4/27/17

Semenjak Ada Kata BAPER


Semenjak ada kata baper (bawa perasaan), kita dengerin lagu melow dicap baper, share puisi dianggep baper, roamantis disebut baper, punya sifat melankolis disangka baper. Seiring dengan kreativitas manusia, baper dianggap mewakili perasaan sedih, tersinggung, kecewa bahkan berprasangka.

Saya kira hanya saya saja yang gemas, tapi setelah selancar sana sini bahkan nemu beberapa status teman, banyak juga yang merasakan hal sama.

Jadi jaman sekarang yang langka bukan sekedar manusia peka, tapi orang yang mau minta maaf. Fenomena barunya, mereka justru nyerang balik dengan kalimat ajaib "Yaelah baper banget sih" atau "Situ tersinggung? Situ aja yang baperan" lan sapanunggalane.

Nah, sadar atau tidak istilah 'baper' ini makin hari diartikan sebagai hal yang negatif. Seolah-olah kalau kita merasa terkoyak perasaannya, itu bisa jadi salah kita karena kita terlalu 'baper', dan bukan salah si offender. Mirisnya lagi, yang menyerang kita dengan kata-kata ini, malah si offender.

Akhirnya, semisal kita sakit hati, kita yang salah karena kita 'baper'. Hmm.. Bisa jadi, dampak jangka panjangnya kita merasa tidak berhak merasa sakit hati. Karena rulesnya kalau kamu sampai sakit hati, kamu yang kalah. Ya karena kamu baperan. Eladalah..

Dampak buruknya, orang akan semakin merasa tidak perlu lagi minta maaf. Anggapannya, ya salah si korban kenapa baperan?


Salam,
Zanzabela
(yang postingannya selalu nggak nyambung antara foto dan caption)

Instagram: zanza_bela
4/4/17

Welcome to IRARI Jatim


Sambungan postingan sebelumnya nih. Hehehe.

Usai masa karantina dan grand final yang dihelat tanggal 27 Maret 2017 lalu, akhirnya kami resmi bergabung dalam keluarga besar Ikatan Raka Raki Jawa Timur atau IRARI Jatim.

Di Jawa Timur, kompetisi ini adalah salah satu kompetisi yang selalu disambut antusias oleh masyarakat di Jawa Timur. Karena bagi dinas pariwisata se-kab/kota, mereka antusias melihat pemuda/i daerahnya berkompetisi atas nama daerah, bagi para finalis yang mewakili ini merupakan pengalaman dan kenangan luar biasa. Tidak hanya bertanding tetapi juga mendapatkan teman dan pengetahuan baru.

Untuk kompetisi ini, mungkin ada yang satu tahun atau bahkan bertahun-tahun mempersiapkan diri. Ya, demi perhelatan akbar se-Jatim ini. Kompetisi yang diidam-idamkan ratusan remaja, tetapi setiap tahun hanya 1 putra dan 1 putri saja yang beruntung bisa mewakili daerah.

Ada yang berjuang berkali-kali dari kompetisi atau pemilihan duta wisata tingkat daerah terlebih dulu agar bisa mewakili ke tingkat provinsi. Ada juga yang telah menjadi juara 1 di kompetisi tingkat daerahnya tetapi masih perlu inkubasi setahun atau enam tahun kemudian hingga akhirnya dipercaya paguyuban dan dinas setempat untuk menjadi wakil daerah. Ya, dengan catatan usianya masih memenuhi syarat. Atau ada juga yang harus diseleksi lagi di paguyuban masing-masing. Semua dalam rangka memilih yang siap dan matang berkompetisi.

Semua kabupaten/kota se-Jatim yang mengikuti pemilihan Raka Raki ini tidak mungkin mengirimkan delegasi yang 'remeh temeh'. Mereka sadar betul ini bukan ajang 'receh'. Ada yang bilang, kompetisi ini ibarat film "Hunger Games". Harus jeli dengan trik serta strategi bertarung. Baik dinas dan paguyuban duwis setempat berusaha memilih delegasi yang siap melakukan terbaik, ada yang menyebut siap perang dan siap membawa harum nama daerah di tingkat provinsi.

Amanah yang diemban kadang memang bikin gelisah. Nama diri sendiri, (mungkin) keluarga, paguyuban, sponsor, donatur, coach, sekolah, dinas dan daerah adalah nama-nama yang juga ikut bersama para finalis selama kompetisi.

"Majulah tanpa menyingkirkan orang lain.  Jangan naik tinggi dengan menginjak orang lain"

Bagi saya, kesempatan ini adalah keberuntungan. Ini kesempatan hanya sekali seumur hidup. Ada banyak orang yang mungkin tidak bisa berlenggang di kompetisis ini. Jadi, harus totalitas. Kesempatan ini bisa dijadikan sebagai tempat belajar, berkarya, menggali potensi diri dan mengembangkan jejaring.

