12/25/13

EKSOTIKA PARIWISATA ALAM DI PESISIR SELATAN

            Alam adalah sumber daya yang lahir sebagai lingkungan dan sahabat hidup bagi manusia. Alam memiliki beberapa potensi yang tidak sekedar sebagai kawan, namun manusia memanfaatkannya sebagai sumber kesejahteraan hidup. Beberapa potensi alam yang dimaksud adalah tambang, perikanan, pertanian dan pariwisata.
            Kabupaten Trenggalek adalah kawasan yang 2/3 wilayahnya adalah pegunungan. Potensi pariwisata alam di Trenggalek cukup menarik banyak perhatian oleh penikmat wisata lokal maupun interlokal. Seperti icon pariwisata unggulan Trenggalek, yaitu Goa Lawa atau goa kelelawar.

Goa Lawa

            Goa yang merupakan goa terpanjang dan terbesar se-Asia Tenggara ini memiliki rangkaian stalagtit dan stalagmit dan terdiri dari 9 ruang yang tinggi dan luas. Untuk menyaksikan keindahannya, telah dibangun jembatan dan lampu penerangan di dalam goa. Saat berada di Goa Lowo ini, para pengunjung akan dimanjakan dengan suasana khas pegunungan yang sejuk dan keindahan dinding gua yang artistik dengan stalagtit yang menggantung maupun stalagmit yang mencuat disana sininya.
Selain itu, potensi pariwisata di wilayah Trenggalek yang besar merupakan wisata bahari. Tercatat ada enam pantai yang telah menjadi destinasi pariwisata unggulan wisatawan lokal maupun interlokal, yaitu Pantai Prigi, Pantai Damas, Pantai Pasir Putih atau Pantai Karanggongso, Pantai Cengkrong, Pantai Blado, dan Pantai Pelang.
1.    Pantai Prigi
Pantai Prigi

Pantai Prigi, icon papan pariwisata selain Goa Lawa ini berada di wilayah desa Tasikmadu, Kec. Watulimo, Kab. Trenggalek. Pantai prigi menawarkan pemandangan yang tidak kalah dari pantai-pantai lain di jawa. Pantai ini sangat banyak dikunjungi wisatawan lokal khususnya ketika menjelang akhir pekan dan hari libur nasional. Bagi pengunjung luar kota, anda tidak perlu kuatir. Di dekat pantai terdapat hotel atau penginapan yang cukup nyaman dengan kantong anda. Ada juga warung-warung kecil di sekitar pantai, dan tak lupa kuliner khas jawa yang pasti sudah sangat cocok untuk lidah anda. Ada juga warung atau toko cindera mata, berupa hasil karya dari kerang. Bagi anda yang ingin menyusuri pinggir laut, tersedia penyewaan kapal yang akan membawa Anda berkeliling disekitar pantai menikmati pemandangan pantai prigi.

Pelelangan ikan terbesar pantai selatan Pulau Jawa

 

