Showing posts with label Turangga Yaksa. Show all posts
Showing posts with label Turangga Yaksa. Show all posts
1/14/20

SATUSFEST TRENGGALEK 2020

Logo Satusfest 2020 Trenggalek

Kemarin saya mengunggah logo ini di akun instagram saya. Secara tidak terduga, ternyata banyak pesan masuk yang menanyakan hal-hal berkaitan dengan Satusfest, seperti pertanyaan Mbak ini acara apa ya?", "Kapan ini mbak?", "Kalender eventnya bisa diintip dimana?", lan sapanunggalane. Akhirnya saya putuskan menulis di lapak ini, supaya tidak terlalu berbusa menjelaskan dan ngetik panjang jika sewaktu-waktu masih ada yang mengajukan pertanyaan serupa.

Filosofi logo Satusfest 2020
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Satusfest, saya ingin reshare tentang makna dan filosofi logo tersebut (sumber: instagram Satusfest 2020). Tentu logo warna warni tersebut dibuat bukan tanpa makna atau tanpa alasan. Ada misi untuk menyampaikan semangat dan value dibalik simbol tersebut.

Merayakan yang dibanggakan. Satusfest adalah bentuk kebanggaan dan kecintaan terhadap Kabupaten Trenggalek. Setiap event-nya menjadi wujud pemersatu masyarakat lokal untuk mengingat apa yang mereka miliki, merawat dan diwariskan, merayakan yang menjadi kebanggaan mereka.

Satusfest juga menjadi ajang untuk mengimplementasikan semangat pariwisata dan e-Goverment sebagai fokus tema pembangunan Kabupaten Trenggalek tahun 2020.

Logo tersebut terdiri dari logomark yang berbentuk angka 100 untuk identifikasi angkat dalam bahasa Jawa yaitu "satus" yang artinya seratus. Kemudian logotype yang bertuliskan "Satusfest Trenggalek 2020 100 Events 1 Year" berfungsi menerangkan nama festival.

Sedangkan aspek material logo tersebut meliputi elemen-elemen yang menjadi ikon kebanggan Trenggalek, sekaligus ikon event yang selama ini sudah pernah dihelat.




Aspek material logo Satusfest
Jika dilihat lebih mendetail, terdapat ikon turangga yaksa, tugu garuda, pendopo, gate van dilem, paralayang, stand up padle, penyu kili-kili, bunga cengkih, manggis, durian, dan lain-lain. Ikon-ikon ini menjadi representasi sumber daya alam atau daya tarik yang ada di Kabupaten Trenggalek.

Berlanjut soal warna logo. 4 warna ini dipilih bukan karena warna favorit penciptanya. Hehehe... warna merah, orange, hijau dan biru  diambil berdasar referensi SDA dan SDM di Trenggalek.



Apa yang ingin disampaikan melalui warna-warna tersebut?

Warna merah bermakna pada cinta dan kasih sayang, kehangatan pada sesama. Sedangkan warna orange mengacu pada semangat masyarakat Trenggalek. Untuk warna biru cenderung pada sumberdaya alam yaitu laut Trenggalek yang luas dan indah. Dan warna hijau sendiri merepresentasikan vegetasi yang subur di dataran Trenggalek.

Untuk informasi warna grafis logo Satusfest 2020, sebagai berikut :
Merah | R: 255 G: 4 B: 46 C: 0 M: 100 Y: 99 K: 0 #FF042E
Orange | R: 255 G: 102 B: 0 C: 0 M: 77 Y: 100 K: 0 #FF6600
Biru | R: 0 G: 51 B: 153 C: 100 M: 89 Y: 12 K: 10 #003399
Hijau | R: 0 G: 102 B: 51 C: 98 M: 35 Y: 100 K: 32 #006633

Tahun-tahun sebelumnya, Kab. Trenggalek juga memiliki puluhan bahkan ratusan festival. Namun di tahun 2020 ini ada 100 festival yang sudah disusun untuk direalisasikan. Melalui tajuk SATUSFEST ini harapannya dapat menjadi satu identitas nama festival selama tahun 2020 dan semakin menarik antusiasme masyarakat.

Kalau menurut penilaian pribadi, tajuk Satusfest 2020 ini seperti upaya branding pemkab dalam rangkaian semarak kegiatan penunjang pariwisata selama tahun 2020 ini. Masih agak speechless sih, 100 itu bukan angka kecil. Hehehe... Semoga terlaksana dan memberikan imbas positif untuk masyarakat Trenggalek.

