5/26/21

Hal Yang 'Terlewat' Saat Memilih Kampus


Ini semacam flashback, ketika beberapa tahun lalu diriku memilih jurusan dan kampus idaman. Bagi gadis desa sepertiku yang saat itu terbatas mendapatkan akses informasi, mading sekolah, guru BK dan kunjungan alumni-lah sumber informasi ter-valid menurutku. Sesekali aku mengakses internet, tapi biaya warnet yang pada saat itu cukup mahal untuk seumuranku, membuatku hanya menyasar informasi inti saja, tidak leluasa berselancar berjam-jam di Google. Maka ku telan saja resiko yang harus ku terima.

Apa pertimbangan kalian ketika akhirnya memilih kampus idaman? Kalau aku bertanya di tahun 2021 ini, jawabannya akan sangat keren dan bervariasi ya.

Tapi ijinkan aku untuk memaparkan beberapa alasan calon mahasiswa baru atau camaba memilih perguruan tinggi yang trend pada zamanku saat itu.

  1. Reputasi: pilih kampus ya yang favorit, ya yang bergengsi dong, keren
  2. Jurusan: mau jadi A, pengen kerja di X (mungkin ini alasan yang masih relevan ya untuk saat ini)
  3. Passing grade: ini PG-nya rendah, peluang buat aku masuk jadi pilih ini aja deh (sumpah ini fatal dan keliru banget bahkan sebagian orang mengutuk pertimbangan pada PG murni ini sangat sesat)
  4. Pacar atau gebetan: pacarku ambil di Y, jadi aku Y juga ah; atau di kampus Z ada senior mirip artis Korea (ada yang kayak begini juga?)
  5. Dipaksa orang tua: mereka maunya aku jadi A, jadi harus kuliah di A deh
Beberapa poin di atas, awalnya ku kira hanya berlaku zaman old-mind ya. Tapi beberapa tahun terakhir, aku masih menerima pesan masuk melalui instagram dari beberapa adik kelas (di Trenggalek). Dan wow, alasan-alasan di atas masih ada sampai 2021 ini. Padahal ketika sharing dengan teman-temanku (di Surabaya), yang punya anak usia sekolah dasar hingga rekan kerja yang anaknya usia mahasiswa, alasan-alasan memilih sekolah lebih new-mind. Misalnya, tersedia program internasional apa di perguruan tinggi tersebut, ada pengembangan diri apa saja untuk mahasiswanya, ketersediaan beasiswa, dan lain-lain. Tapi apapun alasan memilih kampus, pada dasarnya itu hak camaba dan orang tua/wali sih. Tapi menurutku ada satu hal penting juga yang sepertinya terlewat, nggah ngeh untuk dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih perguruan tinggi. Apa sih?

Sumber: Kompas (15 Maret 2019)

Dilansir dari Kompas, para lulusan sarjana diharapkan tidak hanya puas dengan ijazah tetapi juga harus mengantongi sertifikasi profesi. Meskipun ini sudah berita lama, tapi nampaknya belum banyak orang yang menjadikan sertifikasi ini sebagai prioritas.

Jika kalian memilih perguruan tinggi, coba pertimbangkan juga keberadaan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi). Di beberapa kampus ada yang dijadikan satu dengan departemen pengembangan karir atau yang sejenis.

Memang, apa manfaat adanya LSP atau sertifikasi profesi?
Dilansir dari LSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dengan sertifikasi ini kalian akan mendapatkan lisensi dan pengakuan kompetensi atas keahlian dalam cabang ilmunya sehingga lulusan memiliki daya saing lebih di dunia kerja. Sekaligus komponen pengisi SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah).

Masih bingung?
Kita pakai contoh di perguruan tinggi UNTAG Surabaya aja deh. Misalnya, kalian adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di UNTAG Surabaya. Selain lulus dan bergelar S.Kom, kalian juga bisa mendapatkan fasilitas sertifikasi profesi untuk skema Penyiar Televisi (KOM.01/SSK/LSP/IV/2017). Jika selama kuliah tidak ada waktu & biaya untuk kursus (penyiar misalnya), manfaatkan LSP ini untuk uji kompetensi sebagai penyiar tv. Sertifikatnya bisa kalian gunakan sebagai pendamping ijazah dan portfolio jika melamar pekerjaan. Tentu kamu juga harus melatih keterampilan penunjang lain ya. Info skema sertifikasi di UNTAG Surabaya, bisa cek di https://lsp.untag-sby.ac.id.

Kita ambil contoh lain lagi ya. Disini ada calon maba prodi tata rias?
Di UNESA terdapat LSP dengan skema sertifikasi Perias Pengantin Gaun Panjang dan Perias Pengantin Solo Putri. Sertifikasi untuk tata busana dan lain-lain bisa cek di https://lsp.unesa.ac.id/.

Atau ada yang berencana mengambil jurusan Perminyakan? Jika kalian mengambil di Kampus UBHARA JAYA, di sana ada LSP dengan skema sertifikasi Ahli Fluida dan Pengeboran Migas dan Panas Bumi. Atau camaba jurusan Teknik, dan ingin jadi Ahli K3 Madya, bisa juga ikut sertifikasinya. Info selengkapnya, cek di https://lsp.ubharajaya.ac.id/.

Masih banyak kampus-kampus lain yang memiliki LSP. Keterampilan kalian bisa diuji dan jika kompeten akan mendapat lisensi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).

Apa tidak bisa jika saya mengikuti sertifikasi tapi bukan mahasiswa di LSP kampus tersebut?
Mayoritas tidak bisa. LSP kampus X maka hanya bisa diikuti oleh mahasiswa kampus X. Tapi, ada juga kampus tertentu yang menjalin kerjasama dengan BNSP untuk pengabdian masyarakat sehingga mengadakan sertifikasi profesi yang bisa diikuti oleh masyarakat umum. Jadi harus perbanyak update info. Tapi lebih beruntung jika ternyata kamu sudah berkuliah di kampus yang menyediakan skema sertifikasi sesuai prodi dan keahlianmu.

Bagaimana?
Mulai masuk pertimbanganmu dalam menentukan jurusan dan kampus idaman?

Semoga bermanfaat.


(Admin/Zan)