Showing posts with label pengalaman. Show all posts
Showing posts with label pengalaman. Show all posts
1/6/25

Suasana Casting di Inilah.com

 


Kayaknya kalian belum familiar dengan nama instansi ini ya? Sama dong!

Semoga tulisan ini bisa menjadi tambahan referensi untuk kalian yang sedang mencari sumber informasi valid tentang perusahaan ini. Kita mulai, let's go!

Kalau ngebahas usia perusahaan, inilah.com hampir sepantaran dengan detik.com, jadi bisa dibilang lumayan usia matang, bukan newbie. Untuk lokasi kantornya di kawasan Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di maps ketik aja "inilah.com" nanti akan muncul komplit dengan nama PT. Indonesia News Center. Suasana kantornya homey, ini bisa cocok untuk kalian yang nyari suasana kantor yang nggak kaku kayak "kantor" banget. Kalau kalian akan interview kerja disini, setidaknya ini sekilas gambaran tentang suasana kantornya.

Sebenarnya aku ke kantor ini untuk keperluan interview, aku dapat info dari temenku sesama jurnalis kalau kenalan dia sedang mencari host untuk podcast. Hari Jum'at langsung ngontak dan di hari yang sama dapat chat undangan interview dengan HR di hari Seninnya.

Karna saat ini masih ada pekerjaan di kantor lain, jadi aku berangkat hanya berbekal cinta dan kasih sayang untuk interview. Nggak kepikiran juga harus ganti baju, ya udah pakek seragam ala kadar gini. Dan tahu nggak? Tentu aja nggak tahu, kan baru mau aku kasih tahu haha... 

Begitu masuk ruangan, disambutlah dengan kamera, lighting dan teleprompternya. Ada eksekutif produser bilang, "siap-siap casting ya. Boleh prepare dulu".

Alamaakkk.. apa yang mau diprepare? Nggak grooming blasss euy, cuma pakek kemeja dan jaketan, hijab juga nggak styling proper. Karna ngehnya adalah interview aja. Aku coba baca chat HR lagi, apa aku salah baca dan benerrr kok tulisannya interview doang. Tapi kan ya udahlah, masak mau debat publik dulu.

Bagi teman-teman yang ngedaftar untuk jadi host atau penyiar, jadi siap-siap aja deh untuk dadakan-dadakan begini. Artinya ya, pengalaman, jam terbang, skill, nggak bisa bohong, nggak bisa di-setting. Kalau udah di luar kepala, ya akan bisa aja kok.

Dan pelajaran untuk diriku sendiri adalah selalu standby minimal blazer dan bawa lipstick plus minimal cushion, semisal ada tahu bulat di luar prediksi BMKG gini, setidaknya lumayan lah ya agak ready. Oke lanjut, akhirnya casting.

Eksekutif produser namanya mas Ferdi Ilyas (dia juga penyiar di CNN) langsung ngasih brief singkat dan script yang akan dibaca. Style pembawaan beritanya bener-bener Gen Z ala ala mewing rizz positive aura dah! Jadi pembawaan penyiar berita ala ala media terestrial yang lugas, formal, hard news banget akan nggak berlaku disini. Story telling style, ada ala ala julidnya dikit, bayangannya kayak seolah kita sedang ngobrol sama temen, lebih agak santai menurutku. Tapi karna mungkin belum terlalu biasa, aku pun masih penyesuaian.

Memang hanya 1 berita saja, tapi durasinya sekitar 3menitan. Harusss atur nafas ya sayy. Untung sambil duduk, jadi agak lumayan rileks. Begitu selesai, lanjut ngobrol santai dengan mas Ferdi sebagai user nantinya. Nggak usah dibayangin pertanyaannya bakal susah kayak kalkulus, enggaaakk kok! Lumayan santai, intinya kita dikenalin sama program-program apa yang akan dibawain ketika diterima. Oiya, tupoksi utama memang jadi host podcast ya tapi di momen tertentu utamanya saat big event, akan diminta juga untuk menulis berita.

Menurutku yang dicari memang bukan yang fase belajar atau minta diajari ya. Makanya mereka pun nggak menerima yang fresh graduate. Dan ternyata sepemikiran, mas Ferdi pun juga menyampaikan ini.

Oiya teman-teman, bagi yang pemula, newbie, masih belajar dan masih memperbanyak jam terbang, jangan pesimis dulu, jangan suudzan dulu. Setiap instansi ketika membuka rekrutmen pasti punya 'warnanya' masing-masing. Dan ini juga dipengaruhi dengan tupoksi, ruang lingkup pekerjaan, dll. Kalau posisi di inilah.com yang sedang dibuka ini mereka menyesuaikan dengan load kerja yang kian hari kian padat. Podcast dengan pejabat publik yang sering dadakan, sering berubah karna padatnya jadwal mereka, dll. Maka nggak heran kalau mereka memang mencari yang sudah ready to go.

Setelah selesai ngobrol dengan eksekutif produser, berlanjut interview dengan HR namanya Mbak Olga. Tenaaaang, nggak saklek juga. Kan tadi udah aku prolog kalau suasana kantornya aja homey kok. Santai kok, kayak ngobrol biasa aja. Ketika disscuss dengan HR, pembahasannya lebih tentang sistem kerja, benefit yang didapat, termasuk jenjang karir.