"Kapan mbak acaranya?"
Ya sepanjang tahun 2020. Mulai bulan Januari sampai Desember 2020. Hehehe...

Nah, untuk teman-teman sebangsa dan setanah air yang ingin mengetahui jadwal kegiatan Satusfest selama tahun 2020 beserta PIC masing-masing kegiatan, silahkan unduh di sini. Sedangkan di bawah ini versi official CoE yang diunggah oleh Tim Kreatif Satusfest.


SATUSFEST Calender of Event

Kalian juga bisa mengikuti semua update informasi dari akun resmi Satusfest 2020 melalui instagram @satusfest.trenggalek2020.

Happy Satus Fest 2020.
Trenggalek Meroket!

(Salam/Zan)
12/1/15

Kabupaten Trenggalek di Ragam Indonesia Trans7


Hai reader, Senin, 30 November 2015 liputan Ragam Indonesia Trans7 edisi Kabupaten Trenggalek telah tayang. Bagi para perantau yang rindu Trenggalek, tayangan ini dapat dijadikan obat mujarab untuk menghilangkan kangen tanah kelahiran.

Beberapa objek yang diliput dalam tayangan sepanjang kurang lebih 21 menit tersebut adalah pantai prigi, jaranan turangga yaksa, jajanan khas Trenggalek (alen-len dan manco), dan beberapa wisata kuliner yang mendominasi selama tayangan seperti sego gegok atau nasi gegok, nasi tiwul botok layur dan nasi pindang sapi.

Bagi rekan-rekan perantau yang belum sempat nonton atau masyarakat yang masih 'asing' dengan Trenggalek bisa nonton liputannya nih, yuk klik Ragam Indonesia Trans7 - Edisi Trenggalek :)

Thanks to Trans7, terutama crew hebatnya. Pak Gunawan yang grapyak (read: supel), Mas Guntur yang asyik diajak diskusi dan mantap nasihat hebatnya, mas Amru yang kalemnya ngegemesin, dan mas Ingga kameramen handal yang angle / pengambilan gambarnya bikin wajahku cantik di kamera, hahaha... Kalian luarrrr biasa, liputan hampir seminggu, disulap jadi 21 menit. Hihihihii....Terima kasih semua sudah membantu promosi Kabupaten Trenggalek.

Liputan di Sego Gegok, Bendungan dan malamnya dilanjut makan malam bersama

Liputan di warung Bu Chusnul, nasi pindang sapi

Liputan Nasi Pindang Sapi

Instagram : zanza_bela

(Admin/Zan)

8/31/14

Festival Jaranan Kab. Trenggalek

Dalam rangka memperingati HUT RI dan juga Hari Jadi Kabupaten Trenggalek, salah satu kegiatan wajib tahunan yang diselenggarakan adalah Festival Jaranan.

Tahukah Anda?
MINIMAL ADA 4 UNSUR YANG DINILAI DALAM FESTIVAL JARANGAN TURONGGO YAKSO? 
Apa saja min?
ADA WIRAGA, WIRASA, WIRAMA DAN HARMONISASI