Hal lain yang bisa anda temukan di pantai Prigi yang berpasir kuning ini adalah tempat pelelangan ikan. Anda akan menemukan deretan perahu para nelayan, berlabuh dan membongkar tangkapan ikan. Pasar ikan ini menjadi pemandangan unik dan menambah wawasan anda mengenai kekayaan laut Indonesia. Biasanya pantai dengan aktivitas nelayan terlihat suram dan kurang menyenangkan, tetapi pemerintah setempat telah berhasil membuat pantai ini menjadi objek wisata yang potensial. Pemda Jawa Timur telah mengembangkan kawasan ini sebagai tempat pelelangan ikan terbesar di pantai selatan pulau Jawa. Sehingga aktivitas ekonomi di daerah inipun meningkat.
Selain keindahan pantai dan pusat pelelangan ikan terbesar, masyarakat yang berkunjung di Pantai Prigi juga dapat menyaksikan Labuh Laut Larung Sembonyo, yang secara turun temurun di langsungkan setiap tahunnya. Biasanya kegiatan ini digelar pada bulan Selo, pada hari Senin Kliwon dalam tahun Jawa.
Upacara Adat Labuh Laut Larung Sembonyo merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus penghormatan kepada leluhur yang telah berhasil membuka kawasan Pantai Prigi. Menurut cerita rakyat, tokoh yang berhasil membuka atau babad Kawasan Prigi adalah Raden Tumenggung Yudhanegara, salah seorang prajurit dari Kerajaan Mataram. Kawasan Prigi waktu dulu merupakan kawasan yang sangat angker sehingga tidak ada orang yang berani tinggal di kawasan tersebut. Raden Tumenggung Yudhanegara akhirnya berhasil membuka kawasan Prigi setelah bersedia menikah dengan Putri Gambar Inten, putri dari penguasa gaib wilayah tersebut. Perkawinan itu dimeriahkan dengan kesenian tayub. Karena itu dalam upacara adat Labuh Laut Larung Sembonyo juga digelar kesenian tayub dan menampilkan miniatur pengantin pada rangkaian Sembonyo untuk mengenang peristiwa perkawinan Tumenggung Yudhanegara dengan Putri Gambar Inten.

2.    Pantai Damas
Pantai Damas
Pantai Damas terletak di Desa Karanggandu, sekitar 5 km arah barat daya dari Pantai Prigi. Pantai ini merupakan pantai yang masih alami dan belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Pantai ini cocok untuk berenang, surfing, berjemur atau bermain volley pantai. Dengan keindahan alamnya, pantai Damas memiliki pemandangan yang sangat cantik dan menyejukkan. Selain itu, pengunjung yang dapat ke pantai Damas juga bisa memancing dan menyewa kano dan menikmati suasana pantai.

3.    Pantai Karanggongso


 Pantai Karanggongso atau yang juga disebut Pantai Pasir Putih berada 3 km arah timur dari Pantai Prigi, pantai ini terkenal dengan pasir putihnya sepanjang 1,5 km. Pantai Karanggoso memiliki air laut yang jernih dan tenang, banyak wisatawan yang memanfaatkannya untuk mandi atau berjemur di pasir putih yang bersih.

4.    Pantai Cengkrong
Jembatan Layang

Pantai Cengkrong, letaknya masih di sekitar kecamatan Watulimo, waktu tempuhnya sekitar 15 menit dari Pantai Damas. Ciri khas dari pantai ini adalah pasirnya terdapat banyak kerang yang bertebaran. Kawasan pantai ini juga dikenal dengan sebutan Ekowisata Mangrove Pantai Cengkrong. Luasnya adalah 84 hektar dan dikelola oleh Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Kejung Samudra. Selain untuk berekreasi, kawasan ini juga dijadikan wisata pendidikan lingkungan hidup untuk seluruh wisatawan. Karena hutan mangrove adalah hutan yang memberi banyak manfaat bagi kehidupan ekosistem di dalamnya dan bagi masyarakat serta dunia.


Pra wedding di jembatan layang hutan Mangrove
(Dok. Kraton Art Photograph)

Di kawasan hutan mangrove terdapat jembatan layang yang banyak menjadi tempat tujuan para pengunjung untuk mengabadikan gambar. Belakangan para pengunjung ke kawasan ini meningkat, komunitas photografer cukup kreatif mempromosikan lokasi ini sebagai tempat pengambilan foto, misalnya foto pra wedding atau lainnya.