Dari kesimpulanku mendengar penjelasan mbak Olga, kantor ini termasuk yang greenflag perihal jenjang karir. Dan sangat open kepada semua staf, selama kamu kompeten ya bisa aja dapat promosi. Nggak yang harus ada syarat pendidikan linear, harus S1 S2 apa S10 dulu baru bisa promosi. Jadi sepertinya akan lebih fair untuk staf berprestasi disana. Kira-kira gambarannya dari staf, naik ke supervisor lalu posisi head.

Selain gaji pokok, untuk tunjangan pun lumayan kok. Ada tunjangan kehadiran, tunjangan jabatan, tunjangan transportasi, BPJS. Semoga aku nggak kelupaan nyebutin yang lainnya ya hehe..

Sebagaimana pekerjaan full time pada umumnya, ya 9 to 5 misal kamu dateng jam 10 ya agak tambahin pulangnya jadi jam 6. Tapi untuk libur bisa kondisional. Sistemnya 6 hari kerja, 1 hari libur. Jatah seminggu, libur 1x dan semisal dalam seminggu itu jatah libur tidak diambil maka bisa dirangkap akumulasi untuk minggu depannya lagi. Menurutku ini lumayan humanis.

Dan setelah aku tanya-tanya, memang sistem WFH belum diberlakukan untuk saat ini. Aku pun menanyakan dan mengajukan ke manajemen tentang sistem full time ini acuannya harus kehadiran di kantor artinya WFO, atau bisa by output artinya darimana pun asal output kerjaan ada dan beres maka bisa dihitung dia setiap hari ada output yang dikerjain.

HRnya juga cukup welcome jika ada diskusi seperti ini. Ya meskipun hamba sebagai kaum sudra apalah apalah ini sadar diri, ya apapun yang terjadi kan hamba bukan pemilik perusahaan. Jadi yo wes manut wae hahaha... masih mau didiskusikan HR dengan manajemen kok.

Dan selesaiiii. Kembali nguliiii.

Sekian dulu, kapan-kapan lanjut. Terima kasih sudah mampir.

7/9/21

Quality Control Hewan Kurban Dompet Dhuafa Jawa Timur

Bersama media partner dan influencer berkeliling DD Farm Madiun

Tidak terasa sebentar lagi Idul Adha 1442 H yang jatuh pada tanggal 20 Juli 2021 nanti. Bagaimana teman-teman, apakah sudah menyiapkan kurban terbaik kalina? Eits, bukan kurban perasaan lho ya. Hehehe...

Tahun ini senang rasanya diajak oleh DD (Dompet Dhuafa) Jawa Timur untuk menyaksikan proses quality control dan pengelolaan kandang domba yang ada di DD Farm sentra Geger, Kab. Madiun (29/06). Untuk di Jawa Timur sendiri terdapat 3 DD Farm yaitu di Malang, Situbondo dan Madiun. Aku kira ya sekedar kandang seperti tempat pengembangbiakan hewan umumnya tetapi ternyata dikelola dengan sangat detail dan profesional. Sambil berkeliling kandang, saya juga ditemani Mas Eko atau aku menjuluki beliau sebagai profesor kandang DD Farm. Hehehe...

Bersama Mas Eko berkeliling DD Farm Geger, Madiun


Domba-domba di DD Farm Madiun ini didatangkan dari berbagai wilayah diantaranya dari peternak-peternak atau pihak-pihak yang bermitra dengan DD Farm karena mereka mengusung konsep pemberdayaan masyarakat.

Situasi Kandang Loading DD Farm, Madiun


Setiap domba yang baru tiba, akan transit sejenak di kandang loading untuk diamati perilakunya. Apakah terindikasi stress karena kemungkinan ada domba yang 'kaget' dengan situasi lingkungan baru atau tidak. Jika memang pengelola mendapati ada domba yang stress atau kurang sehat maka pengelola akan seketika memberikan perawatan intensif. Setelah itu domba akan ditimbang terlebih dahulu dan dikelompokkan sesuai dengan bobotnya. Yaitu terdiri dari kelompok standar, medium dan premium dengan bobot minimal 23 kg.

Proses penimbangan domba di kandang loading

Bagi domba yang sudah diketahui mana kategori kelompoknya, maka akan ditempatkan pada kandang yang sudah diberi sekat dan kose-kode tertentu. Kode tersebut bertuliskan 1Z, 1Y, dan seterusnya guna memudahkan pengelola untuk mengawasi tiap-tiap domba yang berada di dalam kandang tersebut. Dalam satu sekat diisi sekitar 8-9 ekor domba. Dan pada masing-masing domba tersebut juga diberi kalung penanda bertuliskan angka, untuk pengecekan kesehatan dan quality control tiap domba.
Domba dimasukkan dalam kandang bersekat dengan kode tertentu

Jika sampai menjelang hari raya kurban atau Idul Adha, ada domba yang bobot dan kesehatannya tidak memenuhi standar maka hewan tersebut akan diberi perawatan intensif dan dialihkan untuk Idul Adha tahun depan. Sehingga setiap hewan kurban benar-benar dicek kualitasnya. Ya, karena ibadahnya cuma 1 kali dalam 1 tahun, jadi wajar dong kalau menyiapkan yang terbaik. Hehehe....

