7/29/13

Artikel Dr Stephen Carr Leon, "Mengapa Yahudi Pintar?"

#repost

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana . Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.

Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."

Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.

Menurut ilmuwan di Universitas Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.

Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California , dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!!!” katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.

Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.
Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fa...kultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.


Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.


Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayang...kan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.

Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.

Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
“Lihat saja Indonesia ,” katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! ...Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!
“Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia?
 

Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”

Jurnalistik : "...jurnalistik menjadi bagian dari teaching and learning."


Bagi sebagian orang, jurnalistik dianggap kegiatan yang berhubungan dengan wartawan dan media massa. Secara umum, masyarakat sudah paham dengan hal tersebut. Namun, tidak semua orang mengerti mengenai peran dan manfaat jurnalistik di kehidupan sehari – hari.

Sebelum kita membahas lebih jauh, kita ketahui  lebih dulu, Apakah yang dimaksud sebagai ilmu jurnalistik?

Ilmu jurnalistik adalah bagian dari ilmu publisistik (to publish = publikasi). Publisistik sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Makna jurnalistik adalah hal ihwal yang berhubungan dengan persurat-kabaran (media massa cetak = pers). Secara lebih sederhana, jurnalistik sering diartikan sebagai ilmu tentang tulis-menulis di media massa. Padanan ilmu jurnalistik adalah pengetahuan kewartawanan. Hingga jurnalis juga dipadankan dengan wartawan, yang merupakan profesi untuk memperoleh informasi guna disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa cetak. Sekarang profesi jurnalis / wartawan tidak hanya terkait dengan media massa cetak, melainkan juga radio, televisi, kantor berita dan multi media (web site). (sumber)

Bidang jurnalistik memang masih terbilang minim peminat, hanya segelintir orang yang bergelut dengan dunia ini. Mayoritas masyarakat masih beranggapan dokter, polisi, TNI, guru adalah penjamin karir yang menjanjikan. Padahal, bidang jurnalistik juga memiliki penawaran karir yang cukup menjanjikan.

Eits, lupakan dulu tentang karir. Jurnalistik itu juga merupakan ilmu praktek dalam dunia pendidikan, khususnya bagi siswa dan atau mahasiswa. Entah mereka sadar atau tidak, jurnalistik menjadi bagian dari teaching and learning. Meskipun di dalam kurikulum pendidikan tidak disebutkan secara gambling mengenai Jurnalistik, tapi bagian – bagian dari ilmu jurnalistik sudah melekat erat dalam bidang pendidikan.

Sejak SMP, siswa sudah dikenalkan dengan metode presentasi sebagai salah satu variasi tugas rumah atau tugas kelompok. Dalam tugas tersebut, siswa dituntut mampu mengerti dan menguasai materi yang kemudian ditulis per poin dalam slide presentasi dan mempresentasikannya di depan teman  dan gurunya. Lalu, tugas yang juga sudah dikenalkan sejak SMP adalah karya ilmiah, mungkin di SMP hanya sebatas pengenalan. Untuk pendalaman tentang karya ilmiah ini ditemui saat SMA. Dalam penyusunan karya ilmiah ini, dibutuhkan observasi, survey, dan lain sebagainya yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk tulisan juga. Selain itu, tugas fantastis para “mahasiswa”, yaitu skripsi. Tetap, berujung dengan bentuk tulisan dan akan dipertanggung jawabkan di depan para penguji alias presentasi.

Berdasarkan deskripsi di atas, semuanya mengandung unsur jurnalistik lohh. Mulai dari tulis menulis, observasi layaknya jurnalis yang memburu fakta untuk liputan beritanya dan presentasi (publisistik ).
Bagi yang masih SMP atau SMA atau mahasiswa atau sudah lulus dan bekerja, bagaimana sensasi Anda ketika menghadapi tugas – tugas tersebut?

Saya tidak berbicara betapa sulitnya materi atau pelajaran yang dibahas, namun saya membahas bagaimana unsur – unsur dari ilmu jurnalistik di dalam tugas – tugas tersebut.

Bagi yang memang sudah lihai menulis, rasanya gampang kok. Menulis pendahuluan untuk karya ilmiah ataupun skripsi itu kayak nulis cerpen cerita cinta remaja kok, menyenangkan. Tidak hanya materi saja yang dibutuhkan untuk menyusun karya ilmiah atau skripsi, namun logika diksi dan skill untuk merangkainya menjadi sebuah laporan layak baca juga perlu.  Apalagi ditambah dengan kemampuan komunikasi yang cukup mumpuni. Maka sempurnalah penerapan unsur – unsur jurnalistik tersebut.