5.    Pantai Blado
Pantai Blado (Dok. kangyutrenggalek.blogspot.com)


Pantai Blado adalah pantai di kawasan Kabupaten Trenggalek yang memiliki ombak besar. Pantai ini terletak di kecamatan Munjungan, sekitar 47 Km arah barat daya kota Trenggalek. Pantai Blado merupakan pantai dengan panjang 3 Km dan dengan ombak yang besar karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.
Sedekah Bumi "Longkangan"

Selain sebagai objek wisata, Pantai Blado juga sebagai pusat upacara adat sedekah bumi yang disebut “Longkangan”. Upacara ini merupakan agenda rutin tahunan para nelayan di Kecamatan Munjungan. Tujuan dilaksanakan upacara Longkangan ini, menurut Camat Munjungan, adalah untuk mensyukuri nikmat dan anugerah yang telah dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa khususnya kepada para nelayan di Kecamatan Munjungan. “Selain itu, juga bertujuan untuk melestarikan budaya daerah, meningkatkan promosi wisata serta mempererat hubungan para nelayan dengan pemerintah”, tuturnya.

6.    Pantai Pelang
Balinya Jawa Timur (Dok. kompasiana.com)

Pantai Pelang, pemenang AWN (Anugerah Wisata Nusantara) tahun 2012 ini terletak di desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, sekitar 56 Km arah barat daya Kota Trenggalek. Pantai yang disebut – sebut sebagai Balinya Jawa Timur karena ciri khas pulau kecil seperti di Tanah Lot, Bali ini memiliki ombak yang besar, sangat indah dan masih alami. Kurang lebih 300 M ke arah Barat Laut pantai ini terdapat air terjun dengan ketinggian 25 M. Air terjun tersebut dapat digunakan untuk mandi dan diyakini penduduk setempat membuat awet muda. Selain air terjun sekitar 100 M arah Timur Pantai Pelang terdapat pula Goa Pelang yang kedalamannya sekitar 500 M. Untuk menikmati keindahan panorama laut dan Pantai Pelang, pengunjung dapat naik ke puncak bukit dekat pantai yang telah dilengkapi dengan gardu pandang, dimana semua tampak jelas dan memukau.
Selain pantai Pelang sebagai hadiah alam sebagai potensi wisata bahari, kawasan ini juga memiliki tempat konservasi penyu yaitu Konservasi Penyu Taman Kili-kili. Pusat Pelatihan dan pendidikan Konservasi Penyu di Kabupaten Trenggalek ini menawarkan sebuah reward berupa sertifikat Orang Tua Asuh bagi pengunjung yang mau melepas penyu ke Laut. Sertifikat ini ditujukan sebagai apresiasi kepada pengunjung yang telah membantu kegiatan konservasi penyu di Taman Kili-kili dengan ikut serta melepas penyu ke laut. Partisipasi anda membantu proses konservasi ini berarti ikut serta menjaga ekosistem laut. Dan anda layak kami sebut sebagai pahlawan bahari.
Mengapa penyu harus dilestarikan? Beberapa poin penting yang menjadi alasan kegiatan konservasi penyu ini adalah :
1.      Penyu adalah hewan langka yang hampir punah.
2.      Penyu sangat dibutuhkan pada ekosistem laut untuk menjaga terumbu karang dari kerusakan.
3.   Jika terumbu karang kita baik. Maka beberapa manfaat besar bisa kita dapat seperti, hasil ikan melimpah, keindahan ekosistem bawah laut dan juga akan terhindar dari erosi laut sebagai pemicu terjadinya gempa tektonik.

Seperti yang dikatakan Duta Lingkungan Hidup, Arumi Bachsin dalam kunjungannya untuk meninjau lokasi penangkaran penyu di tempat konservasi penyu Pantai Taman Kili-kili beberapa waktu lalu, Penyu adalah hewan yang sangat sulit dan sangat lama proses perberkembangbiakannya. Jika kita tidak bantu dengan konservasi, maka jumlah penyu akan semakin berkurang dan kelestarian ekosistem laut akan terancam” ucap Arumi.



