu pikirin sendiri desainnya, produksi sendiri, dipasarin sendiri. Itu keren. Dan lagi, ada unsur mengedukasi masyarakat, it’s more than profit lah ya. Tidak semua remaja bisa kepikiran sejauh itu. Dan kamu ngelakuin itu condong ke melestarikan batik asli Indonesia. Itu keren. Menurutku, ya itulah kegiatan versi kamu, seorang Bela untuk bidang budaya” (Baca juga : Start-up ku)

Percakapan ini mengingatkan saya dengan kegiatan Indonesia Youth Forum 2015 yang diselenggarakan di Bengkulu. Kala itu, saya dan 200 pemuda yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia membawa social project yang berasal dari latar bidang yang bermacam-macam. Ada yang concern di bidang kesehatan, lingkungan, literasi, sosial, pariwisata dan budaya, pemberdayaan kaum disabilitas, pendidikan, dll. Setiap generasi memiliki kapasitasnya masing-masing untuk beraksi nyata lewat sebuah karya, bukan sekedar kata-kata.

Setiap orang memiliki cara dan versi terbaiknya sendiri untuk melakukan sesuatu terlebih berkontribusi untuk negeri. Mungkin tidak selalu hal-hal yang besar seperti membangun saluran air bersih, membangun MCK, dll. Meskipun aksi kecil, tetapi dilakukan secara berkelanjutan bahkan juga ditularkan ke orang lain dan dilakukan bersama-sama, maka bukan tidak mungkin dampaknya pun akan besar. Terlebih yang dimulai dari satu kabupaten/kota, secara serentak dengan keluarga Muda Sabudarta Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, maka dampaknya pun luas.

Penasaran dengan aksi nyata Muda Sabudarta Indonesia dalam project Sabudartion? Ini dia informasinya (Akun kami : @mudasabudartaid)























"Negeri ini butuh generasi pemberi solusi, bukan pencaci maki"

Kalau bukan kita, siapa lagi?
Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Selamat berkarya.

Presiden Gramuda Sabudarta Indonesia 2017-2019
Berdit Zanzabela
Email : zanzabela@yahoo.com



9/14/17

Peringatan Hari Remaja Internasional

"Saya Indonesia. Saya Remaja. Saya Berkualitas"
Hari Minggu, tanggal 3 September lalu Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kab. Trenggalek menyelenggarakan acara Talkshow Remaja Hebat dalam rangka memperingati Hari Remaja Internasional yang diselenggarakan di Hutan Kota Trenggalek. Acara ini diadakan dengan mengambil tema "Saya Indonesia, Saya Remaja, Saya Berkualitas" dan dihadiri oleh ratusan pelajar SMA dan SMK se-Kab. Trenggalek.
Narasumber Talkshow Remaja Hebat
Dalam acara ini hadir pula remaja-remaja berprestasi yang berbagi pengalaman dan cerita inspiratif bagi pelajar-pelajar yang hadir dalam acara tersebut. Mereka saling menyampaikan makna Remaja Berkualitas berdasarkan pengalaman mereka dan juga berbagi kisah tentang kegiatan dan bentuk kontribusi mereka dari berbagai sektor yang berbeda. Seperti di bidang pariwisata, budaya, program generasi berencana, literasi dan penerbitan, peningkatan soft skill, dan lain-lain.
Mereka adalah Kurnia Septa Erwida (Harapan 1 Raka Jawa Timu 2017) yang berbagi mengenai wujud kontribusi pemuda dalam melestarikan budaya Indonesia. Lalu Fitriana Wahyu (Juara 1 Duta Mahasiswa GenRe Jawa Timur 2016) yang berbagi tentang aksi remaja dalam mewujudkan Generasi Berencana dan Generasi Emas 2020. Kemudian Berdit Zanzabela (Ketua Umum Gramuda Sabudarta Indonesia) yang berbagi tentang pengalaman dan peran generasi muda di bidang pariwisata, budaya hingga peningkatan soft skill. Serta Haydar Iskandar (Penggerak GenRe se-Jawa Timur) yang berbagi aksi-aksinya di bidang literasi hingga kegiatan-kegiatan genre yang ia rangkum dalam nama Aksi Baik.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak generasi muda Trenggalek yang menjadi sosok pemberi solusi bagi permasalahan yang terjadi di masyarakat, terlepas apapun latar belakang pendidikan, bentuk kontribusi sesuai keterampilan dan kemampuan mereka. Dimulai dari niat baik, diiringi dengan aksi baik dan dilakukan secara periodik maka akan banyak kontribusi nyata untuk Trenggalek dan Indonesia yang lebih baik.

Tim Talkshow remaja
Bersama pelajar Insan GenRe Trenggalek
7/31/17

Pagelaran Seni Tari Trenggalek 2017 di TMII

Drama Tari "Kolo Srenggi"

Meriahnya Pagelaran Seni Kab. Trenggalek 2017.

Acara yang diadakan dalam rangka pertunjukan tari daerah dan temu kangen IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek) se-Jabodetabek ini turut dihadiri oleh Bapak Emil Dardak selaku Bupati Trenggalek di Anjungan Jawa Timur TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta.


