3/23/18

Sosok dr. Rooseno (menurutku)


Dan setelah 2 tahun kemudian, kembali lagi ke kantor lama.

Yaps, kantor lama yang selalu membuat saya dicap sebagai orang yang jalan hidupnya "tidak nyambung".

Kok bisa? Ya bisa.

Kuliahnya teknik; tapi aktivitasnya ala anak sosial saja (ilkom maksudnya) jadi MC, ngikut freelance event organizer, atau 'jalan kucing'; ya masih giat jualan online waktu itu sampai rilis Hijab Batik; dan ketambahan part timenya ngebantuin Dokter THT. Meskipun nggak ada background bid. kesehatan, beliau tetap mempertahankan Mbak Kitiran gegara dokternya bilang aku kalem dan telaten waktu ngebantuin pasien. wkwkwkwk.. entah ini apakah emang beneran kalem atau hanya sisi keibuanku yang muncul saat itu *halaahh😂 Kalau bukan karna exchange, mungkin saat itu sampai beberapa bulan ke depan masih betah part time disitu meskipun sudah wisuda. Hihihihi.

Kembali ke cerita tadi sore.

Jadi, aku baru parkir di depan klinik, itu belum turun dari motor. Masih nangkring dan lengkap dengan helm dan masker. Tapi langsung spontan nyapa riang mas mas asisten dokter sebelah, dan suara cemprengku mengundang mbak mbak asisten dokter sebelah keluar klinik juga. Langsung deh dicecar pertanyaan, "Lho mbak kok kesini lagi? Lho mbak sampean balikan ke sini lagi?"

Sampai sekarang belum berhasil mengingat betul nama nama mereka. Padahal sudah sok akrab banget kayak reunian. Wkwkwk *duhkah

Tapi aku ndak menyangka, masih diingat 😂

Masuk ke klinik, masih satu langkah dan Dokter Rooseno sudah menyambut hangat.

"Selamat ya. Bagaimana di Cina? Pasti maju sekali ya"

Huaaaaa.. intonasi bicara, mimik dan senyum beliau masih sama seperti dua tahun lalu. Dan ketika duduk, buka buku pasien, aaakkkkkk ini tulisanku duluuuuu. Jadi bisa cek lagi, pertama kali masuk tanggal 2 November 2015 dan terakhir kerja tanggal 23 September 2016.

Setelah nggak bekerja disini, komunikasiku dengan beliau masih sangat baik bahkan intens. Seperti kakek sendiri perhatiannya.

Curhat selengkapnya sedang mengumpulkan niat dan tekad menulis panjang. Hehehe 😁

Lokasi:
Klinik THT dr. Rooseno
Klampis Jaya no. 33 M Surabaya
Telp (031) 5915789
3/16/18

Seberapa sering kalian berkompetisi?

Malam final Raka Raki Jawa Timur 2017
Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang mengirim DM instagram, inti dari isi pesannya adalah dia merasa minder dan takut gagal (lagi) mengikuti kompetisi-kompetisi. Perasaan ini muncul setelah  dia mencoba 2x berturut-turut mengikuti suatu kompetisi, dan kedua-duanya belum berhasil.

Wah, masih 2x lho ya. Yang ratusan bahkan tak terhitung berapa kali gagalnya saja masih kecanduan untuk mencoba dan menantang diri untuk berkompetisi. Hehehe... Kalau kata Pak Dahlan Iskan, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika masih muda". Ya kalau saya boleh menambahkan, habiskan jatah gagalmu di usia muda, dan sambut suksesmu di masa tua. Tentu saja, tolak ukur sukses masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang menilai indikator sukses dari kemampuan membeli rumah dan mobil, ada yang menilai sukses ketika mampu menaikkan haji kedua orang tua, dan lain sebagainya. Ehmm... Ya, mau sesukses apapun, yang tetap sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat untuk sesama.

Ya, sejatinya kita hidup saja sudah merupakan kompetisi. Misalnya, ketika kita naik bus, kita sudah berkompetisi untuk mendapatkan tiket dan tempat duduk. Tapi, kompetisi yang ingin saya ulas di tulisan kali ini adalah kompetisi yang berhubungan dengan lomba bidang akademis atau non-akademis. Semoga tulisan yang mungkin kurang terstruktur ini bisa dipahami dengan baik.