Gambar 2.3 Arumi bersama Ibu Bupati saat melepaskan penyu ke laut
(Dok. beritatrenggalek.com)


Konservasi penyu yang ada di Indoesia jumlahnya masih sangat terbatas. Dan pembantaian penyu untuk obat maupun untuk dikonsumsi semakin hari semakin meningkat. Dengan adanya konservasi ini, kita membantu untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan sekaligus menyelamatkan bagian dari ekosistem bahari.
Itulah beberapa eksotika wisata alam yang ada di daerah Trenggalek. Bagaikan negeri sejengkal nirwana di pesisir selatan yang memiliki beragam eksotika pariwisata alam.
Berbagai potensi wisata tersebut tidak hanya dikembangkan oleh satu dua pihak saja, mengingat pariwisata adalah bisnis majemuk dan gotong royong. Banyak sektor usaha dari masyarakat yang terlibat dalam bisnis ini, mulai dari wisatawan yang datang dari bandara, terminal bus, stasiun sampai pelabuhan. Perjalanan menuju penginapan yang melibatkan sektor transportasi seperti taksi, angkutan umum atau kendaraan lainnya. Setibanya di penginapan, menuju ke lokasi wisata hingga pulang kembali ke daerah asal tentu saja membawa oleh - oleh atau jajanan khas dari lokasi yang baru saja dikunjungi, tentunya sektor badan usaha makanan khas daerah juga terlibat dan masih banyak sektor lainnya yang terlibat.
Berkat kerja sama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam pelestarian dan pengembangan tempat-tempat wisata, 26 November lalu, Kabupaten Trenggalek juga terpilih menjadi Kabupaten dengan Pemerintah Pemerhati Pariwisata Terbaik Jawa Timur 2013 di acara malam Anugrah Wisata dan Penghargaan Seniman Jawa Timur.
********
(Admin/Zan) - #Lassvera

Sumber :
1) Jelajah Pesisir Selatan: Birunya Waduk, Gagahnya Gua, Eloknya Pantai, Hijaunya Hutan Mangrove
2) Video : Profil Pariwisata Kabupaten Trenggalek
3) Berita Trenggalek : Arumi Bachsin Melepas Penyu di Taman Kili-Kili
4) Desa Wonocoyo, Panggul, Trenggalek
12/21/13