Dalam acara tersebut disajikan pula drama tari dengan tajuk "Kolo Srenggi" yang disutradarai oleh seniman muda asal Trenggalek yang akrab disapa @dianbokir. Kolo srenggi merupakan simbol dari nafsu angkara murka diri manusia yang menjadi musuh terbesar dalam menjalani kehidupan. Tarian ini menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupan, kita banyak dihasut oleh nafsu dan kita harus dapat mengendalikannya agar nurani dan kebajikan tetap terjaga.

Selain dihibur dengan ragam tari khas Kabupaten Trenggalek, hadir pula pameran produk lokal seperti kopi Arabika "Tradisi" dari Watulimo, Batik, jajanan khas dan lain-lain.

Dalam sambutannya, Bapak Bupati berharap bahwa melalui acara yang rutin diadakan setiap tahun ini, seluruh Ikatan Keluarga Asal Trenggalek tetap guyub dan solid kekeluargaannya meskipun merantau jauh dari Trenggalek.

Dari Trenggalek untuk Indonesia!

Instagram: zanza_bela
7/4/17

Paralayang Trenggalek

Paralayang Trenggalek (Dok: Ivan Noe)

Hai travel addict, kalian sedang mencari referensi tempat yang cocok untuk hobi paralayangmu di kawasan selatan Jawa Timur?

Kabar gembira untuk kalian pecinta giat paralayang, kini kulit manggis ada ekstraknya *lho salah
Kini Kabupaten Trenggalek dapat dijadikan salah satu list referensimu untuk paralayang.

Cocok nggak sih?
Panoramanya indah nggak ya?

Nah, Bela mau share giat paralayang rekan-rekan komunitas Paralayang Trenggalek dan TDT (Tukang Dolan Trenggalek) yang melakukan uji coba lokasi terbang tanggal 1 Juli 2017 lalu.

Kegiatan paralayang ini diadakan di Gunung Gemblung atau masyarakat menyebut dengan nama Bukti Tunggangan, Desa Kendalrejo, Kec. Durenan. Giat ini merupakan tindak lanjut dari uji coba lokasi terbang yang sudah pernah dilakukakan oleh teman-teman komunitas paralayang dan TDT bersama pilot dari luar kota beberapa bulan lalu.

Bertepatan dengan lebaran ketupat (kupatan) di Kec. Durenan, beberapa pilot siap terbang dan berpartisipasi sekaligus untuk turut memeriahkan acara ini. Terselengaranya acara ini berkat koordinasi ketua komunitas paralayang Trenggalek yaitu Kak Asmi selaku penggiat olahraga paralayang yang saat ini Kak Asmi berdomisili di Kec. Durenan.

Uji coba dimulai pada pukul 08.30 WIB dimana para pilot dan potter berjalan bersama mendaki puncak Gemblung. Kurang lebih perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit hingga sampai di puncak. Para pilot ini berasal dari daerah berbeda. Ada yang berasal dari Malang, Ngawi, Tulungggung dan Blitar.  Setelah sesampainya para pilot di puncak, dan beristirahat beberapa menit maka mereka pun bersiap untuk terbang satu perasatu.

Menurut penuturan salah seorang pilot yang bernama Pak Max, hembusan angin di gunung Gemblung sangat bagus. Bisa di bilang tidak kalah dengan spot paralayang yang ada di Malang dan Blitar. Saking bagusnya termal angin di sana, beberapa pilot yang sudah terbang nekad untuk naik lagi ke gunung dan terbang lagi untuk yang kedua kalinya karena merasa belum puas.

 Dokumentasi Komunitas Paralayang Trenggalek (Oleh: Ivan Noe)

Pukul 13.30 WIB semua pilot telah terbang dan para tim pendukung pun turun menuju lokasi pertemuan di rumah kak Asmi. Setelah istirahat beberapa menit, teman-teman paralayang pamit undur diri dan sepakat akan kembali lagi tahun depan untuk menghiasi langit Trenggalek dengan aksi hebat pilot paralayang.

Wah, seru ya. Sayang sekali Bela belum bisa bergabung saat itu, karena tuntutan kerja. Hehehe... Terima kasih Kak Ivan Noe sudah berkenan untuk berbagi cerita, maju terus untuk teman-teman Paralayang Trenggalek.

Terima kasih sudah berkunjung.
Instagram: zanza_bela
7/2/17

Pengalaman Seleksi Kerja di Infomedia Humanika Solution

Halo fresh graduate, sibuk aktivitas apa nih? Sedang menjadi job seeker? Unch unch unch #maafalay

Postingan kali ini pengen share pengalaman saya ketika interview di Infomedia nih. Barangkali ada teman-teman yang akan menjalani serangkaian tes dan interview disana, semoga tulisan saya bisa dijadikan sedikit bahan referensi ya.