"FESTIVAL JARANAN TRENGGALEK KE-19" atau Masyarakat Trenggalek lebih akrab dengan menyebut "FESTIVAL TARI JARANAN TURONGGO YAKSO", kesenian Khas Trenggalek yang dihadiri ribuan penonton, baru saja berakhir baik Tingkat Umum maupun Tingkat Sekolah dan tentu saja sudah menghasilkan jawara-jawara baru dari beberapa kategori.
Festival Jaranan Turangga Yakso pada tahun 2014 ini diikuti oleh sebanyak 30 peserta group kesenian tingkat umum yakni dari Kabupaten Trenggalek 27 grup kesenian dan dari luar kabupaten ada 4 group yaitu Solo 1 Grup, Ponorogo 1 Grup dan Tulungagung 2 Grup. Sedangkan yang tingkat sekolah diikuti sebanyak 19 grup kesenian yakni tingkat SD 11 grup, tingkat SMP 1 grup dan tingkat SMA 7 grup. Festival ini juga akan mengambil 14 pemenang terbaik yakni 5 penyaji terbaik dari kesenian turangga yakso, 5 penyaji terbaik Non Turangga Yaksa, 1 penata tari terbaik dari kesenian turangga yakso , 1 penata tari Non Turangga Yaksa, 1 penata iringan terbaik dari kesenian turangga yakso dan 1 penata iringan terbaik Non Turangga Yaksa.
Mari kita pahami bersama penjelasan ke-4 unsur yang dinilai tersebut diatas yaitu antara : WIRAGA, WIRASA, WIRAMA dan HARMONISASI.
1. WIRAGA (baca Wirogo) : adalah suatu penampilan yang menggambarkan adanya keselarasan perpaduan dari berbagai hakikat unsur gerakan yang mencerminkan kualitas peraga sesuai dengan perannya.
2. WIRASA (baca Wiroso) : adalah keselarasan antara action dan peran yang menggambarkan jati diri dan karakteristik perwatakan dari peran yang ditampilkan, tersirat dalam kemasan padu dan irama tertentu sebagai perwujudan dari nilai estetika yang sakral. Unsur-unsurnya adalah tegas, berwibawa, angker, dll.
3. WIRAMA (baca Wiromo) : adalah kebersamaan dan keterpaduan dari berbagai unsur tari dan nilai-nilai seni (karawitan), meskipun dalam gerak irama yang tidak bersamaan, namun menyajikan kemasan yang apik dan indah.
4. KREATIFITAS GARAP PENYAJIAN/HARMONISASI : adalah keselarasan dan keserasian hubungan hakikat dari unsur Wiraga, Wirasa dan Wirama sebagai wujud gagasan seni yang tersaji dalam kemasan yang mempesona.
Ke-4 unsur ini harus padu-padan biar menghasilkan penampilan atau suguhan Tari Turonggo Yakso yang baik dan enak dilihat/dinikmati para penontonnya. Kebanyakan kita masyarakat umum hanya mampun menilai dari satu unsur saja yaitu WIRAGA (baca Wirogo) saat menonton penampilan suatu group jaranan.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa memambah luas wawasan, pandangan serta kecintaan kita terhadap Kesenian Daerah Tercinta "JARANAN TURONGO YAKSO". Aamiin
12/21/13