Trenggalek : Drama Kolosal dalam Pertunjukan Seni Tari Turangga Yaksa

Gambar 1.1 Turangga Yaksa khas Trenggalek
(Dok. Smaneska Trenggalek)
Trenggalek adalah daerah yang terkenal dengan seni budayanya, khususnya tari. Turangga Yaksa (baca: Turonggo Yakso) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaranan Turangga Yaksa adalah kesenian yang pada awalnya bukan suatu kesenian yang berdiri sendiri, namun merupakan bagian dari ritual atau upacara adat sebuah desa di Trenggalek yang bernama desa Dongko.
            Kesenian Turangga Yaksa murni berasal dari Kabupaten Trenggalek, tepatnya dari dusun Blimbing, desa Dongko, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Tarian ini adalah bagian dari pelaksanaan upacara adat Baritan yang diselenggarakan setiap bulan Syura (Muharram) dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh sesepuh (pawang), yang dianggap menguasai tentang ihwal pelaksanaannya. Upacara adat Baritan dilaksanakan dengan tujuan untuk memohon kepada Hyang Widi (Tuhan penguasa alam) agar hewan peliharaan berupa sapi, kerbau dan hewan ternak lain serta sawah ladang mereka dapat terhindar dari pagebluk (mala petaka).
            Menurut Mujiman yang kini menjabat sebagai pemilik TK/SD Kec. Dongko yang sekaligus sebagai salah satu dari sesepuh desa itu, Baritan merupakan kepanjangan dari Bubar ngarit tanduran atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah selesai panen. Historinya, Baritan merupakan upacara adat sebagai ucapan terima kasih atau rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dari para petani yang telah berhasil memanen hasil sawah dan ladangnya. Upacara itu dilaksanakan di sawah usai panen. Baritan telah dilaksanakan turun temurun sejak jaman dahulu.
Ketika tahun 1965, karena situasi politik yang tidak menentu saat itu, Baritan tidak diselenggarakan. Namun, apa yang terjadi? Pageblukpun ternyata menghampiri desa itu. Penduduk dicekam rasa takut, hingga membuat resah seluruh warga desa  yang melebihi resahnya menghadapi situasi politik saat itu. Kemarau berlangsung berkepanjangan, banyak hewan ternak yang mati diserang penyakit atau mati kelaparan karena tidak ada rumput. Sawah dan ladang menjadi kering kerontang tak menghasilkan panen. Akhirnya seluruh warga kampung banyak yang kelaparan. Dalam keadaan seperti itu, akhirnya para sesepuh mengambil inisiatif. Ada yang melakukan tapa brata. Ada yang berdo’a yang semua intinya meminta kepada Yang Maha Kuasa agar diberi petunjuk bagaimana mengatasi pagebluk yang berlangsung panjang. Anehnya, hampir semua sesepuh kampung yang sedang melakukan tapa brata mendapatkan wisik yang sama, yaitu upacara Baritan harus kembali dilaksanakan. Namun baritan kali ini, harus diadakan di sawah atau ladang yang selesai dipanen. Diatas sawah ladang tersebut didirikan terob dengan ditandai janur melengkung seperti layaknya orang mempunyai hajat mantu. Kemudian mengumpulkan seluruh petani didesa itu dengan membawa dadung/tali pengikat rajakaya, Lengkong (anyaman bambu berisi buceng), Gedang setangkep serta pulo Gimbal dan Pulo Gising. Setelah semuanya berkumpul, salah satu sesepuh menyampaikan maksud dan tujuannya mereka berkumpul disitu. Kemudian sesepuh yang lain memimpin do’a bersama yang isinya ucapan terima kasih karena sawah ladang mereka bisa panen, serta hewan ternak mereka kalis dari sambekala. Kemudian sesepuh yang dianggap paling mumpuni menghampiri dadung / tali pengikat rajakaya untuk diberi japa mantra sebelum dibawa pulang kembali oleh para petani. Setelah selesai, sesepuh tersebut berpesan kepada para petani, bahwa tali pengikat rajakaya yang telah diberi jampi-jampi tersebut harus disimpan diatas paga atau sebuah keranjang yang letaknya diatas tungku perapian. Jika rajakaya mereka sakit, tali yang disimpan diatas paga tadi boleh diambil lalu dibecem/dicelupkan diair beberapa saat dan airnya supaya diminumkan kepada hewan ternak mereka yang sakit. Insyaallah, hewan tersebut bisa sembuh seperti sedia kala. Kemudian setelah selesai prosesi upacara. Diadakan kembul bojana andrawina (pesta pora) dengan menanggap tayub. Ide gagasan tercetusnya Turangga Yaksa menurut cerita Mujiman berasal dari Sutiyono. Ketika itu tahun 1972, Sutiyono ingin melestarikan prosesi ritual baritan yang begitu sakral dalam wujud sebuah kesenian tradisi yang akrab dihati masyarakat. Namun melambangkan maksud dan tujuan dari prosesi baritan itu sendiri. Belum lagi gagasan itu terwujud secara sempurna mendadak Sutiono meninggal. Kemudian gagasannya dilajutkan oleh Puguh. Akhirnya tercetuslah sebuah kesenian tradisional berupa tarian sejenis jaranan berkepala raksasa yang disebut turangga yaksa. Sebagai koreografernya penata gerak tariannya waktu itu adalah sdr. Pamrih. Sedangkan penata gendingnya diserahkan kepada sdr. Muan. Sementara itu Puguh sendiri menyusun jalan ceritanya. Bertiga mereka berjuang keras untuk membuat sebuah karya seni yang mempunyai tata gerak yang amat enerjik. Ternyata kerja keras mereka membuahkan hasil yang kala itu menurut sdr. Pamrih tahun 1982 Turangga Yaksa digelar dalam sebuah pergelaran ala kampung untuk melengkapi ritual baritan yang pertama kali. Walaupun dalam gerak estetiknya masih diilhami dari kesenian tradisional jaranan, namun turangga Yaksa mempunyai tata gerak yang lain dibandingkan dengan jaranan sentherewe maupun jaranan Breng.