Bulan Mei lalu saya mendapatkan informasi dari rekan saya bahwa Infomedia sedang membuka lowongan untuk posisi CSR (Customer Service Representative) Telkom. Setelah mendapat informasi tersebut, saya iseng daftar dan tanggal 18 Mei saya mendapatkan pemberitahuan melalui SMS untuk interview. Ehmm... ini pertama kalinya saya mengikuti seleksi kerja, nggak ada persiapan aneh-aneh. Tak disangka ketika interview saya bertemu dengan teman lama saya, dan dia bercerita bahwa semua interview di Infomedia diharapkan memakai bahasa inggris. Eng ing eeeeng.. saya baru tahu dan lumayan kaget, karena nggak ada persiapan apapun. Ya, dalam hati kalau rezekinya disini nggak akan lari kok. Ini sok sok an mensugesti diri sendiri supaya stay positive dan nggak gupuh, hahaha... padahal aslinya grogi nggak karuan, kayak kepengen melarikan diri. Hahaha... Beberapa menit kemudian, nama saya dipanggil untuk interview bersama 2 peserta lainnya. Kira-kira per orang mendapat giliran ± 30 menit untuk interview. Lama ya? Hehehe.. kalau sudah giliran ngobrol, nggak kerasa kalau lama. Ya kalau yang nunggu di luar ngerasa lama sih. Hehehe...

Di sesi ini sangat santai, hanya percakapan ringan dengan bagian HRD. Saya masih ingat hal memalukan yang spontan saya utarakan ke interviewer saat beliau menanyakan terkait hal-hal yang membuat saya percaya diri, lalu seketika saya jawab, "Saya sangat percaya diri ketika berbicara". Dan belum selesai saya menjawab, interviewer terlihat penasaran langsung menyela, "Lho kok bisa? Memang kenapa?", lalu dengan spontan saya jawab, "Saya merasa cantik kalau sedang berbicara". Jreeeeng.. seketika menyesal, dalam hati "Duh opo o jawabanku buntu banget". Dan ruangan yang semula hening dan tegang, menjadi agak ceria karena baik HRD dan peserta yang satu ruangan dengan saya juga tertawa. Saya pun ikutan nyengir sih, karena jawabanku buntu banget. Malu kalau ingat lagi. Ya, show must go on lah ya.

Setelah interview selesai, pihak HRD menginformasikan jika lolos ke tahap selanjutnya akan diinformasikan melalui SMS ± 2 minggu setelah interview hari itu. Tapi ternyata, masih di hari yang sama sekitar pukul 17.00 WIB saya sudah mendapat SMS bahwa saya lolos dan diundang untuk psikotes pada tanggal 19 Mei. Karna pada tanggal 19 Mei saya ada janji lain, maka saya memberanikan diri untuk meminta reschedule ke HRD. Meskipun saat itu sudah agak pesimis, "ah paling nggak bisa deh di-rechedule". Tapi, ternyata bisa dan saya mendapat jadwal psikotes di tanggal 7 Juni 2017. Untuk para job seeker, ketika berhalangan datang untuk interview atau psikotes lebih baik coba negosiasi untuk reschedule. Siapa tahu bisa, kalau pun tidak bisa sedikit meminta dispensasi misal jamnya dimajukan atau dimundurkan sehingga misal kalian saat hari itu sedang ada acara/janji lain masih bisa tetap bisa mengikuti interview/tes.

Tanggal 7 Juni pun tiba. Begitu memasuki ruangan, kami disodori lembar jawaban yang superrrr banyak. Jenis-jenis tesnya ada Kraeplin/Pauli, Wartegg test, penalaran, dll. Saya sih belum pernah mengikuti seleksi kerja bahkan psikotesnya, tetapi sehari sebelum tes saya sedikit browsing di internet tentang jenis-jenis psikotes yang biasa dipakai untuk seleksi kerja. Karna sudah sedikit membaca tentang jenis tesnya, saya nggak terlalu kaget ketika mengerjakan tesnya. Kira-kira tes berlangsung ± 2 jam. Ya bertepatan dengan puasa saat tes berlangsung, sekalian ngabuburit deh. Setelah psikotes selesai, pihak HRD menginformasikan akan mengirimkan pemberitahuan melalui SMS jika dinyatakan lolos ke tahap akhir yaitu interview user.

Tiga hari kemudian saya mendapat SMS pemberitahuan bahwa saya diundang untuk briefing sebagai CSR Telkom tanggal 12 Juni 2017. Awalnya bingung, karna sepemahaman saya kalau briefing sebagai CSR berarti sudah diterima dan diberi pengarahan terkait tugas-tugas CSR. Padahal kan tahap akhir ada interview user dulu baru dinyatakan diterima atau tidak. Ehmm... sebelum terlalu cepat menyimpulkan, saya jalani dulu briefing di tanggal 12 Juni.