Oiya, ketika masuk pertama kali di kandang ini ada hal yang juga mencuri perhatianku. Sama sekali aku tidak melihat pemandangan "ramban" alias rumput hiaju-hijau yang umumnya menjadi pakan para domba. Aku pun juga menanyakan pada Mas Eko. Ternyata DD Farm memberikan pakan terbaik yaitu complete feed dengan mencampurkan pakan konsentrat yang mengandung serat, protein, karbohidrat dan mineral. Wah... pantas saja domba-domba disana gemol (gemuk ginuk ginuk) dan sehat ya.

Bersama Pak Kholid, pincab DD Jawa Timur


Bagaimana?
Mungkin tertarik untuk menunaikan kurban melalui Dompet Dhuafa Jawa Timur?
Bisa mengikuti akun instagramnta di @ddjatimorg atau website kurban.dompetdhuafajatim.org ya.

Oiya, bonus nih. Selain diajak berkeliling DD Farm, kami juga diajak ke Kampung Susu Lawu, Magetan yang merupakan salah satu desa binaan DD Jatim bekerjasama dengan pemkab Magetan. Warga disana mayoritas berprofesi sebagai peternak sapi perah dan mengolah olahan susu menjadi berbagai makanan dan minuman bergizi. Ini dia dokumentasi keseruan perjalanannya.





Bersama dengan ibu-ibu di Rumah Susu Lawu

Cek video keseruannya di sini ya :)




Terima kasih sudah mampir.
(Adm/Zan)

7/5/21

Pengalaman di Simposium Indonesia SDGs Summit 1.0 (Part 2)

Beberapa peserta ISS 1.0

H+1 usai penyelenggaraan Indonesia SDG's Summit 1.0, yeay!
Kemasan acara meski virtual tapi asik dan menambah wawasan tentang isu-isu SDG's, apalagi saat sesi simposium 1-4 dihadiri narasumber yang memang pakar di bidangnya, sehingga semakin membuka wawasan kami akan isu-isu tentang "ada apa sih di Indonesia saat ini?".

Cerita persiapanku sebelum summit, juga bisa teman-teman baca di artikel sebelumnya berjudul Pengalaman di Simposium Indonesia SDG's Summit 1.0 (Part 1).

Pada hari pertama, acara diawali dengan simposium 1 bersama Kak Dennis yang merupakan founder Sekolah Saham Indonesia. Membahas mengenai financial freedom dan dunia investasi. Meskipun bukan topik baru, tetapi senang bisa lebih deep mengetahui tentang ini. Setelah  simposium 1 dilanjutkan dengan presentasi 39 peserta yang esainya telah terpilih dari total 90-an esai yang dikirimkan kepada panitia. Tips untuk teman-teman yang mungkin akan mengikuti ISS 2.0 atau forum sejenis, sebaik-baiknya ide tertulis tetapi saat presentasi harus memperhatikan durasi. Dan sampaikan dengan metode "segitiga", yaitu mengerucut ke fokus solusi/inovasi baru ke penjelasan. Jangan segitiga terbalik, karena ketika waktunya habis, maka kalian tidak akan sempat menyampaikan apa fokus solusi dan inovasi dari esai yang telah kalian buat. Aku pun overtime, kayak nyesel gitu nggak bisa tuntas menyampaikan tetapi sangat beruntung fokus dari solusi dan inovasi esai sudah tersampaikan di awal paparan. Sehingga ketika pun kehabisan waktu, dewan juri sudah mendapatkan poin utama dari apa yang ingin aku sampaikan. Kalau ingin belajar tentang powerful presentation bisa DM ke instagram @maestria.id ya.

Oke lanjut. Setelah presentasi usai, kami mengikuti simposium 2 bersama Kak Cania Citta yang membahas mengenai gender. Kak Cania merupakan Head of Content di Geolive ID. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman Top-5 esai dari kesleuruhan peserta yang telah presentasi.


Top 5 Presenter ISS 1.0


Yeay! Seperti penyakit pikiran pada umumnya, ya pasti sedikit insecure tapi benar-benar nggak nyangka bisa lolos Top 5. Untuk persiapan final di hari ke-2 ISS kami berlima mendapatkan briefing dari panitia termasuk poin-poin yang akan menjadi kriteria penilaian, yaitu :

1. Relevansi dengan tema SDG's yang menjadi tema ISS 1.0
2. Originalitas
3. Koherensi antara isu dengan ide/inovasi
4. Performance presentasi dan tanya jawab (gesture, eye contact, dll)

Dan berakhirlan sesi hari pertama ISS 1.0. Di hari ke-2 pun nggak kalah seru + deg degan tentunya. Hehehe...

Acara diawali dengan simposium ke-3. Kali ini membahas topik yang lumayan trending akhir-akhir ini yaitu membahas Quarter Life Crisis bersama Kak Nago Tejena yang merupakan Clinical Psychologist Universitas Padjadjaran. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi presentasi dari Top-5 Presenter. Mungkin ada yang akan mendaftarkan diri di ISS 2.0 dan ingin mempresentasikan esai, nah di sesi Top-5 ini ada sesi tanya jawab dari juri-juri handal. Pertanyaan yang aku dapat dari Mas Muflih Dwi Fikri (Founder Global Millenial Group) adalah siapa saja mitra untuk mewujudkan inovasiku, bagaimana teknis pelaksaan dan di akhir sesi QnA juri memberikan kesempatan 30 detik untuk memberikan closing statement. Fiuh, grogi euy. Tapi alhamdulillah sudah selesai.