Gambar 1.2 Festival  Turangga Yaksa 2013
(Dok. Smaneska Trenggalek)
Dalam perjalanan sejarahnya, sekarang jaranan Turangga Yaksa telah menjadi kesenian tradisional khas Trenggalek yang patut dibanggakan, hal itu dibuktikan dengan dipatenkannya Tari Turangga Yaksa sebagai tari asli dari Kabupaten Trenggalek sejak tanggal 23 September 2012 di anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah. Perkembangan selanjutnya, tari Turangga Yaksa tidak sekedar sebagai bagian upacara adat, namun pemerintah Trenggalek juga turut melakukan pelestarian budaya asli daerah dengan menyelenggarakan Festival Turangga Yaksa yang juga untuk memperingati Hari Jadi Trenggalek.
Melalui website resmi Humas Kabupaten Trenggalek, Sekretaris Daerah setempat mengatakan bahwa upaya pelestarian dan pengembangan terus dilakukan, salah satu diantaranya dengan diadakannya lomba atau Festival Turangga Yaksa. Harapannya. Festival ini tidak hanya bergaung di tingkat lokal, tetapi mampu menjangkau tingkat Jawa Timur. Pembangunan di bidang seni budaya, dari tahun ke tahun telah diupayakan untuk peningkatan baik dari sisi materi seni budayanya, seniman maupun sarana penunjangnya, yang pada gilirannya mampu diangkat nilai lokal ini menjadi global, bukan sebaliknya. Jika demikian yang terjadi, maka peran seni budaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Trenggalek baik dengan menjual hasil karya ekonomi kreatif berbasis seni budaya atau mengintregasi  dengan hasil produk bidang lain dapat diwujudkan.
Bagi masyarakat yang belum menyaksikan langsung pertunjukan Turangga Yaksa, tentu penasaran mengenai alur pertunjukan jaranan Turangga Yaksa. Berdasarkan sejarah Turangga Yaksa di atas, seni tari asli Trenggalek ini tidak sekedar pertunjukan atau bagian upacara adat. Skenario seni tari ini seperti drama kolosal, tidak terpisah-pisah.

Gambar 1.3 Drama dalam tari Turangga Yaksa
(Dok. Smaneska Trenggalek)

