10/13/12

Hubungan Jarak Jauh: Pacaran atau Tidak? (Kutipan)


Pernahkah Anda menjalani hubungan (pacaran) jarak jauh? Bagaimana hubungan Anda dengan kekasih Anda? Bagaimana rasanya? Enak atau tidak? Sanggupkah Anda? Mengapa sanggup? Mengapa tidak?
            Pertanyaan-pertanyaan tersebut barangkali akan menjadi pertanyaan fundamental tatkala kita menjalani hubungan jarak jauh. Saya sudah beberapa kali mendengarkan cerita pribadi dari orang-orang yang menjalani hubungan jarak jauh. Ada yang mengatakan tidak enak, ada yang mengatakan biasa saja, dan ada pula yang mengatakan bahwa hal itu adalah ujian yang sangat sulit—dan orang yang menjalankannya harus tahan godaan (wow!!!).
            Pertanyaan saya selanjutkan, benarkah orang yang menjalani hubungan jarak jauh itu adalah pacaran yang serius? Saya kira hal ini perlu dikritisi. Sebab, bagi saya hubungan jarak jauh adalah hubungan yang kehilangan salah satu syarat hubungan yang harmonis, yaitu “kebersamaan”.
            Menurut saya, hubungan jarak jauh adalah jenis hubungan yang cacat. Sebab, hubungan tersebut adalah cara berhubungan yang “tidak lengkap”. Bila seseorang memang dikatakan menjalani hubungan, seharusnya sang kekasih harus di sampingnya bila ia sedang membutuhkannya. Namun, hal ini tidak terjadi pada orang yang menjalani hubungan jarak jauh. Ketika ia memerlukan kekasihnya saat ia dalam kesepian (atau apa pun), kekasihnya tak ada. Kekasihnya berada di tempat nun jauh di sana. Saya kira manusia tidak bisa seperti itu. Seorang kekasih harus ada pada saat ia ingin kekasihnya di sampingnya. 
            Yang banyak terjadi pada orang yang menjalani hubungan jarak jauh adalah mereka berhungungan lewat HP. Seseorang akan mengetahui kondisi kekasihnya lewat HP. Kencan lewat HP. Kesimpulannya, seolah-olah ia bukan pacaran dengan kekasinya, tetapi pacaran dengan HP. Manusia sejatinya berpacaran dengan manusia (berjasmani dan berohani), bukan berpacaran dengan barang elektronik (HP, FB, chatting, dll.).
            Akhirnya, saya pikir hubungan jarak jauh adalah hubungan yang kurang—atau bahkan tidak—serius. Hubungan dengan dunia maya, tersekat jarak dan waktu adalah hubungan yang abstrak, tidak manusiawi, dan mengabaikan rasa. Hubungan jarak jauh adalah gejala cinta yang rapuh, kurang gizi, dan devitalisasi cinta itu sendiri. Bila ingin cinta Anda tetap survival, maka satukanlah jiwa Anda dengan belahannya. Sedangkan jiwa hanya ada dalam raga, bukan HP, internet, dan seterusnya dan seterusnya. (Royyan Julian)