Setelah itu, sembari dewan juri menentukan siapa presenter terbaik, acara dilanjutkan dengan simposium 4. Yang menurutku insightful banget karena dari sini lebih banyak hal baru yang aku ketahui tentang disabilitas. Dan ternyata pematerinya satu almamater juga di Media & Komunikasi Universitas Airlangga, hahaha.. jadi langsung klop begitu aku DM di instagram dan aku cerita juga satu almamater dengan dia. Simposium 4 diisi oleh seorang awardee beasiswa LPDP yaitu Kak Umar Syaroni. Sekarang dia masih semester 2 di Medkom UNAIR.

Jreeeng jreeeng...

Sebelum pengumuman, panitia ternyata sudah menyiapkan closing party. Ada games dan satu guest star yang menyanyikan beberapa lagu. Jadi berasa ikut konser virtual yak. Hahaha.. tapi seru, ambyar bareng-bareng peserta lainnya.

Dan saatnya pengumuman.

Peringkat 5, 4 dan 3

Peringkat 2

Peringkat 1

Nah ini daftar peringkatnya dari 5 ke 1 ya:

1. M. Audrey Hasanal - Universitas Sriwijaya (188)
2. Cycilia Ernita - Universitas Atma Jaya (199)
3. Berdit Zanzabela - Universitas Airlangga (211)
4. Rosa Diwanegara - Universitas Airlangga (212)
5. Nandasetya Kharisma - Wetrust Initiative (217)

Baru ngeh juga ternyata selisi 1 poin dengan peringkat ke-2, ada masukan dari Kak Muflih yaitu memperkuat branding. Ini masukan bagus jadi selanjutnya bisa semakin diperkuat untuk strategi branding-nya. Terima kasih semua kakak kakak panitia ISS 1.0 :)

Dan kabar gembira untuk teman-teman yang ingin mengikuti ISS 2.0, pendaftaran akan segera dibuka nih. Bisa langsung cek di website Indonesia SDG's Summit. Jika ingin bertanya mengenai kegiatan ini, bisa DM ke instagramku @zanza_bela ya.



Terima kasih sudah mampir.
(Adm/Zan)
7/2/21

Pengalaman di Simposium Indonesia SDGs Summit 1.0 (Part 1)

Simposium ISS 1.0

Halo pejuang pandemi! *aseekkk 

Ceileee pejuang pandemi. Karna sudah begitu sesak dengan berita-berita menyeramkan tentang covid-19, mencoba melawan arus berita-berita itu dengan hal lain. Meskipun produktifitas agak terganggu karna anjuran mengurangi mobilitas untuk mematuhi protokol kesehatan, tetapi jangan kemudian membiarkan waktu berlalu sia-sia ya teman-teman. Mari bersama-sama menjadi pemenang melawan pandemi ini. Bukan hanya menang karena patuh prokes tapi juga tetap mengisi diri dengan aktivitas positif bahkan meningkatkan keterampilan diri. Dan thanks to instagram! Karena berkat algoritma instagram yang membaca keyword apa yang tiap pengguna cari dan sukai, instagram mempertemukanku dengan event kece ini. Yaps, nama kegiatannya adalah Indonesia SDG's Summit 1.0 dengan tema Strengthening Youth’s Action for 2030 Agenda on Sustainable Development Goals.


Dalam simposium ini ada 4 tema yang akan fokus dibahas dan juga menjadi topik esai bagi peserta simposium yang ingin mengirimkan hasil pemikirannya tentang SDG's. Empat tema tersebut adalah  (3)Kehidupan Sehat dan Sejahtera, (4) Pendidikan Berkualitas, (5)Kesetaraan Gender, dan (8)Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Mungkin di penyelenggaraan 2.0 berikutnya akan mengangkat tema SDG's yang lain. Nah kalian ada kesempatan untuk ikut simposium ISS jika memang berminat. Bisa mulai disiapkan esainya mulai sekarang.

Pengenalan Tujuan SDGs ke 3, 4, 5, dan 8 :
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2020 mencapai 10,19%. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kehidupan sehat dan sejahtera di Indonesia belum tercapai. Untuk mencapai target tersebut, fokus yang dibicarakan meliputi gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.

Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas
Pendidikan di Indonesia belum memiliki kualitas yang baik. Hal ini diperkuat oleh data laporan PISA 2015 yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, Indonesia menduduki peringkat 62. Dua tahun sebelumnya yakni pada PISA 2013, Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 71. Tujuan pendidikan pun yang akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030 guna meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia perlu ditinjau kembali melalui aspek rasio siswa, pendidik, sarana dan prasarana.

Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini tercermin dari indeks kesetaraan gender yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia berada pada peringkat 103 dari 162 negara atau terendah ketiga se-ASEAN. Data tersebut menunjukkan bahwa perempuan masih tertinggal di belakang laki-laki. Untuk itu, diperlukan strategi yang efektif untuk memberdayakan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik melalui organisasi, media, dan dunia usaha dengan bantuan seluruh pihak agar kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat tercapai.

Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan penelitian perbudakan global modern atau Global Slavery Index tahun 2014 Indonesia menempati peringkat 8 dari 167 negara tertinggi di dunia. Indonesia masih mempekerjakan masyarakat tanpa memberikan hak-haknya, termasuk ke dalam perbudakan modern. Untuk itu diperlukan strategi efektif guna menanggulangi masalah tersebut yaitu penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan tata kelola administrasi ketenagakerjaan, dan perlindungan sosial. Penciptaan kesempatan kerja sebagai pusat dari pembuatan kebijakan ekonomi dan rencana pembangunan, tidak hanya akan menghasilkan peluang kerja yang layak namun juga pertumbuhan yang lebih kuat, inklusif dan dapat mengurangi kemiskinan.