Dalam drama tari di Trenggalek tersebut, terdapat beberapa penari yang mengayun-ayunkan cemeti ke tanah. Sesaat debu mengepul ke udara, seiring semangat gerakan sang penari yang mengapit kuda berkepala raksasa, itulah Turangga Yaksa. Gerakan mereka meliuk-liuk, menunduk dan kemudian bersujud seakan-akan menghormati pada sang penguasa. Dalam diam bersujud, tiba-tiba muncul tokoh penari, memakai baju hitam dan mengapit celeng dan sesosok lagi muncul penari tinggi, besar dan menakutkan. Tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh jahat yang mengganggu kedamaian umat manusia dan digambarkan dengan celeng (babi hutan) dan caplok’an (serupa barong). Akhirnya mereka bertarung di medan pertempuran. Para penari Turangga Yaksa menjadi ksatria yang ikut menumpas tokoh kejahatan tersebut. Pertempuran berlangsung sengit, gemercik tetabuhan mengiringi pertempuran para ksatria kerajaan.
Para tokoh kejahatan kalah, terkapar di medan perang. Pertempuran pun usai. Para ksatria bersuka ria. Mereka menari berputar-putar sambil terus menghentakkan kaki ke bumi. Seolah mengatakan, kebenaran di muka bumi menang dan telah mengalahkan kejahatan.
Begitulah singkat cerita dari pertunjukan tari jaranan Turangga Yaksa. Urutan penampilan di atas adalah versi konvensi yaitu para ksatria Turangga Yaksa muncul pertama, baru selanjutnya tokoh jahat yaitu barong dan celeng muncul dalam pertunjukan. Perkembangan selanjutnya, dalam pementasan terdapat kreativitas-kreativitas baru dalam pementasan jaranan Turangga Yaksa masa kini, variasi pertunjukan tidak selalu menampilkan Turangga Yaksa terlebih dahulu, namun menunjukkan rampak barong atau rampak celeng terlebih dahulu baru ksatria Turangga Yaksa. Meskipun terdapat beberapa variasi dari kreativitas seniman, cerita dalam pementasan drama kolosal tersebut tidak berubah.
Ciri dari tari Turangga Yaksa ini adalah gerak tari dan musik pengiringnya yang energik dan dinamis. Properti Tari Jaranan Turangga Yaksa juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu, perpaduan antara kepala raksasa dengan badan kuda yang terbuat dari kulit kerbau, sehingga dijadikan salah satu identitas lokal Kabupaten Trenggalek, nilai ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Tari Jaranan Turangga Yaksa yaitu filosofi dari Tari Jaranan Turangga Yaksa. Nilai ketrampilan yang terkandung dalam Tari Jaranan Turangga Yaksa yaitu, pada saat bermain peran. Nilai estetika/keindahan, terdapat pada perpaduan antara tata rias dan busana yang dikenakan, ragam gerak, serta musik yang mengiringi, sehingga ditemukan nilai harmonisnya. Nilai moral yang terkandung dalam tari jaranan Turangga Yaksa yaitu seorang penari akan terbentuk watak halus, sopan santun, disiplin, dan tanggap situasi. Nilai religius, yaitu pada gerak sembahan yang berarti atau lambang berdo'a kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ranah pendidikan, pembelajaran Tari Jaranan Turangga Yaksa pada siswa tidak hanya dituntut untuk memperagakan gerak dalam tarian tersebut, tetapi siswa juga harus paham tentang gambaran nilai-nilai yang ada pada kesenian Tari Jaranan Turangga Yaksa itu sendiri. Dengan tujuan untuk mengembangkan interpretasinya dalam memperkuat daya ungkap, pemahaman tentang jati diri ataupun keberadaan hidup manusia serta hubungan dengan keberadaan dunia luar.
Sepanjang eksistensi jaranan Turangga Yaksa ini tidak hanya mencuri hati para penikmat seni daerah setempat, namun juga masyarakat di lua daerah (interlokal). Terbukti dengan dua tahun berturut-turut dipercaya oleh Dinas Pendidikan Provinis Jawa Timur untuk tampil di acara Pergelaran Seni Pertunjukan Padang Rembulan di Magetan dan Madiun. Selain itu, lewat grup Turangga Yaksa “Krido Budoyo SMANESKA” tanggal 19 Mei 2013 tampil memukau dalam mengikuti festival Majapahit Travel Fair 2013 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim dan tanggal 7 Oktober 2013 lalu mendapat kehormatan sebagai bintang tamu untuk tampil di acara JATIM FAIR 2013 di Grand City, Surabaya.

Gambar 1.4 Penampilan di acara Pergelaran Seni Pertunjukan Padang Rembulan Tahun 2013 (Dok. Smaneska Trenggalek)

Gambar 1.5 Penampilan grup Turangga Yaksa “Kridho Budoyo SMANESKA” di Majapahit Travel fair 2013 (Dok. Smaneska Trenggalek)

(Admin/Zan) - #Lassvera

Sumber :
1) Tari Jaranan Turangga Yaksa Pertimbangan Tari Jaranan Turangga Yaksa Sebagai Identitas Lokal Kaitannya Dengan Penanaman Nilia-Nilai Pendidikan Pada Siswa SMA Negeri 1 Trenggalek.
2) Turangga Yaksa: Menghentak Nggalek
3) Fanpage : Turangga Yaksa