Nah, hari briefing pun tiba dan saya bertemu dengan enam peserta lainnya yang dinyatakan lolos ke tahap interview user. Di hari itu kami mendapatkan pembekalan untuk persiapan interview user keesokan harinya yaitu tanggal 13 Juni. Mulai dari grooming atau performance, COC (Code of Conduct), materi untuk interview user, kontrak kerja, dll kami dapatkan saat itu. Oiya, untuk persiapan materi interview user kami diminta untuk menyiapkan perkenalan singkat menggunakan bahasa inggris, mempelajari terkait pengetahuan produk Telkom (seperti IndiHome) dan menyiapkan materi promosi produk tertentu (jenis produk bebas).

Keesokan harinya saat interview user, kami diinterview oleh 3 orang yaitu Asisten Manager Telkom, SPV Plasa Telkom Rungkut dan SPV Plasa Telkom Margoyoso. FYI, sebelum interviewer mengajukan pertanyaan, kalian diminta untuk memperkenalkan diri (baiknya) dengan menggunakan bahasa inggris. Setiap peserta akan merasakan sensasi interview yang berbeda. Ada yang diwajibkan menjawab seluruh pertanyaan interviewer menggunakan bahasa inggris, ada yang diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia saja. Ini tergantung dari permintaan interviewer. Kebetulan saat itu saya diminta untuk menjawab semua pertanyaan beliau dengan bahasa inggris. Dalam hati, duh wedi. Wkwkwk... Oiya, ketika giliran saya diinterview, saya sama sekali nggak mendapat pertanyaan terkait produk Telkom atau disuruh promosi produk. Semua pertanyaan yang diajukan interviewer berdasarkan apa yang ada di CV kita. Saat itu saya mendapat pertanyaan tentang kesibukan sehari-hari, passion hidup, dll. Oiya, bagi yang mencantumkan banyak pengalaman kegiatan di CV, bersiaplah ketika interviewer menanyai kegiatan kalian satu per satu. Pastikan sebelum interview, kalian sudah me-review CV kalian ya. Jadi kalian ingat, kegiatan atau pengalaman apa saja yang kalian tulis di CV. Interview berlangsung cukup singkat, masing-masing peserta ± 5-10 menit. Santai kok, ya kayak ngobrol biasa. Awalnya grogi banget, tapi setelah 2 pertanyaan diajukan, lumayan rileks. Nggak setegang yang saya kira. Hehehe...

Pukul 11.00 WIB interview selesai, dan pengumuman lolos/tidaknya akan diinformasikan melalui Whatsapp sekitar pukul 13.00 WIB.

Jeng jeng jeng... pengumuman pun tiba. Dan lolos. Selanjutnya, sebelum memasuki masa training kerja selama 10 hari kami dibekali training soft skill terlebih dahulu terkait pelayanan dan COC CSR. Training diberikan pada tanggal 15 Juni, dan tanggal 16 Juni sudah masuk hari pertama training kerja saya di Plasa Telkom Rungkut. Wus wus wusss... gercep pol. Saya nggak menyangka di bulan diterima kerja, di bulan yang sama langsung mulai kerja juga.

Kira-kira cukup itu yang dapat saya tulis terkait pengalaman saya seleksi kerja dengan Infomedia. Semoga membantu memberikan gambaran ya.

Allah Hafiz.

Instagram: zanza_bela
6/28/17

Tuhan dan Menikah Hanyalah 'Label'

Semakin bertambah teman/relasi, semakin warna warni orang yang ditemui. Ya, warna warni kepribadian, pola pikir dan prinsip hidupnya. Seiring bertambahnya usia, layaknya semakin bijak juga cara kita memperlakukan orang lain. Bagi jiwa yang sakit, pencaci, nyinyir negatif, tidak terbiasa untuk positif thinking, mungkin ini akan berbahaya.

Jadi makin bertambah frekuensi pertemanan, makin luas relasi dan jaringan, kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang mungkin biasanya hanya kita simak di acara TV atau koran, kali ini terpampang nyata di hadapan kita. Ya seperti yang tadi sore saya temui.

Poin 1 :
Dia orang yang menuliskan agama X di KTP, tetapi nyatanya dia orang yang tidak mempercayai Tuhan (katanya sih atheis). Dia hanya mempercayai bahwa memang ada semacam 'kuasa' yang melebihi manusia bahkan semesta. Sesuatu yang tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan oleh manusia. Tapi dia memaknai kuasa tersebut seperti energi, bukan Tuhan. Karna menurut dia, nama Tuhan itu saja seperti sebuah 'label' yang tiap agama memaknai atau menggambarkan dengan wujud yang berbeda-beda.

Poin 2 :
Bukan tidak mungkin kita akan menemui seseorang yang memiliki paham bahwa justru agama adalah pembatas untuk kehidupan. Pembatas dalam beberapa hal, yang salah satunya (yang dia ceritakan) adalah persoalan asmara, seorang beragama X jatuh cinta dengan orang agama Y. Perbedaan agama ini dianggap penghalang dan membuat keduanya tidak bisa bersama.