Dari ke-4 tema di atas, kebetulan aku memilih tema 4 yaitu Pendidikan Berkualitas sebagai topik esai. Untuk ketentuan penulisan esai adalah menggunakan font Times New Roman ukuran 12 dan spasi 1,5 . Sedangkan struktur esai meliputi judul, analisa isu, faktor penyebab dan ide inovatif serta ditulis maksimal sebanyak 3 halaman (tidak termasuk lembar referensi).

Memang syarat pengumpulan esai ini opsional (tidak wajib). Namun bagi peserta yang mengumpulkan esai pun ternyata tidak semua akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan tulisannya pada simposium ISS tersebut (aku pun baru tahu setelah panitia mengumumkan hasil esai yang lolos seleksi). Sejujurnya aku merasa sangat kurang maksimal dalam mengerjakan esainya. Aku hanya menuntaskan selama 10 jam saja di hari terakhir pengumpulan esai karena hari-hari sebelumnya masih harus menyelesaikan pekerjaan di luar kota. Teman-teman yang ingin membaca dan mungkin memberi masukan positif, bisa cek esaiku di sini ya. Nah meski awalnya insecure banget bangetnamun surprise ketika pengumuman seleksi esai hari ini. Dari sekitar 80 esai yang dikirimkan ke simposium, hanya 39 peserta ini yang berkesempatan untuk presentasi.

Hasil Seleksi Esai ISS 1.0

Ada pelajar sekolah menengah juga. Waaa... jadi flashback, dulu waktu aku SMA masih merasa cobaan terberat hidup adalah PR matematika. Hahaha.. sama sekali nggak kepikiran untuk ikut simposium seperti ini :") inginku membayar waktu yang berlalu sia-sia tanpa pengalaman bermakna. Huhuhu.. Tapi mari lanjutkan hidup dan manfaatkan kesempatan selagi "sempat". Beruntung juga pandemi ini membuat pekerjaan tidak sepadat biasanya, sehingga punya cukup waktu untuk mengikuti kegiatan simposium seperti ini.

Oiya, acaranya masih akan berlangsung tanggal 3 dan 4 Juli 2021 besok. Untuk teman-teman yang ingin tahu informasi lainnya atau ingin ikut di ISS 2.0 bisa baca di situs sdgsummit.id atau follow akun instagram ISS di @sdgsummit.id :)

Jika rekan-rekan pembaca ada yang ingin ditanyakan namun sifatnya aku bukan sebagai panitia ya, tapi peserta jadi aku sebatas sharing pengalaman aja. Boleh DM aku di instagram @zanza_bela.

Terima kasih sudah mampir.
(Adm/Zan)

7/22/20

Pengalaman Seleksi Kerja di Infomedia Humanika Solution (2)


Ketika saya tulis 2017 lalu tentang pengalaman seleksi kerja di Infomedia Humanika Solution, saya tidak menyangka akan dikunjungi oleh puluhan ribu pembaca. Bahkan beberapa tahun terakhir, banyak DM masuk melalui instagram saya beberapa pertanyaan dari peserta seleksi kerja ISH. Dan lagi, dalam kurun waktu kurang 1 minggu dalam minggu ini sudah ada 3 penanya yang juga peserta recruiter ISH dengan posisi CSR Telkom.

Karena beberapa pertanyaannya, cukup lumayan panjang akhirnya saya inisiatif untuk membuat tulisan ini sebagai lanjutan tulisan sebelumnya berjudul Pengalaman Seleksi Kerja ISH (1)


Ini pertanyaan yang lumayan banyak masuk ke DM, "apakah interviewnya menggunakan bahasa inggris?" atau "Apakah harus berbahasa inggris ketika interview user (tahap akhir)?"

Nah, saya akan menjawab sesuai pengalaman saya saat interview tahun 2017. Dan bisa saja di tahun 2020 atau tahun selanjutnya berbeda. Tulisan ini bisa dijadikan referensi namun tidak menjamin 100% akan sama dengan proses seleksi ISH saat ini. Biasanya setiap perusahaan/institusi memperbaiki strategi untuk recruitment kerja dari tahun ke tahun. Karena kejadiannya cukup lama, semoga saya masih bisa mengingat-ingat dengan baik.

Saat saya mengikuti seleksi interview tahap awal, saya diminta untuk memperkenalkan diri dengan bahasa inggris. Hanya itu saja. Selebihnya tanya jawab dengan staff ISH menggunakan bahasa Indonesia.