Saya tidak bisa mengingat lagi, kompetisi mana yang menjadi lomba pertama saya. Seingat saya, saat SD sudah pernah mengikuti lomba baris berbaris, lomba Pramuka, hadrah, drumband, dan lain sebagainya. Ya kebanyakan lomba yang saya ikuti saat SD hingga SMA kelas 2 adalah lomba secara beregu atau tim, bukan individu. Dan kebanyakan lomba yang saya ikuti adalah lomba untuk mewakili sekolah. Di zaman saya masih belum akrab dengan internet, akses informasi lomba tidak seperti sekarang yang sangat mudah didapatkan. Jadi saya hanya tahu lomba sebatas di tingkat kabupaten saja. Iih... cupunya saya ya. Ya begitulah. Hahaha....

Bersama Ibu Anggia Erma Rini saat malam final
Pemuda Inspiratif 2018 oleh Kemenpora RI

Saya mulai gencar mengikuti beberapa kompetisi yang out of the box adalah di tahun 2012-2016. Dari beberapa pengalaman baik yang menang atau pun belum menang, saya menyimpulkan jenis lomba berdasar "keberlanjutannya" terdiri dari dua kategori yaitu yaitu short-term dan long-term.

Untuk kategori short-term, kompetisi jenis ini bersifat jangka pendek dan euforianya hanya berlangsung selama lomba berjalan. Tidak ada keberlanjutan pasca lomba. Saya mengibaratkan seperti lomba cerdas cermat. Setelah lomba ya sudah, tidak ada episode berikutnya. Beberapa kompetisi tipe ini seperti olimpiade sains, lomba modelling (tanpa ikatan kontrak), mahasiswa berprestasi (tanpa ada kewajiban merealisasikan social project), dan sebagainya.

Bersama keluargaku Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek
Sedangkan untuk kategori long-term merupakan kompetisi yang berkelanjutan, banyak program kegiatan atau kontrak yang masih harus dijalankan usai lomba. Dan justru episode baru dimulai pasca lomba. Menurut saya kompetisi jenis ini sangat special dan dari kompetisi seperti ini kita bisa menemukan sahabat dan keluarga. Seperti akhirnya saya menemukan keluarga baru di Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek. Nah, contoh kompetisi kategori ini (tentunya banyak yang sudah familiar), yaitu kompetisi pemilihan duta atau beauty pageants (yang memiliki ikatan kontrak atau wajib bergabung di paguyuban minimal 1 tahun periode jabatan), lomba model search atau model ikon (dengan ikatan kontrak), kompetisi business plan / start up business, dll.

Makrab bersama PPI Tiongkok (Nanjing) saat exchange tahun 2016
Ada juga konferensi pemuda dan exchange yang mewajibkan peserta untuk melakukan post-programme di daerah masing-masing setelah mereka pulang dari negara tertentu atau setelah peserta memenangkan dana hibah dari program tersebut. Intinya, masih ada kewajiban "program kegiatan" yang berlanjut usai masa kompetisi. Bagi para pelaku pageants, tentu kalian sudah akrab dengan istilah setahun menjabat, seumur hidup menginspirasi. Nah, kira-kira seperti itulah untuk menggambarkan bahwa kompetisi jenis ini memang sustainable.

Biasanya, kompetisi kategori long-term dilalui peserta melalui beberapa tahap dan prosesnya tidak mudah. Peserta tidak hanya memiliki wawasan luas tetapi juga memiliki keterampilan yang lain seperti public speaking, grooming, kritis, manajemen diri yang baik, manajemen waktu, terbiasa brainstorming, dan lain-lain.

Menurut saya secara pribadi, ketika menggali pengalaman dengan mencoba berbagai tantangan seperti mengikuti kompetisi-kompetisi, tugas kita yang sebenarnya bukanlah untuk menang tetapi bagaimana akhirnya kalian bisa menemukan potensimu dan kamu bisa mengembangkannya. Barangkali ada seseorang yang selalu menang di kompetisi modelling, tetapi selalu kurang beruntung di kontes pageants. Atau sebaliknya. Ada juga yang berulang kali keluar-masuk negara tertentu untuk mengikuti program pertukaran pemuda, namun ketika mengadu diri di kontes pageants ternyata tak seberuntung di program exchange tersebut. Ada juga seseorang yang selalu meraih juara saat mengikuti kontes pageants, bahkan itu mungkin zona nyamannya. Namun cenderung kurang beruntung ketika mengikuti kompetisi di luar zona nyamannya.