Poin 3 :
Kita juga mungkin akan menemui seseorang yang memiliki prinsip bahwa menikah hanyalah sebuah 'label' yang hanya mengikat antara pasangan. Berpikir bahwa tidak ada alasan dan keharusan untuk terikat dengan label itu. Mereka lebih memilih untuk bebas. Jika alasan menikah hanyalah karna saling mencintai, maka dengan dia hidup bersama orang yang ia cintai, itu sama saja mereka mengekspresikan saling mencintai. Atau menikah hanya karna kepuasan? Kalau dia mau, seseorang yang tak perlu berlabel menikah pun juga bisa mendapatkannya. Katanya bisa dengan membeli atau mendapat dari seseorang yg mau 'diajak'. Atau karna ingin memiliki anak? Ada anak-anak yatim piatu yang bisa diadopsi.
Bagi dia, ketika pertemanan saja sudah banyak drama apalagi pernikahan?

Apakah dia penyuka sesama jenis?
TIDAK.
Dia pun mengakui sebagai pria, dia pernah dekat dengan lawan jenis. Tapi ya itu, hubungannya hanya sebatas suka, bersenang-senang, nikmati saja hari dimana saat itu mereka bersama, tak pernah berpikir untuk jenjang selanjutnya apalagi masa depan, terlebih menikah (katanya belum kepikiran, belum ada rencana, belum ada niatan ke arah sana).

Baginya, selama tidak merugikan orang lain. Tak masalah. Dengan prinsipnya, ketika ada wanita yang "mau" atau "tidak mau" diajak jalan, maka dia pun akan merasa biasa saja. Ketika mengalami penolakan trus akan gegana (gelisah galau merana) pun tidak. Ketika diterima pun nggak akan lompat girang-girang.

Dia menganggap bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang saling 'butuh'. Tidak ada orientasi pernikahan, tidak ada jenjang serius, ya sama-sama hanya saling 'butuh'. Sekalipun pelukan, ciuman, atau ONS pun, ya itu hanyalah hal biasa bagi mereka. Nothing to lose lah. Ya sama-sama tidak ada yang merasa rugi. Begitu katanya. Mau jalan sama yang single atau bahkan pasangan orang, ya nggak ada masalah. Ya namanya juga 'butuh' dan sama-sama mau. Hakzz.

Kira-kira poinnya itu. Karna nggak 1 kantor, belum tau apa nanti bisa lebih banyak sharing atau enggak. Hahaha.. Kebetulan aja hari ini piket bareng.

Sharing dengan orang-orang seperti ini, rasanya seperti melihat sinetron atau drama Korea versi kehidupan nyata. Ya, ambil pelajaran dan pengetahuannya lah ya.

Bagi jiwa pencaci, yang tidak open minded, yang tidak terbiasa husnudzan atau berpikiran positif, tidak terbiasa dengan keberagaman pastilah susah mengerem kebencian, bullying dan ragam hujatan.

Cukup dulu.
Maaf agak frontal. Ambil pembelajaran positifnya sesuai frekuensi pemahaman masing-masing.

Shukriya.
Allah se hota.
Allah Hafiz.

Salaam,

Instagram:
zanza_bela #Zanzabela #Lassvera
5/14/17

Polemik Duta Kampus ITATS VS Ormawa ITATS

Tulisan ini bukan untuk memprovokasi, niatnya lebih ke arah sharing atau bahasa gaulnya curhat. Haha... Harapannya jika suatu saat masih ada saja kesalah pahaman terhadap Duta Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), saya tinggal share link tulisan ini. Karena kalau harus terus bercerita berulang-ulang apalagi menceritakan hal yang sama, ibaratnya seperti ngulang mata kuliah berkali-kali tapi tetep nggak lulus juga. Wkwk... Oke, kita mulai.

Logo Duta ITATS

Sepertinya kesalahpahaman mahasiswa ITATS (terutama pandangan dari ormawa) terhadap Duta ITATS sudah dipendam sejak lama. Dan mencapai puncaknya di akhir tahun 2016 lalu. Waktu itu saya sedang mengikuti short coures di China sehingga saya kurang mengetahui situasi awal kesalahpahaman ini meledak di kampus. Berawal dari pertanyaan, Duta itu apa sih? hingga Apakah Duta ITATS itu BEM? bahkan Kenapa Duta ITATS kok tidak mengayomi mahasiswa ITATS?, dan masih banyak lagi. Saya akan tulis satu per satu nanti.
Posisi saya yang saat itu LDR-an dengan teman-teman Duta membuat saya sedikit kesulitan mencari informasi. Karena masalah ini tidak bisa menunggu saya pulang hingga Februari 2017, saya mencoba mencari akar permasalahan dari teman-teman Duta yang saat itu berada di kampus via dunia maya. Selang beberapa hari kemudian, rekan-rekan Duta mengatakan bahwa masalah sudah selesai. Saya percaya saja dengan rekan-rekan yang di kampus, sehingga saya tidak mempermasalahkan lagi.