Namun pada saat interview user, salah satu pewawancara meminta saya untuk menjawab semua pertanyaan dengan bahasa inggris meskipun pewawancara bertanya dalam bahasa Indonesia. Tetapi ketika saya mencoba bertanya dengan teman-teman yang sama-sama lolos sampai tahap interview user, ada teman yang tidak menjawab pertanyaan wawancara dalam bahasa inggris. Memang tugas CSR rata-rata yang kita layani adalah pelanggan lokal sehingga lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Namun saat saya masih menjadi CSR dan ditempatkan di Plaza Telkom Manyar, Surabaya, saat itu saya pernah melayani 2 pelanggan foreigner. Satu berasal dari Thailand, kalau tidak salah mereka mengenyam pendidikan di salah satu pondok pesantren di Indonesia. Karena baru pindah dan menempati rumah kontrakan, mereka memasang internet indiHome. Lalu satu lagi seorang pekerja asing (saya agak lupa asalnya darimana). Dia bekerja di Indonesia dan tinggal di sebuah apartemen. Namun internet indiHome di apertemennya muncul LOS merah, sudah berulang kali dilaporkan namun tidak ada tindakan perbaikan. Ternyata setelah saya cek, jaringannya masih menggunakan tembaga, belum fiber optic. Namun ternyata dia sudah meminta migrasi ke fiber optic, namun ODP di kawasan apartemennya penuh. Sehingga jaringan internetnya bermasalah selama beberapa minggu. Nah, ini salah satu pentingnya menguasai bahasa asing. CSR harus siap untui melayani pelanggan bahkan foreigner sekalipun.


Pertanyaan berikutnya, banyak calon peserta interview ISH menanyakan mengenai jobdesc seorang CSR. Nah, untuk mendapatkan referensi dan informasi lebih lengkap, teman-teman juga bisa browsing di internet mengenai jobdesc seorang CSR Telkom Plaza.

Tapi alangkah lebih baik, sebelum memutuskan untuk mendaftar sebagai CSR Telkom, kalian bisa browsing informasi lengkap mengenai tugas utama seorang CSR.

Tapi berdasar pengalaman, inti peran dari seorang CSR Telkom adalah menjadi garda terdepan dalam pelayanan kepada pengguna layanan Telkom. Seperti melayani PSB (pemasangan paru internet), pencabutan layanan, balik nama, pindah jaringan telepon, ganti paket layanan, dan jika ada permasalahan dengan tagihan pelanggan maka seorang CS juga wajib membantu untuk menyelesaikan komplain pelanggan tersebut.

Pertanyaan lain yang banyak diajukan oleh teman-teman melalui DM instagram adalah seputar gaji. Nah, kebetulan karena penempatan saya di Plaza Telkom yang ada di wilayah Surabaya sehingga untuk gaji mengikuti UMR Kota Surabaya ya. Dan seingat saya masih ditambah dengan uang bensin dan makan. Bahkan masih ada tambahan ketika hari raya/lembur (masuk kerja saat libur nasional atau shift di hari raya). Semoga saya tidak salah ingat hehehe.. karena sudah beberapa tahun lalu, jika saya keliru mohon dibenarkan melalui kolom komentar ya. Bagi fresh graduate, posisi dan penghasilan dari CSR Telkom sepertinya sudah cukup lumayan. Jika teman-teman berminat untuk menjadikan pengalaman di CSR Telkom sebagai batu loncatan untuk bekerja sebagai teller atau pekerjaan yang berhubungan dengan front liner, pengalaman sebagai CSR Telkom akan sangat berharga. Terlebih menjadi CS Telkom wajib menguasai hampir puluhan aplikasi. Sehingga ketika berpindah kerja menjadi teller atau posisi serupa sudah terbiasa dengan penggunaan berbagai aplikasi. Tenang, aplikasi-aplikasi ini tentu diajarkan di masa training kok.

Sedangkan untuk jam kerja, kurang lebih 8 jam per hari. Per harinya untuk istirahat per CS selama 1 jam secara bergantian dengan satu rekan CS lainnya. Masuk setiap hari Senin-Jumat 07.00 - 16.00 WIB dan Sabtu masuk setengah hari, biasanya jam 07.00 - 12.00 WIB. Semoga saya tidak salah ingat lagi hehehe. Maklum sudah lama banget resign dari sana. Ini pengalaman saya penempatan di Plaza Telkom ya. Berbeda dengan penempatan CS di mall, maka jam operasionalnya akan mengikuti dengan jam buka-tutup mall tersebut.

Jika teman-teman ada pertanyaan, silahkan DM ke instagram @zanza_bela.

Terima kasih.
7/1/20

Mentorship Siswa Foundation


Rasanya sudah tidak ingat kapan pertama kali saya mengenal istilah mentor dan mentorship. Tapi yang pasti, bukan saat sekolah menengah. Hehehe.. rasa-rasanya zaman sekolah saya terbilang 'kolot' ya. Saat itu akses informasi masih belum sebebas sekarang. Bahkan untuk mengikuti kompetisi saja, saya hanya mengandalkan mading sekolah dan informasi dari guru matpel sebagai satu-satunya sumber informasi yang aktual dan terpercaya *dih. Tahunya ya hanya lomba karya tulis, lomba MIPA, olimpiade sains, lomba tari, lomba musik, pernah dulu sesekali mendapat informasi tentang lomba fotografi memakai ponsel.