Trenggalek : Drama Kolosal dalam Pertunjukan Seni Tari Turangga Yaksa

Gambar 1.1 Turangga Yaksa khas Trenggalek
(Dok. Smaneska Trenggalek)
Trenggalek adalah daerah yang terkenal dengan seni budayanya, khususnya tari. Turangga Yaksa (baca: Turonggo Yakso) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaranan Turangga Yaksa adalah kesenian yang pada awalnya bukan suatu kesenian yang berdiri sendiri, namun merupakan bagian dari ritual atau upacara adat sebuah desa di Trenggalek yang bernama desa Dongko.
            Kesenian Turangga Yaksa murni berasal dari Kabupaten Trenggalek, tepatnya dari dusun Blimbing, desa Dongko, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. Tarian ini adalah bagian dari pelaksanaan upacara adat Baritan yang diselenggarakan setiap bulan Syura (Muharram) dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh sesepuh (pawang), yang dianggap menguasai tentang ihwal pelaksanaannya. Upacara adat Baritan dilaksanakan dengan tujuan untuk memohon kepada Hyang Widi (Tuhan penguasa alam) agar hewan peliharaan berupa sapi, kerbau dan hewan ternak lain serta sawah ladang mereka dapat terhindar dari pagebluk (mala petaka).
            Menurut Mujiman yang kini menjabat sebagai pemilik TK/SD Kec. Dongko yang sekaligus sebagai salah satu dari sesepuh desa itu, Baritan merupakan kepanjangan dari Bubar ngarit tanduran atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah selesai panen. Historinya, Baritan merupakan upacara adat sebagai ucapan terima kasih atau rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dari para petani yang telah berhasil memanen hasil sawah dan ladangnya. Upacara itu dilaksanakan di sawah usai panen. Baritan telah dilaksanakan turun temurun sejak jaman dahulu.
Ketika tahun 1965, karena situasi politik yang tidak menentu saat itu, Baritan tidak diselenggarakan. Namun, apa yang terjadi? Pageblukpun ternyata menghampiri desa itu. Penduduk dicekam rasa takut, hingga membuat resah seluruh warga desa  yang melebihi resahnya menghadapi situasi politik saat itu. Kemarau berlangsung berkepanjangan, banyak hewan ternak yang mati diserang penyakit atau mati kelaparan karena tidak ada rumput. Sawah dan ladang menjadi kering kerontang tak menghasilkan panen. Akhirnya seluruh warga kampung banyak yang kelaparan. Dalam keadaan seperti itu, akhirnya para sesepuh mengambil inisiatif. Ada yang melakukan tapa brata. Ada yang berdo’a yang semua intinya meminta kepada Yang Maha Kuasa agar diberi petunjuk bagaimana mengatasi pagebluk yang berlangsung panjang. Anehnya, hampir semua sesepuh kampung yang sedang melakukan tapa brata mendapatkan wisik yang sama, yaitu upacara Baritan harus kembali dilaksanakan. Namun baritan kali ini, harus diadakan di sawah atau ladang yang selesai dipanen. Diatas sawah ladang tersebut didirikan terob dengan ditandai janur melengkung seperti layaknya orang mempunyai hajat mantu. Kemudian mengumpulkan seluruh petani didesa itu dengan membawa dadung/tali pengikat rajakaya, Lengkong (anyaman bambu berisi buceng), Gedang setangkep serta pulo Gimbal dan Pulo Gising. Setelah semuanya berkumpul, salah satu sesepuh menyampaikan maksud dan tujuannya mereka berkumpul disitu. Kemudian sesepuh yang lain memimpin do’a bersama yang isinya ucapan terima kasih karena sawah ladang mereka bisa panen, serta hewan ternak mereka kalis dari sambekala. Kemudian sesepuh yang dianggap paling mumpuni menghampiri dadung / tali pengikat rajakaya untuk diberi japa mantra sebelum dibawa pulang kembali oleh para petani. Setelah selesai, sesepuh tersebut berpesan kepada para petani, bahwa tali pengikat rajakaya yang telah diberi jampi-jampi tersebut harus disimpan diatas paga atau sebuah keranjang yang letaknya diatas tungku perapian. Jika rajakaya mereka sakit, tali yang disimpan diatas paga tadi boleh diambil lalu dibecem/dicelupkan diair beberapa saat dan airnya supaya diminumkan kepada hewan ternak mereka yang sakit. Insyaallah, hewan tersebut bisa sembuh seperti sedia kala. Kemudian setelah selesai prosesi upacara. Diadakan kembul bojana andrawina (pesta pora) dengan menanggap tayub. Ide gagasan tercetusnya Turangga Yaksa menurut cerita Mujiman berasal dari Sutiyono. Ketika itu tahun 1972, Sutiyono ingin melestarikan prosesi ritual baritan yang begitu sakral dalam wujud sebuah kesenian tradisi yang akrab dihati masyarakat. Namun melambangkan maksud dan tujuan dari prosesi baritan itu sendiri. Belum lagi gagasan itu terwujud secara sempurna mendadak Sutiono meninggal. Kemudian gagasannya dilajutkan oleh Puguh. Akhirnya tercetuslah sebuah kesenian tradisional berupa tarian sejenis jaranan berkepala raksasa yang disebut turangga yaksa. Sebagai koreografernya penata gerak tariannya waktu itu adalah sdr. Pamrih. Sedangkan penata gendingnya diserahkan kepada sdr. Muan. Sementara itu Puguh sendiri menyusun jalan ceritanya. Bertiga mereka berjuang keras untuk membuat sebuah karya seni yang mempunyai tata gerak yang amat enerjik. Ternyata kerja keras mereka membuahkan hasil yang kala itu menurut sdr. Pamrih tahun 1982 Turangga Yaksa digelar dalam sebuah pergelaran ala kampung untuk melengkapi ritual baritan yang pertama kali. Walaupun dalam gerak estetiknya masih diilhami dari kesenian tradisional jaranan, namun turangga Yaksa mempunyai tata gerak yang lain dibandingkan dengan jaranan sentherewe maupun jaranan Breng.