Setiap jenis kompetisi/kontes atau perlombaan memiliki warna tersendiri. Dan setiap orang memiliki potensi yang warna warni. Ketika warna potensinya mumpuni untuk kompetisi tertentu, bukan tidak mungkin ia akan berjodoh dengan kompetisi itu. Terlepas dari semua indikator sukses, menurut saya ketika seseorang mau menantang dirinya dan keluar dari zona nyaman, maka itu adalah kesuksesan.

Temukan warnamu, jangan meniru warna orang lain :)

Tonton juga :


(Admin/Zan)
3/15/18

Partisipasi Trenggalek di Gelar Kriya Dekranasda Jatim 2018


Bersama pengunjung pameran Gelar Kriya Dekranasda Jawa Timur sebelum pentas
Di serangkaian acara Gelar Kriya Dekranasda Jawa Timur 2018 yang diadakan di Atrium Grand City Surabaya, Kabupaten Trenggalek berkesempatan untuk mengikuti pagelaran busana dengan nuansa batik khas daerah yang diadu dengan 61 busana dari 38 Kab/Kota se-Jawa Timur.

Tak tanggung-tanggung, Dekranasda Kab. Trenggalek menggandeng designer Kondang Lia Afif untuk merancang 2 buah busana yang akan diperagakan. Selain itu, Ibu wakil bupati Trenggalek turut andil memeragakan busana tersebut.


Sketsa oleh designer Lia Afif

Batik Turangga Yaksa (3A) dan Batik Dua Sejoli & Merak (3B)

Batik yang dibawakan adalah batik Turangga Yaksa karya perajin batik Rurik dan batik pewarna alam Dua Sejoli & Merak karya perajin batik Muid.

Tak jarang pujian dan apresiasi penonton dan masyarakat umum yang memuji kecantikan batik Trenggalek dalam bentuk busana muslim glamour tersebut.

Video saat peragaan busana dari Kabupaten Trenggalek oleh Ibu Plt Bupati, Novita Hardiny dan Mbakyu Zanzabela

Saat parade busana bersama Perwakilan Dekranasda se-Jawa Timur

Batik Trenggalek ketika diumumkan sebagai juara Harapan 2 Pagelaran Busana Gelar Kriya Dekranasda Jatim 2018 (2 dari kanan)

Setelah ke-61 busana tampil, tibalah pengumuman. Dan Kabupaten Trenggalek berhasil meraih juara Harapan 2. Ini merupakan kali pertama Dekranasda Kab. Trenggalek mengikuti fashion show di Gelar Kriya Dekranasda Jatim dan berhasil menyabet juara tersebut.

Semoga melalui event ini, batik Trenggalek semakin menusantara bahkan mendunia. Tidak hanya dikenal sebagai karya berupa lembaran kain tapi juga karya yang cantik di bidang fashion.

Terima kasih telah berkunjung.

Baca juga:
Duta Batik Trenggalek Menangi Fashion Show Dekranasda Jatim
3/14/18

Bedah Film "Laut Bercerita" bersama Leila S. Chudori

Bedah Film Laut Bercerita (13/3)

"Kisah yg berlatar belakang sejarah tahun 1998. Memvisualisasikan tragedi kemanusiaan tentang hilangnya sekelompok aktivis relawan, rasa duka mendalam dan rasa kehilangan dari keluarga korban penculikan.
Meski beberapa ada yang kembali pulang, namun masih ada sekawanan orang yang masih hilang.
Banyak pihak keluarga dan sahabat yang masih terus mencari, tiada hentinya menanti. Meski akhirnya, beberapa orang tua lebih dahulu meninggal sebelum yang hilang kembali."


Itulah narasi yang saya bacakan sebelum pemutaran film pendek Laut Bercerita dimulai. Kalau ditanya, bagaimana perasaan ketika diminta menjadi master of ceremony acara bedah film perdana ini, ya merinding. Tidak hanya dihadiri oleh teman mahasiswa dan dosen Universitas Airlangga saja tetapi juga rekan-rekan media seperti JTV, Antara Jatim, bahkan beberapa mahasiswa dan masyarakat umum. Terlebih hadirnya 5 narasumber dalam acara tersebut yang komplit membuat saya semakin panas-dingin. Narasumber yang hadir adalah Leila S. Chudori (Penulis novel & skenario), Wilson (Amnesty International Indonesia), D. Utomo Rahadjo (Ayah Bimo Petrus, korban penghilangan paksa), Wisnu Darmawan (Produser), Dr. Liestianingsih D. Dayanti, M.Si (Universitas Airlangga). Ketika rapat perdana untuk mempersiapkan acara ini, kami hanya memprediksi peserta yang hadir adalah 200 orang saja. Namun 30 menit sebelum acara dimulai, peserta membludak. Bahkan jumlah peserta yang hadir melebihi kapasitas ruangan sehingga banyak yang memilih berdiri dan ada juga yang duduk di lantai paling depan.

