6/28/17

Tuhan dan Menikah Hanyalah 'Label'

Semakin bertambah teman/relasi, semakin warna warni orang yang ditemui. Ya, warna warni kepribadian, pola pikir dan prinsip hidupnya. Seiring bertambahnya usia, layaknya semakin bijak juga cara kita memperlakukan orang lain. Bagi jiwa yang sakit, pencaci, nyinyir negatif, tidak terbiasa untuk positif thinking, mungkin ini akan berbahaya.

Jadi makin bertambah frekuensi pertemanan, makin luas relasi dan jaringan, kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang mungkin biasanya hanya kita simak di acara TV atau koran, kali ini terpampang nyata di hadapan kita. Ya seperti yang tadi sore saya temui.

Poin 1 :
Dia orang yang menuliskan agama X di KTP, tetapi nyatanya dia orang yang tidak mempercayai Tuhan (katanya sih atheis). Dia hanya mempercayai bahwa memang ada semacam 'kuasa' yang melebihi manusia bahkan semesta. Sesuatu yang tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan oleh manusia. Tapi dia memaknai kuasa tersebut seperti energi, bukan Tuhan. Karna menurut dia, nama Tuhan itu saja seperti sebuah 'label' yang tiap agama memaknai atau menggambarkan dengan wujud yang berbeda-beda.

Poin 2 :
Bukan tidak mungkin kita akan menemui seseorang yang memiliki paham bahwa justru agama adalah pembatas untuk kehidupan. Pembatas dalam beberapa hal, yang salah satunya (yang dia ceritakan) adalah persoalan asmara, seorang beragama X jatuh cinta dengan orang agama Y. Perbedaan agama ini dianggap penghalang dan membuat keduanya tidak bisa bersama.

Poin 3 :
Kita juga mungkin akan menemui seseorang yang memiliki prinsip bahwa menikah hanyalah sebuah 'label' yang hanya mengikat antara pasangan. Berpikir bahwa tidak ada alasan dan keharusan untuk terikat dengan label itu. Mereka lebih memilih untuk bebas. Jika alasan menikah hanyalah karna saling mencintai, maka dengan dia hidup bersama orang yang ia cintai, itu sama saja mereka mengekspresikan saling mencintai. Atau menikah hanya karna kepuasan? Kalau dia mau, seseorang yang tak perlu berlabel menikah pun juga bisa mendapatkannya. Katanya bisa dengan membeli atau mendapat dari seseorang yg mau 'diajak'. Atau karna ingin memiliki anak? Ada anak-anak yatim piatu yang bisa diadopsi.
Bagi dia, ketika pertemanan saja sudah banyak drama apalagi pernikahan?

Apakah dia penyuka sesama jenis?
TIDAK.
Dia pun mengakui sebagai pria, dia pernah dekat dengan lawan jenis. Tapi ya itu, hubungannya hanya sebatas suka, bersenang-senang, nikmati saja hari dimana saat itu mereka bersama, tak pernah berpikir untuk jenjang selanjutnya apalagi masa depan, terlebih menikah (katanya belum kepikiran, belum ada rencana, belum ada niatan ke arah sana).

Baginya, selama tidak merugikan orang lain. Tak masalah. Dengan prinsipnya, ketika ada wanita yang "mau" atau "tidak mau" diajak jalan, maka dia pun akan merasa biasa saja. Ketika mengalami penolakan trus akan gegana (gelisah galau merana) pun tidak. Ketika diterima pun nggak akan lompat girang-girang.

Dia menganggap bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang saling 'butuh'. Tidak ada orientasi pernikahan, tidak ada jenjang serius, ya sama-sama hanya saling 'butuh'. Sekalipun pelukan, ciuman, atau ONS pun, ya itu hanyalah hal biasa bagi mereka. Nothing to lose lah. Ya sama-sama tidak ada yang merasa rugi. Begitu katanya. Mau jalan sama yang single atau bahkan pasangan orang, ya nggak ada masalah. Ya namanya juga 'butuh' dan sama-sama mau. Hakzz.

Kira-kira poinnya itu. Karna nggak 1 kantor, belum tau apa nanti bisa lebih banyak sharing atau enggak. Hahaha.. Kebetulan aja hari ini piket bareng.

Sharing dengan orang-orang seperti ini, rasanya seperti melihat sinetron atau drama Korea versi kehidupan nyata. Ya, ambil pelajaran dan pengetahuannya lah ya.

Bagi jiwa pencaci, yang tidak open minded, yang tidak terbiasa husnudzan atau berpikiran positif, tidak terbiasa dengan keberagaman pastilah susah mengerem kebencian, bullying dan ragam hujatan.

Cukup dulu.
Maaf agak frontal. Ambil pembelajaran positifnya sesuai frekuensi pemahaman masing-masing.

Shukriya.
Allah se hota.
Allah Hafiz.

Salaam,

Instagram:
zanza_bela #Zanzabela #Lassvera