Bahkan kalau ditarik mundur lagi saat saya di jenjang menengah pertama, paling jauh ikut kegiatan non-akademis ya waktu Bahana Bintang Corps (grup drumband di SMPN 1 Trenggalek) diundang untuk tampil parade senja di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Saat itu dalam rangka penurunan bendera merah putih 17 Agustus (semoga tidak salah ingat). Sudah itu paling beken lah. Sebagai pelajar yang merasa tidak terlalu menonjol di bidang akademis, ya sudah pesimis kalau harus ikut olimpiade sains, matematika, dan sejenisnya. Dan saya pun tidak memiliki talenta seni apalagi olahraga. Lengkap sudah ke-kolot-an saya semasa sekolah. Tapi beruntung kegemaran saya bersosialisasi dan berorganisasi sejak SMP membuat saya tidak "sepi" pengalaman. Ya minimal pernah jadi sekretaris OSIS, pernah jadi panitia pensi, baksos, panitia MOS dan OSPEK, oiya pernah dapat gelar kakak OSIS tergalak gaiss.. Sudah lah, saya iyain saja memang saya ini galak seperti macan. Hehehe. Dan ke-kolot-an saya masih berlanjut sampai SMA. Bahkan saat kelas 1 saya tidak mengikuti organisasi apapun, kecuali ekstrakurikuler Pramuka (karna wajib). Meskipun peringkat pertama di kelas, ternyata tidak membuat girang tuh. Kerinduan saya akan hiruk pikuk organisasi akhirnya membuat saya ingin terjun ke organisasi sekolah lagi. Tidak terduga malah teman-teman mempercayakan saya sebagai kandidat calon ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas, semoga tidak salah ingat singkatannya *cmiiw). Namun karena alasan sejak kelas 1 saya tidak mengikuti organisasi apapun di sekolah, akhirnya meskipun hasil voting sayalah pemenang suara terbanyak, tetap saja tidak bisa menjadi ketua MPK dan saat itu saya menjadi sekretaris MPK (semoga tidak salah ingat juga hehehe). Selain itu, saat kelas 2 SMA saya bersama teman-teman "nekat" menginisiasi adanya majalah sekolah dan mendirikan TKMS (Tim Kreatif Majalah Sekolah) bernama paperMagz, terbit selama 1 semester 1x. Sampai edisi ke-3 saya ikut mengawal penerbitan majalah tersebut. 

Menginjak di kelas 3 dan menjelang kelulusan, seperti dilema pada umumnya yaitu menentukan jurusan kuliah. Hmm... karna ke-kolot-anku masih saja berlanjut hingga lulus, lagi-lagi tak banyak informasi mengenai program studi atau pun mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan.

"Emang nggak ada konseling?"

Ada!!!! Tapi ya begitulah. Sepertinya zaman dulu aku sangat kuper. Tidak melek teknologi untuk akses informasi, nggak ada juga yang ngarahin. Karena mungkin aku terlalu manja ya, apa-apa diarahkan. Waktu itu aku hanya menyadari bahwa aku suka berorganisasi, suka 'ngomong', suka nulis, suka wawancara orang (karena terbawa pengalaman jadi tim majalah sekolah), suka cari sponsor, dan suka jadi panitia kegiatan. Sudah. Tapi aku tidak tahu apakah kesukaanku ini bisa mengantarkanku untuk bekal memilih jurusan kuliah, apakah bisa ditekuni, dan apakah bisa menjadi pekerjaan di masa depanku nanti.

Satu-satunya cara memilih jurusan kuliah dan kampus saat itu, aku disuruh melihat passing grade dan ada/tidaknya alumni di kampus tersebut. Sudah itu saja. Istilah passion saja baru pertama kali aku kenal saat sudah menjadi mahasiswa. Telat banget ye kan? Terlebih latar pendidikan S1 ku tidak seiring dengan aktivitas yang menjadi kegemaranku, bahkan studi S2 ku bahkan juga pekerjaanku. Apa aku salah jurusan? Ah, sudah segini saja curhatnya. Nah di usia sekarang ini saya mulai merefleksi diri, mungkin karena dulu saya tidak cukup banyak mengakses informasi dan tidak ada rekan yang 'membimbing'. Jadi sejak sekolah menengah saya tidak mengenal betul apa passion saya atau apa yang bisa saya lakukan dengan kegemaran saya atau mau 'jadi apa' saya ini nanti kalau sudah dewasa.

Ingatan akan kisah di atas, muncul seketika saat membaca pengumuman kegiatan Inspireaction yang diadakan oleh organisasi non-profit bernama Siswa Foundation. Seperti terhirin-hirin, "dulu aku  kok nggak pernah dapat kegiatan beginian ya". Hehehe. Dan ternyata saat itu bersamaan dengan pembukaan pendaftaran mentorship Inspireaction. Setelah membaca latar belakang kegiatan, tujuan dan persyaratan mentor, akhirnya saya mencoba mendaftar. Hal yang paling membuat saya tertarik dari program ini adalah memberikan ruang seluas-luasnya untuk siapapun yang ingin berbagi pengalaman dan kisah perjalanan hidupnya, terutama yang berkaitan dengan proses menemukan passion dan self improvement. Karena para mentee Inspireaction merupakan orang-orang yang membutuhkan teman sekaligus pembimbing yang bisa mendengar cerita, mimpi, cita-cita mereka bahkan juga bisa membimbing bagaimana baiknya mentee ini memulai perjalanannya untuk berproses.

Saya hanya berpikir, mungkin saja mereka ini seperti saya di masa lalu. Yang tidak tahu kemana harus mencari teman bercerita, bagaimana menggali hal-hal di dalam diri saya bahkan sekedar untuk menemukan passion, sekalipun saat itu saya berhasil menemukan passion saya, saya juga tidak yakin bisa sendirian menemukan peta dan step by step untuk menuju cita-cita bersama 'passion' saya.