Suasana acara Pemutaran Film Pendek di Universitas Airlangga (13/3)
Film ini bukan heartwarming drama atau romance, bagi saya lebih mengharukan lagi. Dari 379 halaman novel "Laut Bercerita", dirangkum dalam film pendek berdurasi 30 menit saja tentu dari Sutradara dan Produser benar-benar harus jeli memilih dan memilah karakter dan cerita mana yang akan dimunculkan.

Gambaran penderitaan aktivis yang diculik, diinterogasi dan disiksa serta perasaan duka keluarga korban penculikan menjadi sorot utama dalam film ini. Seperti yang dikatakan Ibu Leila selaku penulis, cerita ini memang pilu. Terlebih dalam sesi bedah film tersebut hadir juga Bapak Rahadjo yang merupakan ayah dari Bimo Petrus (salah satu aktivis yang hilang dan mahasiswa UNAIR saat itu) menceritakan kesedihannya. Sampai hari ini, 20 tahun berlalu (tepat 31 Maret nanti) sejak hilangnya sang anak tercinta beliau mengikhlaskan Bimo Petrus ke tangan Tuhan. Meskipun dalam lubuk hati yang terdalam, sang Ayah dan juga beberapa keluarga korban penculikan lainnya masih menagih kejelasan kepada negara dimana keberadaan anak mereka.

Meskipun saya tidak pernah terlibat langsung atau menyaksikan bagaimana tragedi 1998 menelan banyak korban terlebih para aktivis mahasiswa yang saat itu berjuang mati-matian, tetapi saya berterima kasih sudah diingatkan kembali melalui film ini bahwa barangkali, apa yang bisa kita nikmati hari ini (mungkin) adalah hasil pengorbanan dari mereka yang hilang dan tidak pernah kembali pulang. Kebebasan berpendapat, keleluasaan dalam menyampaikan kritik, yang dulu saat sebelum 1998 sangat terbatas, kini bisa sebebas-bebasnya.

Pemutaran film pendek dan bedah buku "Laut Bercerita" masih akan diadakan di beberapa kota lainnya, jika di tempat kalian menjadi salah satu tempat yang beruntung didatangi oleh Ibu Leila, jangan lewatkan ya.

Bersama Bp. Wisnu Darmawan (Produser)

Bersama Ibu Leila S. Chudori (Penulis Novel & Skenario)

Bu Leila saat diwawancarai

Foto bersama seluruh narasumber (bukanfull team)
Doc.
MC-ing bedah film "Laut Bercerita" di Aula Soetandyo, FISIP Universitas Airlangga

Baca juga:
Laut Bercerita, Film Pendek Ingatkan Pemerintah Akan Tragedi Penculikan Aktivis 1998
Ratusan Mahasiswa Saksikan "Laut Bercerita" di UNAIR

Terima kasih.

(Admin/Zan)
3/13/18

Kuliner Solo, Bestik Ayam


Kuliner kedua saya ketika jalan-jalan di Solo adalah Bestik Ayam. Nyam nyam nyam... Sajian rasa yang nikmat, bumbu rempah yang kuat membuat saya tidak menyesal mencicipi makanan ini.


Bestik Solo merupakan makanan khas kota Solo yang diadopasi dari Eropa. Konon kuliner yang satu ini berasal dari kata bieufstuk (bahasa Belanda) atau beefsteak (bahasa Inggris). Cita rasa bestik identik dengan masakan keraton Jawa yang kaya rempah dan manis. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bestik adalah daging sapi cincang, irisan bawang bombay, bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, pala, merica, dan gula merah. Daging sapi ditumis bersama bawang bombay dan bumbu halus lalu dimasukkan kedalam kuah kaldu sampai mendidih, setelah itu disajikan dengan isian bestik berupa tomat, kentang goreng, dan wortel dan tidak lupa ditambah dengan kecap manis agar rasanya semakin mantap.