Masih banyak lagi penerapan ilmu jurnalistik selain pendidikan dan dunia jurnalis sendiri. Semua yang berhubungan dengan tulis menulis dan publisistik adalah peran dari  unsur-unsur jurnalistik. (zan)

7/6/13

Mahasiswa yang Berkualitas

Berbicara tentang MAHASISWA berkualitas, hal pertama yang harus kita kritisi dan pertanyakan kembali adalah apa arti dari mahasiswa itu sendiri? Lalu berkualitas seperti apa???
 “ Mahasiswa ” itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ” Siswa ” yang berarti subyek pembelajar, jadi dari segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi atau universitas. Juga bisa di maknai dengan seseorang yang tidak terbatas hasratnya, tidak pernah habis dan padam semangatnya untuk terus belajar dan menimba Ilmu.
Sedangkan mahasiswa yang berkualitas adalah mahasiswa yang tidak hanya sekedar 3D (datang,duduk,domblong) atau kupu-kupu (kuliah,pulang-kuliah,pulang).  Tetapi harus mempunyai kesadaran untuk terus menggali informasi, ilmu pengetahuan, berfikir kritis, logis, berkemauan tinggi, berkerja keras, tanggap terhadap permasalahan bangsa dan membekali diri dengan kapasitas keilmuan yang tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata terhadap kemajuan bangsa dan masyarakat.
Mahasiswa yang berkualitas juga harus bisa mewujudkan fungsi moral dalam kehidupan bermasyarakat yang dikenal sebagai berikut:
1.       Agent of change ( agen perubahan ) Mahasiswa dengan jiwa mudanya sangat berpotensi menjadi agen perubahan dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa.
2.       Agent of study ( agen pendidikan ) Mahasiswa yang disebut kaum intelektual ini, juga seharusnya memiliki ilmu sesuai bidangnya, tidak hanya beropini tanpa dasar pemikiran.
3.       Agent of control ( agen pengawasan ) Mahasiswa yang apatis alias cuek bebek tentu tak memahami fungsi mahasiswa yang satu ini, karena fungsi ini mau tidak mau menyita sebagian waktu kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar dengan mengamati dan mengkritisinya.

Dengan Konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta atau aktif di Organisasi Mahasiswa, seperti BURS@, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa, seperti PMII.

Jadi jelaslah prestasi bukan satu-satunya ukuran seorang mahasiswa yang berkualitas. Mahasiswa juga dinilai sejauh mana dia dapat menjadi agen perubahan dan juga sejauh mana sang mahasiswa tahu lingkungan sekitarnya dan mampu mengkritisinya, karena berkualitas haruslah berguna, mahasiswa haruslah berguna di lingkungan masyarakatnya. Prestasi tidak cukup bahkan tak berkualitas apabila tak berguna bagi orang lain.
Oleh karena itu, menjadi mahasiswa yang berkualitas tidak hanya sekedar mengetahui, tetapi apa yang di ketahui tersebut harus diterapkan atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun dan kapanpun. (sumber)

BAGAIMANA MENJADI BERKUALITAS?
KUNCINYA, Mudah saja!!! Buat diri Anda jatuh cinta pada kampus kita! Bisakah?

Bisa!!! Cintai kampus, cintai kegiatannya, cintai dosennya, cintai mata kuliah-mata kuliahnya, cintai karyawannya, cintai satpamnya, cintai KANTIN-nya dan cintai kawan-kawan Anda! Jadilah bersahabat, jadilah bersaudara dengan sesama almamater!

Cintai segala kekurangan dan kelebihan seluruh yang ada di kampus kita. Jangan hanya mencintai kebaikannya, tapi cintai pula keburukan, kekurangan, kelemahan, lalu bergandengtanganlah untuk memperbaiki semua yang kita miliki. Mencintai kekurangan, adalah memungut kekurangan itu lalu bertanggungjawab untuk memperbaikinya, tidak usah saling tuding. Jika ada sampah berserak, pungut dan buang ke tempatnya. Jika kamar mandi bau pesing, siram hingga bersih! Itu contoh sederhananya!

Perlahan tapi pasti, Anda akan menjadi sosok yang berkualitas, mempunyai value/nilai, dan tidak dikecilkan dimanapun Anda berada. Sebab,sesungguhnya yang sedang Anda bangun adalah jiwa dan karakter Anda sendiri! Bukan jiwa dan karakter orang lain! 

Anda akan berbaur dengan banyak orang dan jika karakter baik Anda sudah terbangun, Anda akan menjadi sosok yang dipertimbangkan, baik di dalam sini maupun di luar sana. (selengkapnya klik di sini)

(Admin/Zan)