Waktu itu saya berpikir, "saya ingin menjadi bagian circle yang positif untuk para mentee jika memang terpilih". Ya, siapa tahu para mentee ini sudah lelah dengan lingkungan yang barangkali tidak mendukung mereka memaksimalkan potensi atau mendalami passion mereka. Atau lebih ekstrimnya, mungkin mereka sudah 'cukup' diremehkan. Sehingga mereka perlu sosok seseorang yang percaya akan potensi mereka dan mungkin memberi referensi akan jalan apa yang bisa mereka tempuh untuk berproses. Seperti apa yang disampaikan Oprah Winfrey, "A mentor is someone to allows you to see the hope inside yourself".


Tahapan pendaftaran sebenarnya tidak terlalu rumit. Cukup melengkapi berkas pendaftaran meliputi form pendaftaran, daftar riwayat terbaru (CV) dan menjawab pertanyaan uraian. Meski begitu pertanyaan uraian sepertinya menjadi bobot tertinggi yang menentukan langkah kalian berikutnya apakah lolos ke tahap interview atau tidak. Kalau diingat-ingat, saya seolah seperti curhat ketika mengisi jawaban uraian pada form pendaftaran. Pertanyaannya meliputi :


- Apa yang anda ketahui tentang mentor dan mentorship?
- Ceritakan secara singkat tentang diri anda!
- Mengapa anda mendaftar di program Inspireaction?
- Apa yang anda harapkan dari program Inspireaction?

Setelah mendaftar, pada tanggal 20 Juni 2020 saya dihubungi oleh panitia Siswa Foundation dan dinyatakan lolos seleksi berkas. Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap interview melalui Google Meet yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2020 pukul 13.00 WIB.

Muka tegang saat wawancara. Masih sempat ya nyulik moment buat capturescreen. Hahaha.

Deg degan?

Ya pasti dong! Tapi hari itu lebih sedikit santai daripada sesi interview lainnya. Seperti merasa lebih siap, dan yang terpenting tidak ada drama gangguan teknis seperti pengalaman beberapa waktu lalu menjalani interview secara virtual. Karena lebih sedikit santai, meskipun tetap deg degan, akhirnya merasa menjawab pertanyaan pewawancara dengan lebih rileks.

Seperti biasa, wawancara dimulai dengan perkenalan diri, menceritakan pengalaman dan seputar diri sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Inspireaction itu sendiri, jadi pastikan teman-teman sudah membaca dan mempelajari mengenai latar belakang program ya. Selain itu coba kalian baca-baca lagi uraian saat menjawap pertanyaan di form pendaftaran. Untuk mengingat kembali apa yang telah kalian tulis. Dan pertanyaannya mengalir, mengenai skala prioritas, membagi waktu, men-treatment para mentee, dan lain-lain.

Selesai interview, dan waktunya pasrah atas semua keputusan. 15 mentor terpilih diumumkan pada tanggal 25 Juni 2020.

Saat hari H, dapat pemberitahuan melalui Whatsapp bahwa dari 182 pendaftar se-Indonesia, saya menjadi salah satu diantara 15 mentor terpilih. Awalnya aku kira prank, karena nomor yang mengirim pemberitahuan lolos berbeda dengan nomor yang awalnya menghubungi untuk jadwal interview. Tetapi setelah ditelusuri, ternyata beneran dari Inspireaction Siswa Foundation.

Setelah diumumkan dan dipublikasikan di media sosial Siswa Foundation, seluruh mentor wajib mengikuti pembekalan yang sudah dijadwalkan oleh Siswa Foundation. Harapannya, 15 mentor yang terpilih nantinya bisa lebih optimal menjalankan perannya sebagai mentor dan bisa membantu para mentee.

Dan hari ini (1/7) adalah pembekalan hari pertama bersama Ibu Susanti Agustina. Seorang founder komunitas Biblioterapi Indonesia, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan UPI Bandung, Ph.D Candidate UTM Malaysia dan seorang penulis yang sangat berpengalaman.

Seluruh mentor Inspireaction Siswa Foundation

Materinya mengenai STIFIn. Ini kali pertama saya mengenal STIFIn. Ternyata langkah untuk menemukan passion atau mengenali diri sendiri untuk menuju profesi, ada tools-nya. STIFIn merupakan sebuah pengembangan profesi yang bertujuan untuk memudahkan dapam menemukan profesi yang paling sesuai. Sekaligus memberikan arahan untuk bisa berhasil di profesi tersebut sesuai dengan bakat alami.

Dan apa yang saya yakini mengenai passion selama ini ternyata juga dibenarkan dalam STIFIn tersebut. Profesi pilihan = Talent + Passion. Sedangkan passion merupakan hasrat yang menggebu-gebu untuk melakukan sesuatu hingga all-out, jangka panjang dan tidak bisa digantikan dengan hal yang lain.

Ah, penjelasannya panjang ya kalau diketik. Hehehe... Beruntung sekali, alhamdulillah. Belajar terus, terus belajar.



Setelah ini pun masih akan berlanjut ke pembekalan kedua dan seterusnya.

Beruntung dan senang sekali bisa mengenal 14 orang hebat dan berpengalaman di bidang masing-masing, terlebih materi pembekalannya yang sangat menarik. Terima kasih Siswa Foundation.

Oiya bagi kalian yang ingin mendaftar menjadi peserta mentorhsip atau mentee, bisa cek di instagram @siswafoundation ya.

(Adm/Zan)