Gambar 1.2 Festival  Turangga Yaksa 2013
(Dok. Smaneska Trenggalek)
Dalam perjalanan sejarahnya, sekarang jaranan Turangga Yaksa telah menjadi kesenian tradisional khas Trenggalek yang patut dibanggakan, hal itu dibuktikan dengan dipatenkannya Tari Turangga Yaksa sebagai tari asli dari Kabupaten Trenggalek sejak tanggal 23 September 2012 di anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah. Perkembangan selanjutnya, tari Turangga Yaksa tidak sekedar sebagai bagian upacara adat, namun pemerintah Trenggalek juga turut melakukan pelestarian budaya asli daerah dengan menyelenggarakan Festival Turangga Yaksa yang juga untuk memperingati Hari Jadi Trenggalek.
Melalui website resmi Humas Kabupaten Trenggalek, Sekretaris Daerah setempat mengatakan bahwa upaya pelestarian dan pengembangan terus dilakukan, salah satu diantaranya dengan diadakannya lomba atau Festival Turangga Yaksa. Harapannya. Festival ini tidak hanya bergaung di tingkat lokal, tetapi mampu menjangkau tingkat Jawa Timur. Pembangunan di bidang seni budaya, dari tahun ke tahun telah diupayakan untuk peningkatan baik dari sisi materi seni budayanya, seniman maupun sarana penunjangnya, yang pada gilirannya mampu diangkat nilai lokal ini menjadi global, bukan sebaliknya. Jika demikian yang terjadi, maka peran seni budaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Trenggalek baik dengan menjual hasil karya ekonomi kreatif berbasis seni budaya atau mengintregasi  dengan hasil produk bidang lain dapat diwujudkan.
Bagi masyarakat yang belum menyaksikan langsung pertunjukan Turangga Yaksa, tentu penasaran mengenai alur pertunjukan jaranan Turangga Yaksa. Berdasarkan sejarah Turangga Yaksa di atas, seni tari asli Trenggalek ini tidak sekedar pertunjukan atau bagian upacara adat. Skenario seni tari ini seperti drama kolosal, tidak terpisah-pisah.

Gambar 1.3 Drama dalam tari Turangga Yaksa
(Dok. Smaneska Trenggalek)

Dalam drama tari di Trenggalek tersebut, terdapat beberapa penari yang mengayun-ayunkan cemeti ke tanah. Sesaat debu mengepul ke udara, seiring semangat gerakan sang penari yang mengapit kuda berkepala raksasa, itulah Turangga Yaksa. Gerakan mereka meliuk-liuk, menunduk dan kemudian bersujud seakan-akan menghormati pada sang penguasa. Dalam diam bersujud, tiba-tiba muncul tokoh penari, memakai baju hitam dan mengapit celeng dan sesosok lagi muncul penari tinggi, besar dan menakutkan. Tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh jahat yang mengganggu kedamaian umat manusia dan digambarkan dengan celeng (babi hutan) dan caplok’an (serupa barong). Akhirnya mereka bertarung di medan pertempuran. Para penari Turangga Yaksa menjadi ksatria yang ikut menumpas tokoh kejahatan tersebut. Pertempuran berlangsung sengit, gemercik tetabuhan mengiringi pertempuran para ksatria kerajaan.
Para tokoh kejahatan kalah, terkapar di medan perang. Pertempuran pun usai. Para ksatria bersuka ria. Mereka menari berputar-putar sambil terus menghentakkan kaki ke bumi. Seolah mengatakan, kebenaran di muka bumi menang dan telah mengalahkan kejahatan.
Begitulah singkat cerita dari pertunjukan tari jaranan Turangga Yaksa. Urutan penampilan di atas adalah versi konvensi yaitu para ksatria Turangga Yaksa muncul pertama, baru selanjutnya tokoh jahat yaitu barong dan celeng muncul dalam pertunjukan. Perkembangan selanjutnya, dalam pementasan terdapat kreativitas-kreativitas baru dalam pementasan jaranan Turangga Yaksa masa kini, variasi pertunjukan tidak selalu menampilkan Turangga Yaksa terlebih dahulu, namun menunjukkan rampak barong atau rampak celeng terlebih dahulu baru ksatria Turangga Yaksa. Meskipun terdapat beberapa variasi dari kreativitas seniman, cerita dalam pementasan drama kolosal tersebut tidak berubah.
Ciri dari tari Turangga Yaksa ini adalah gerak tari dan musik pengiringnya yang energik dan dinamis. Properti Tari Jaranan Turangga Yaksa juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu, perpaduan antara kepala raksasa dengan badan kuda yang terbuat dari kulit kerbau, sehingga dijadikan salah satu identitas lokal Kabupaten Trenggalek, nilai ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Tari Jaranan Turangga Yaksa yaitu filosofi dari Tari Jaranan Turangga Yaksa. Nilai ketrampilan yang terkandung dalam Tari Jaranan Turangga Yaksa yaitu, pada saat bermain peran. Nilai estetika/keindahan, terdapat pada perpaduan antara tata rias dan busana yang dikenakan, ragam gerak, serta musik yang mengiringi, sehingga ditemukan nilai harmonisnya. Nilai moral yang terkandung dalam tari jaranan Turangga Yaksa yaitu seorang penari akan terbentuk watak halus, sopan santun, disiplin, dan tanggap situasi. Nilai religius, yaitu pada gerak sembahan yang berarti atau lambang berdo'a kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ranah pendidikan, pembelajaran Tari Jaranan Turangga Yaksa pada siswa tidak hanya dituntut untuk memperagakan gerak dalam tarian tersebut, tetapi siswa juga harus paham tentang gambaran nilai-nilai yang ada pada kesenian Tari Jaranan Turangga Yaksa itu sendiri. Dengan tujuan untuk mengembangkan interpretasinya dalam memperkuat daya ungkap, pemahaman tentang jati diri ataupun keberadaan hidup manusia serta hubungan dengan keberadaan dunia luar.
Sepanjang eksistensi jaranan Turangga Yaksa ini tidak hanya mencuri hati para penikmat seni daerah setempat, namun juga masyarakat di lua daerah (interlokal). Terbukti dengan dua tahun berturut-turut dipercaya oleh Dinas Pendidikan Provinis Jawa Timur untuk tampil di acara Pergelaran Seni Pertunjukan Padang Rembulan di Magetan dan Madiun. Selain itu, lewat grup Turangga Yaksa “Krido Budoyo SMANESKA” tanggal 19 Mei 2013 tampil memukau dalam mengikuti festival Majapahit Travel Fair 2013 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim dan tanggal 7 Oktober 2013 lalu mendapat kehormatan sebagai bintang tamu untuk tampil di acara JATIM FAIR 2013 di Grand City, Surabaya.