Di Februari 2017, beberapa hari setelah kepulangan saya ke Indonesia polemik ini muncul lagi. Karna geram dan merasa kurang plong kalau hanya chit chat melalui WA, saat itu jam 23.00 WIB saya mengajak meet up teman-teman yang merasa masih saja penasaran dengan kami (sebut saja mereka Mr. X). Saya masih ingat kejadian malam itu, sesaat setelah saya mengirim pesan via Whatsapp ke Mr. X dan saya menuju lokasi untuk bertemu, beberapa menit saya menunggu tiba-tiba mereka mengirim pesan dan batal meet up. Hmm... ya bilangnya sih, masalah sudah selesai dan rekan-rekan duta lain sudah membantu menjelaskan. Ya okelah kalau begitu #sambilsenyumgetir
Namun, bulan April 2017 ada lagi pihak-pihak yang membuka kenangan lama *eeeeaaaa. Tepat tanggal 14 April 2014, pemilik akun instagram @ozay*zhii meninggalkan komentar di instagram @dutaitats dengan komentar, Duta bisa apa emang.? Aktifis apa cuma omong doang.?, saya tulis persis dengan kalimat dan tanda bacanya. Setelah ditelusuri, benang merah dari saling komentar ini adalah mereka ingin berkenalan secara resmi dan meet up bersama rekan-rekan Duta ITATS. Dan tanggal 11 Mei kami mengadakan janji untuk bertemu.

Jeng jeng jeng... 11 Mei 2017 pun tiba. Siang itu saya dan rekan-rekan Duta lain bersama mahasiswa ITATS dari beberapa jurusan berkumpul di Students Center. Saat itu yang hadir banyak, yang saya ingat namanya ada Kak Muhajirin (Teknik Mesin), Kak Ozi (Teknik Mesin), Kak Richard (jurusan Geologi kalau tidak salah ingat) dan masih banyak yang lainnya tapi maaf saya lupa. Obral obrol pun dimulai dan mereka mengungkapkan bahwa mereka memang bingung dengan keberadaan Duta ITATS, kenapa harus ada duta, gunanya untuk apa, dan lain-lain. Mereka juga mengaku bahwa sebenarnya mereka dan beberapa mahasiswa lain sudah memendam prasangka itu sejak 2014 (tapi memang tidak ada yang berani mencari klarifikasi ke saya selaku ketua IDI). Mereka merasa tidak paham dan tidak pernah mendapatkan informasi apapun tentang Duta ITATS.

Sebelum saya melanjutkan obrolan apa saja yang dibahas saat meet up 11 Mei, saya ingin flashback singkat terkait awal diadakannya Pemilihan Putra Putri ITATS untuk pertama kali.
Pemilihan Putra Putri ITATS sudah dihelat sejak tahun 2014, namun untuk organisasi Ikatan Duta ITATS (IDI) baru diresmikan Oktober 2016 oleh Wakil Rektor III selaku bidang Kemahasiswaan. Beberapa ormawa/mahasiswa menilai bahwa Duta ITATS tidak pro dengan ormawa lain, sehingga membuat mereka bersikap acuh tak acuh terhadap kami. Mereka menganggap bahwa Duta ITATS tidak mengadakan perkenalan secara resmi sehingga banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang keberadaan mereka sampai-sampai menimbulkan salah paham. Padahal awal mula saya mengadakan Pemilihan Putra Putri ITATS tahun 2014, saya telah mengundang seluruh ketua/perwakilan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) di ITATS untuk meminta bantuan sosialisasi ke masing-masing anggotanya dan turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Lalu, apa sih alasan saya mengadakan Pemilihan Putra Putri ITATS? Bagaimana sejarahnya?

Ada beberapa alasan yang menurut saya urgent saat itu, dengan penuh strategi matang saya susun pemilihan ini meskipun saat itu belum memiliki tim pelaksana. Saya sudah menyusun rencana pemilihan ini sejak tahun 2012, saya ajukan ke kampus tahun 2013. Tapi saat itu saya mengajukan konsep ini bukan ke WR III, tetapi ke Ibu Lubna Algadrie yang saat itu menjabat sebagai pimpinan ITATS Language Centre (ILC). Karna birokrasi yang belum memungkinkan, akhirnya masih belum bisa terealisasi di tahun 2013. Saya ajukan lagi tahun 2014 ke Pak Bambang selaku WR III, dan setelah presentasi panjang lebar bahkan langsung menemui Ketua Yayasan, akhirnya bisa di acc dan terlaksana untuk pertama kalinya di tahun 2014 (Baca juga: Duta Kampus part 1 dan Duta Kampus part 2).