Tidak perlu terlalu berambisi menang hingga menghalalkan segala cara. Kalian dikenang dan disambut hangat bukan karena persoalan menang saja. Tapi bagaimana proses perjuangan kalian untuk berusaha mengharumkan nama daerah. Tidak ada yang salah dengan tidak menjadi juara. Tapi kalau tidak mengupayakan yang terbaik, maka itu kekeliruan yang melukai orang rumah (daerah).

Oh iya, agak OOT (out of the topic) ya. Ada salah seorang teman yang menilai saya ini bukan orang Jawa Timur karena menurut dia pembawaan dan cara bicara saya ini 'halus' atau 'kalem' gitu lah. Dia mengira bahwa saya ini mungkin dari Solo atau Yogyakarta. Karna berdasar paradigma yang banyak melekat di masyarakat pada umumnya, orang Jawa Timur itu 'kasar'. Terlebih setelah dia tahu saya termasuk dalam Ikatan Raka Raki Jatim, dia nyeletuk "duwis Jatim gitu ngomongnya kasar trus triak-triak gitu ya?".

Jadi begini pemirsa dan netizen yang budiman, Jawa Timur itu terdiri dari beberapa suku dan budaya. Ada Madura, Osing, Tengger dan Jawa. Nah, kalau berbicara tentang orang Jawa, ini pun masih dibagi lagi. Orang menyebut Jawa Arekan dan Jawa Alus. Yang termasuk dalam Jawa Arekan ini adalah Malang, Surabaya, Mojokerto, dll (daerah bagian timur). Sedangkan yang termasuk dalam Jawa Alus ini seperti Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, dll (daerah bagian barat). Nah, saya ini kebagian hidup di bumi bagian Trenggalek alias tergolong Jawa Alus jadi tetap 100% Jawa Timur kok. Hehehe.. Meskipun sejak 2012 merantau dan melanjutkan kuliah di lingkungan Jawa Arekan yaitu di Surabaya, tapi pembayaan dan medoknya tetep Trenggalek. Hahaha... Ini tadi sekilas info aja sih.

Nah, di unggahan kali ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang berjasa dalam membantu saya mempersiapkan persyaratan administrasi, karantina sampai yang rela datang saat grand final. Mumpung di blog nulisnya lebih leluasa yak, hehehe. Semoga netizen yang budiman tidak bosan atau mual membacanya, karna akan sedikit agak panjang.

Yang pertama, keluargaku yang sudah mengijinkan untuk ikut kompetisi ini. Meskipun sebenarnya ini hasil ke-ngeyel-an haqiqi sih. Hakzz. Untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Trenggalek dan keluarga besar Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek yang sudah percaya dan memberi kesempatan berharga ini. Lalu untuk Ricky Zhou (@oktvdo) yang ngebantuin ijin dan jadi translater bahasa Cina dadakan. Kalau nggak dibantuin aku gak bisa balik Indonesia lebih awal. Hehehe.. Trio wayangan Bagus Aditya Susanto dan Agung Mahardika yang nyinyirnya menenangkan hati wkwk. 28 Production yang selalu jadi pahlawan. Mbak Rurik (Batik Setiya Jaya Trenggalek) yang legowo buat lembur ngerjain batik untuk karantina sampai jatuh sakit huhuhu.. maafkan. Mas Eko Budi (Emath) yang juga siap sedia lembur untuk baju karantina kita. Mas Tryan (Kraton Art Photography) yang sabar tiada batas nata pose selama photoshoot. MuA hits Mas Oping (@oping_wo) yang memahami bentuk pipi bunderku, dan sabar sekali disambati. Tante Enni (@alidacostumes) yang selalu membantu dari hati, gaun-gaunnya selalu menter. Anak-anakku Duta ITATS yang nggak berhenti ngasih kejutan. Teman terbaik acuuu si Lula Kumala yang ikutan gupuh blusukan ke pasar Blauran. Mas Rafan (@rafandani) yang ikut ngebangunin pagi waktu karantina. Mas Tahu Kuning alias Alfiandani Prabowo yang bersedia saya gupuhi bikin video profil untuk presentasi Raka Raki. Mas Heru yang udah bantu info dan rekomendasi liputan objek wisata. Terima kasih untuk orang-orang yang diam-diam atau terang-terangan nyinyir dan membuat mental makin 'atos', dan semua malaikat, ibu peri, bidadari, semuanya terima kasih.

Kalau ada yang belum disebutin, comment ya. Biar diedit lagi. Hehehe...

Terima kasih sudah membaca.

(Admin/Zan)