Kini bestik tidak hanya berasal dari daging sapi tapi juga ada menu bestik ayam, jeroan ayam, lidah sapi, bestik telur dan lain sebagainya.

Kalian dapat menemukan bestik ini di Sumber Bestik Pak Darmo. Salahsatu warung bestik yang biasa dikunjungi oleh Presiden Jokowi waktu pulang ke kampung halaman ini buka mulai pukul 18.30 - 24.00 WIB.

Nikmati bestiknya sambil diiringi alunan musik keroncong. Hmmm pokoke nyamleng tenan!

Sumber: Akun Muda Sabudarta Indonesia

Terima kasih telah berkunjung.

3/11/18

Kuliner Solo, Tahu Kupat



Gagal diet karna penasaraaan dengan kuliner khas Solo yang dikenalin someone. Ini dia, Tahu Kupat Sido Mampir. Lokasinya berada di Jl. Gajah Mada 95 (samping Masjid Sholihin).

Kalau di Jawa Timur, saya akrab dengan tahu telor atau tahu thek. Nah, kalau di Solo mirip dengan Tahu Kupat ini. Eits tapi banyak perbedaannya sih. Tahu Kupat ini campuran dari ketupat, tahu, telor, mie kuning, kubis, kacang dan disiram dengan kuah berbahan dasar kecap yang sudah diramu dengan bumbu rahasia. Oiya, bisa juga ditambah bakwan supaya lebih mancap rasanya.

Untuk kalian yang kebetulan jalan-jalan ke Solo, dan lagi cari rekomendasi kuliner ciamik, bisa nih dicoba Tahu Kupatnya.

Have a great day~
3/8/18

WANITA


Wanita tetap manusia.
Dia ingin berkarya di sela kewajibannya.
Dia juga ingin menjadi sebaik-baiknya manusia, yaitu yang berguna untuk sesama.

Tidak ada yang salah dengan 'bekerja'.
Selama bekerja tetap bisa berkarya, tetap menekuni apa yang menjadi passionnya, tetap bisa bermain dengan anak-anaknya dan siaga ketika suami serta keluarga membutuhkan dia.

Wanita berpendidikan tinggi bukan untuk mengalahkan laki-laki. Tetapi berjalan beriringan untuk membangun generasi. Sebelum menyukseskan anak-anaknya, terlebih dulu dia sukseskan dirinya.

Ilmu pengetahuan, prestasi dan 'jam terbang' (mungkin) hanya bagian kecil dari bekal yang disiapkan wanita untuk nanti. Membayangkan saat santai sore, dia duduk bersama lelakinya dan berbagi cerita masa muda kepada si anak seputar pengalaman-pengalamannya.

Figur ibu bukan yang hanya pandai bermain kata dalam nasehat bijaknya, tetapi sebisa mungkin juga mencontohkan apa yang telah diraih sesuai pengalamannya. Karna memotivasi dan menginspirasi bersumber pada pengalaman nyata tentang apa yang sudah dan telah dicapai beserta rentetan cerita 'gagal' nya.

Tentu masing-masing wanita memiliki cara dan senjata yang berbeda untuk membahagiakan keluarga kecilnya. Jadilah diri terbaik kalian. Tidak perlu menjadi orang lain.

Women build each other up, not bring each other down.

Happy International Women's Day!
3/3/18

Hijab Batik Alabela ID di Ciputra World



Usaha pemerintah Kabupaten Trenggalek semakin serius untuk mendukung UMKM Trenggalek khususnya batik menjadi bagian dari industri fashion yang bersaing di skala nasional hingga internasional seperti menggandeng designer Surabaya, Lia Afif yang membawa batik Trenggalek untuk fashion show di London beberapa waktu lalu.
Dalam serangkaian acara East Java Fashion Tendance 2019 yang diselenggarakan mulai tanggal 1-4 Maret 2018 di Ciputra World ini, Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kab. Trenggalek turut mengikuti pameran dengan membawa batik khas Trenggalek yang merupakan salah satu produk unggulan daerah.
Produk yang dipamerkan ada batik tulis klasik dan warna alam dari Batik Setiya Jaya (@ruriksetiyajaya) dan Batik Tipuk (@batik_tie_poek). Selain itu, Hijab Batik & Lurik dari Alabela ID juga turut hadir di pameran ini.

Semoga produk lokal dapat berdaya saing global ya.