Gambar 1.4 Penampilan di acara Pergelaran Seni Pertunjukan Padang Rembulan Tahun 2013 (Dok. Smaneska Trenggalek)

Gambar 1.5 Penampilan grup Turangga Yaksa “Kridho Budoyo SMANESKA” di Majapahit Travel fair 2013 (Dok. Smaneska Trenggalek)

(Admin/Zan) - #Lassvera

Sumber :
1) Tari Jaranan Turangga Yaksa Pertimbangan Tari Jaranan Turangga Yaksa Sebagai Identitas Lokal Kaitannya Dengan Penanaman Nilia-Nilai Pendidikan Pada Siswa SMA Negeri 1 Trenggalek.
2) Turangga Yaksa: Menghentak Nggalek
3) Fanpage : Turangga Yaksa
10/1/13

SMAN 1 Karangan, Duta Trenggalek



7 OKTOBER 2013, SMANESKA AKAN TAMPIL DI “JATIM FAIR 2013” GRAND CITY SURABAYA MENAMPILKAN “KOLABORASI LUDRUK & TURONGO YAKSO” DALAM LAKON “SUMINTEN EDAN” 


Keluarga Besar SMAN 1 KARANGAN TRENGGALEK, untuk kesekian kalinya kembali dipercaya oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek sebagai Duta Trenggalek dalam event Tingkat Provinsi Jawa Timur. Kali ini sebagai Bintang Tamu dalam event “JATIM FAIR 2013” yang pelaksanaanya di GRAND CITY SURABAYA.

Tahun 2013 merupakan penampilan ke dua kalinya di Grand City Surabaya bagi Group “TURONGGO YAKSO, KRIDO BUDHOYO SMANESKA”, sebelumnya pada bulan Mei tepatnya hari Minggu (19/5/2013) "KRIDO BUDOYO SMANESKA" tampil apik dan sangat memukau di Grand City Surabaya, dalam rangka mengikuti Festifal Tari Tradisional Jatim "MAJAPAHIT TRAVEL FAIR 2013" yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. 