Hal-hal yang melatar belakangi saya untuk berpikiran mengadakan pemilihan ini adalah :
  1. Sejak tahun 2011, 2012 dan 2013 wakil ITATS untuk kompetisi Mawapres dipilih secara handpick dan makin lama makin susah mencari regenerasi. Pihak WR III mengaku kesulitan untuk mencari representasi dari mahasiswa ITATS untuk mewakili kampus di ajang Mawapres. Problematikanya adalah perihal kemampuan public speaking dan bahasa inggris. Banyak mahasiswa yang mundur untuk berkompetisi karna tidak percaya diri dengan kemampuan presentasi berbahasa inggris. Karna kriteria mahasiswa di ajang ini menurut saya juga cukup susah. IPK di atas 3.5, memiliki prestasi non-akademis minimal di tingkat provinsi, membuat karya tulis, memiliki kemampuan bahasa asing aktif dan mempresentasikan karya tulisnya dengan bahasa inggris. Jadi semisal ada mahasiswa yang nyeletuk Duta itu nggak penting, saya kepengen yang ngomong itu membantu untuk ngewakili ITATS di ajang ini dan harus menang. Hahaha.. just kidding.
  2. Berdasarkan pengalaman saya menjadi mahasiswa ITATS, saya melihat fenomena gagap presentasi yang dialami banyak rekan saya seangkatan. Mahasiswa ITATS itu banyak yang pintar, tapi kurang mumpuni untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan umum. Rasanya sayang, eman gitu. Padahal skill berkomunikasi di era saat ini menjadi poin penting yang menunjang prestasi atau di dunia kerja. Melalui pemilihan Putra Putri ITATS, dimana poin public speaking menjadi poin utama pembekalan dan penilaian, saya berharap regenerasi mahasiswa ITATS lebih baik dengan berbekal skill komunikasi yang mumpuni.
  3. Setiap tahun, ITATS pasti mengadakan kegiatan promosi kampus baik dalam bentuk kegiatan Road to School ke SMA/SMK di Jawa Timur atau mengikuti pameran pendidikan seperti Campus Expo, dan lain-lain. Kegiatan ini pasti melibatkan mahasiswa yang bisa merepresentasikan kampus ITATS dan tentunya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, karena mereka dituntut harus sosialisasi tentang kampus ITATS. Nah, WR III pun juga menyampaikan bahwa langka sekali pada saat itu menemukan mahasiswa dengan kriteria begini. Yang namanya merepresentasikan kampus di depan umum, dia menjadi figur pastilah dituntut memiliki performa yang baik, pengetahuan terkait kampus dan mampu menyampaikan kepada siswa/i SMA atau pengunjung pameran (kemampuan komunikasi yang baik).


Inilah beberapa alasan yang menurut saya urgent. Semisal ada yang menganggap saya abnormal karna terlalu peduli dengan kampus ITATS, ya kan ini almamater saya dan mahasiswa itu kan sebagai agents of change. Setiap mahasiswa pasti memiliki cara sesuai kapasitas dan kapabilitas masing-masing untuk perubahan yang lebih baik. Ciyeeeeee....

Kita kembali ke Pertemuan 11 Mei. Pertanyaan klise yang menjadi awal pertemuan kami adalah "Duta itu apa sih? Tugasnya ngapain?"

Ehem, cek 1 2 3 (tes microphone) Hehehe...
Saudara sebangsa, setanah air dan sealmamater tercinta, duh formalnya.. ganti non-formal mode. Hakzz..

Istilah duta atau ambassador mungkin sudah cukup akrab didengar, tapi mungkin sebagian orang kurang memahami apa makna sebenarnya dan apa tugasnya. Pernah mendengar istilah duta wisata, duta kesehatan, duta pemuda dan duta-duta lainnya kan? Jika saya mengambil contoh duta wisata, tugas utama seorang duta wisata adalah mempromosikan potensi pariwisata di daerah yang ia wakili dan menjadi representasi daerah tersebut. Nah sama halnya dengan Duta ITATS, utamanya mereka promosi/sosialisasi terkait ITATS dan menjadi representasi kampus. Kami pun memiliki beberapa program kegiatan seperti mewakili ITATS di ajang Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) yang diadakan Kopertis VII, mengikuti serangkaian kegiatan promosi seperti di Campus Expo atau ke sekolah SMA/SMK se-Jawa Timur menyesuaikan dengan agenda dari Wakil Rektor III selaku bidang Kemahasiswaan, selain itu rekan-rekan Duta juga ditugaskan saat acara wisuda ITATS. Adapun kegiatan-kegiatan additional seperti training soft skill, acara amal, dan lain-lain. Selain itu, rekan-rekan Duta ini juga ditugaskan untuk menjadi moderator atau MC saat acara seminar kampus, atau acara kunjungan dari sekolah SMA/SMK ke kampus ITATS.

Sejauh ini, semoga pertanyaan di atas sudah terjawab ya. Semoga apa yang saya tulis tidak multitafsir dan mudah dipahami.

Lalu pertanyaan berikutnya, "Duta ITATS ini kedudukannya di ITATS sebagai apa? Duta ITATS itu apakah BEM? Kok tidak mengayomi mahasiswa-mahasiswa lain? Kan harusnya menjadi penyambung antara mahasiswa dan yayasan"

Mendengarnya saja, kalau orang Jawa bilang, du nangis du ngguyu. Terharu! Nggak nyangka kalau ekspektasi teman-teman akan semulia itu.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari WR III, organisasi mahasiswa yang ada di ITATS hanya ada 2 jenis. Yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Nah, Duta ITATS ini anggotanya terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan, bukan seperti HMJ yang anggotanya berasal dari 1 rumpun jurusan saja. Nah, maka dari itu Ikatan Duta ITATS termasuk ke dalam UKM yang tempat mangkalnya sama kok di Students Center. Pastinya bukan BEM. Unch unch unch.. Dan perkara mengayomi mahasiswa lain, ehmm semulia itu kah? Hehehe.... kalau sudah membaca tulisan saya sejauh ini, insyaallah pembaca sekalian sudah memahami ya sejauh apa peran dan job description Duta ITATS. Perkara penyambung antara mahasiswa ke yayasan, jalurnya sudah ada sendiri yaitu melalui WR III. Jadi jika teman-teman ingin menyampaikan aspirasi, bisa melalui WR III.