SMAN 1 KARANGAN TRENGGALEK juga dalam 2 (dua) tahun berturut- turut (November 2012 di Magetan & Maret 2013 di Madiun), dipercaya oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk mengisi acara "PERGELARAN SENI PERTUNJUKAN PADANG REMBULAN" dengan menampilkan tari Turonggo Yakso sebagai tarian asli Trenggalek . Pertunjukan Padang Rembulan dapat terselenggara secara kontinyu dan teragenda mulai tahun 2010 sampai dengan 2013 kesempatan ini sekaligus mengawali program kegiatan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dalam bentuk pertujukan Seni Padang Rembulan dilaksanakan di berbagai kota secara bergiliran. 

Dan pada hari Senin (7/10/2013), SMAN 1 Karangan akan tampil kembali tampil di Grand City Surabaya dalam event “JATIM FAIR 2013” yang akan mengkolaborasikan antara “SENI LUDRUK dari TEATER SIRPONG SMANESKA” dengan “TARI TURONGGO YAKSO KRIDO BUDHOYO SMANESKA”. 

Dalam kolaborasi ini akan menampilkan lakon “SUMINTEN EDAN”, cerita rakyat yang sudah sangat terkenal tentunya, yaitu kisah asmara antara Raden Mas Subroto Putra Bupati Trenggalek dengan Cepluk Putri Warog Suromenggolo dari Ponorogo serta Suminten Putri Warog Siman yang tergila-gila dengan Raden Mas Subroto yang cintanya bertepuk sebelah tangan dan akhirnya Suminten sampai menjadi “EDAN” atau gila. Guna mendukung jalan cerita tersebut di atas akan dilibatkan 19 murid sebagai pemain yang berperan sebagai pemain ludruk dan pemain tari turongo yakso. 

Sumber : Admin Smaneska Trenggalek

(zan) #Lassvera
9/29/12

NEWS : TARI TURANGGA YAKSA DIPATENKAN SEBAGAI TARI ASLI DARI KABUPATEN TRENGGALEK

Pematenan Tari Turonggo Yakso dari Trenggalek

Pada hari Minggu kemarin, 23 September 2012 bertempat di ajungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Kabupaten Trenggalek mendapat giliran untuk menampilkan kesenian yang ada di Trenggalek. Tari Beksan Sri Tranggali, tari ini menggambarkan Masyarakat Trenggalek yang ramah serta lemah lembut. Kemudian disusul dengan Tari Banjalu, kemudian ada Campur sari dan yang paling ditunggu-tunggu adalah Tari Turangga Yaksa.

Acara ini sekaligus dijadikan ajang silaturohim (Halal Bihalal) Masyarakat Asal Trenggalek yang bermukim di JABODETABEK, Jawa Barat dan Banten yang bernaung dalam IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek) serta sanak saudara dan para pejabat daerah Trenggalek yang ikut hadir
dalam acara tersebut.

Bapak Bupati Trenggalek, DR. Ir H. Mulyadi WR. MMT dalam kata sambutannya sangat mendukung acara ini dan akan mengirimkan secara rutin duta budaya Trenggalek dengan berbagai amcam budaya yang dimilikinya sehingga nama Trenggalek akan semakin banyak dikenal melalui seni budayanya. Lebih lanjut Bapak Bupati menyampaikan, Trenggalek selain kaya akan seni budaya juga mempunyai banyak tempat wisata seperti Pantai Prigi, Pelang, Ngampiran, Guo Lowo yang terpanjang se Asia tenggara serta mempunya khas makanan sebagi oleh-oleh yaitu Tempe Kripik, alen-alen dan masih banyak lagi.

Akhirnya Tari Turangga Yaksa yang ditunggu-tunggu para hadirin tampil juga. Yang lebih mengembirakan begitu tari ini berakhir DIBENTANGKAN SPANDUK YANG BERGAMBARKAN LAMBANG TURANGGA YAKSA, kemudian di bubuhkan tanda tangan, Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD Trenggalek, DANDIM Trenggalek serta di saksikan oleh Arumi Bachsin Duta Lingkungan Hidup 2012, sebagai pertanda bahwa "TARI TURANGGA YAKSA TELAH DIPATENKAN SEBAGAI TARI ASLI DARI KABUPATEN TRENGGALEK".

Berikut sekilas dokumentasi kegiatan tersebut :
Para tamu undangan acara IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek) di TMII, Jakarta

Bazar Pemda Trenggalek

Penampilan Luar Biasa dari Kab. Trenggalek

Penandatanganan spanduk "Patenkan Turonggo yakso" oleh Pejabat Kab. Trenggalek


Sumber : Klik Disini