Ada lagi kegelisahan salah satu mahasiswa (sebut saja Mr. R) dalam forum saat itu yang mengungkapkan pemikirannya terhadap kami, "Kok Duta ITATS itu seperti mendapat tempat special ya di ITATS, dan seperti difasilitasi. Terlebih mengadakan acara pemilihan lagi tahun 2016 sebesar itu saja bisa di acc. Itu bagaimana? Soalnya makin lama, kami merasa gerak gerik ormawa makin terbatas apalagi untuk mengadakan kegiatan. Sedangkan Duta ITATS kayaknya gampang ya kalau bikin acara. Bagaimana dengan anggaran biayanya untuk acara sebesar itu. Sepengalaman kami, selalu dikurangi jauh. Ketika kami mencoba untuk menanyakan kejelasan soal ini ke yayasan, mereka malah bertanya NPM saya berapa. Kan kami jadi berpikir yang aneh-aneh"

Saya agak kaget dengan ungkapan Mr. R saat itu. Sejak menjadi mahasiswa di sana tahun 2012, saya baru mengetahui jika kita menanyakan perihal kemahasiswaan ke yayasan malah ditanyai perihal NPM. Karena selama ini ketika saya berdiskusi atau menindak lanjuti kegiatan ke rektorat atau yayasan, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Bahkan ada yang lebih ngeri, katanya bisa diancam DO. Wih wih wih... nggak kok. Nggak akan ada asap kalau nggak ada api. Sekalipun memang ada mahasiswa yang diancam DO mungkin perkaranya bukan karna semata-mata mengajukan kegiatan ormawa, mungkin karna si mahasiswa belum lulus mata kuliah atau alasan akademis lainnya.

Pemilihan Duta ITATS 2016
Kami sama-sama UKM yang mengajukan proposal untuk melaksanakan kegiatan, birokrasinya sama saja. Tidak ada perlakuan special apalagi sampai ada fasilitas khusus untuk para Duta. Semua sama dengan UKM lainnya. Perkara biaya kegiatan pemilihan, kami lebih banyak mengajak kerjasama sponsor sehingga kebutuhan kegiatan bisa terpenuhi semua dari para sponsor. Kami merasa acara pemilihan tiap tahun tidak sebesar apa yang dilihat rekan-rekan mahasiswa lain, setiap tahun kami hanya berusaha mempersiapkan dengan matang dan terkonsep. Mungkin totalitas kami dalam menyelenggarakan acara sehingga membuat kesan acara besar. Perihal perasaan rekan ormawa yang kecewa karna merasa terbatas dan sulit untuk mengadakan kegiatan, lalu dikait-kaitkan kegiatan Duta yang terlihat gampang di acc, sepertinya itu bukan kewenangan kami untuk menjawab. Barangkali rekan-rekan bisa mencari tahu alasan mengapa kegiatan kalian belum di acc oleh kampus. Tapi sepengalaman saya ikut mengadakan kegiatan bersama teman-teman di UKM-ESS dan HMJ Informatika, alurnya sama seperti saya mengajukan kegiatan pemilihan Duta ITATS. Ya mengajukan proposal ke WR III, ± 2 minggu baru ditindak lanjuti, jika belum ada konfirmasi ya menunggu lagi, ketika sudah ada kabar kami baru mengetahui hal apa saja yang di acc dan tidak di acc, ya nego juga perihal anggaran biaya, perihal perizinan tempat, dan lain-lain. Semuanya sesuai birokrasi yang diarahkan oleh WR III. Tahun 2014 ketika acara ini dihelat untuk pertama kali, dimana pihak rektorat mungkin belum terlalu memahami konsep acara ini maka WR III mengajak saya untuk menemui ketua yayasan dan mempresentasikan sendiri konsep kegiatannya kepada beliau. Eits... waktu ketemu beliau saya nggak ditanyai NPM dan hal-hal ngeri yang banyak dirumorkan mahasiswa lain nggak kejadian kok. Hehehe.

Rasanya masih pengeeeennnn nulis lebih banyak lagi untuk dibagi ke teman-teman. Tapi sepertinya cukup dulu.

Barangkali ada yang ingin ditanyakan/ngobrol terkait Duta ITATS, bisa menghubungi saya melalui email: zanzabela@yahoo.com (harap mencantumkan nama dan asal kampus/jurusan, jika tidak maka email diabaikan).

Terima kasih sudah berkunjung.
Instagram: zanza_bela