2/18/17

Road to Raka Raki Jawa Timur 2017


Kompetisi kali ini sensasinya beda dan banyak 'jeglongan' seru kayak jalanan Trenggalek-Surabaya. hakzz..

Jadi, kisahnya diimulai pasca Musyawarah Besar (Mubes) Paguyuban Kakang Mbakyu Trenggalek bulan Desember tahun lalu. Waktu itu saya masih di negeri sebrang, jadi saya tidak bisa hadir. Umumnya kalau anggota tidak hadir di mubes/rakor/kongres/sejenis, ya nggak bisa jadi pengurus. Namun rekan-rekan masih memberi toleransi. Ya jangan dikira saya pasif-pasif aja trus dengan gampang dapet toleransi dan bisa nyelonong jadi pengurus. Ada banyak faktor lah ya. 

Lalu hasil mubes pun dibagi melalui grup. Dan saya mendapat amanat untuk menjadi Koord. Dewan Riset yang saya nggak tahu itu apa dan ngapain. Hakzz.. Akhirnya turunlah pencerahan dari pak ketum. Dan salah satu hajatnya adalah terkait pengiriman delegasi dari KMT yang dikirim ke ajang Raka Raki Jatim.

Berhubung kepulangan saya masih bulan Maret, akhirnya LDR-an membahas persiapannya dan dibantu rekan-rekan lain untuk eksekusinya. Rentetan persiapan mulai dari latihan PS, materi presentasi, photoshoot, desain baju, catwalk, dst kami rembukkan. Sejarah Trenggalek mencatat, delegasi yang dikirim adalah pemenang KMT yang baru terpilih. Saya berniat menjalin komunikasi intensif dengan mereka untuk segala persiapan dan kebutuhan mereka supaya bisa sama-sama dibantu dengan baik. Namun karna sesuatu, rencana pengiriman untuk RR17 adalah saya dan Septa. Saya sih nggak yakin bisa, kita orang sudah tua kan ya. Wkwk.. Namun untuk memastikan, perlu koordinasi lebih lanjut dengan dinas pariwisata setempat. Tapiiii karena akhir tahun, organisasi pemerintah mengalami evolusi, jadi baru bisa ditemui ketika awal tahun nanti.

Sambil Menunggu waktu, pak ketum bertanya yang intinya menanyakan kesiapan saya jika memang nanti dari dinas diijinkan untuk mewakili. Yaaa karna rencana kepulangan sebenarnya bulan Maret, yaaa harus ngurus kepulangan lebih awal kan yaaa. Ehmm.. Akhirnya saya menemui dekan untuk ijin pulang lebih awal. Dan keseruan pun dimulai.

Untuk berbicara dengan dekan, saya ngajak teman saya yang bahasa mandarinnya lebih jago daripada saya. Ya ala-ala punya translater gitu lah. Soalnya meskipun sedikit-sedikit mereka bisa bahasa inggris, tetap aja banyakan bahasa cinanya waktu percakapan. Kita orang terpontal-pontal enggak paham. wkwk. Big thanks untuk Ricky yg berjasa dalam proses perijinan ini. Wkwk.. Ketika meminta ijin untuk pulang Februari dengan alasan ada kompetisi, dekan pun bertanya, "Kompetisi apa? Sepenting apa kompetisi itu?". Nah.. sebisa mungkin dijelaskan tentang apa itu pemilihan tourism ambassador. Tapi susah..susahnya ya karna mereka asing dengan sebutan itu dalam bahasa inggris, mungkin istilahnya beda kali ya dan teman saya pun bingung translatenya. Wkwkwk.. Dan buka kamus, buka internet, jadi kayak ujian open book. hakzz..

Pertanyaaan lagi, "Nanti setelah kompetisi balik kesini lagi? Tanggal berapa kompetisinya?". Mungkin bayangannya kayak cerdas cermat yang cuma sehari gitu ya.. Ya andai tiketnya kayak harga kacang bisa bolak balik nah. Karna jadwal pemilihan belum keluar, ya saya cuma ngejawab antara bulan Feb-Maret. Jadwal tanggalnya belum keluar. Ngeliat raut wajahnya, mungkin dalam batin mereka bilang, "Mbak iki geje, pamit pulang Feb tapi ternyata jadwal kompetisinya belum ada. Mbujuk ta pean?" hakzz..

Setelah ngulik asik akhirnya dapat yes untuk pulang Februari. Namun pihak Kampus tidak mengantarkan ke bandara karena kepulangan di luar rencana program, jadi harus pulang sendiri. #NP "Sudah terlalu lama sendiri, sudah terlalu lama aku asik sendiri" *eeaaa. Ah ada teman-teman saya yang mendampingi kok.

Deng Deng Deng, Januari 2017 datang. Akhirnya dapet kepastian. Bukan kepastian untuk bersamamu tapi *halaahhh. Kepastian dari dinas tentang kebijakan pengiriman delegasi. Dan yes. Langsung hunting tiket, wuhuuu ketersediaan tiket waktu sebelumnya ngecek bulan Desember masih ekonomis ya dan ngecek lagi di Januari bikin pedih. Udah banyak yang sold juga untuk tiket balik di minggu pertama Februari. Akhirnya dapat tanggal 11 Februari. Baiklah...

Seminggu sebelum tanggal kepulangan saya menerima informasi terkait agenda Take Profil dan Talenta dilaksanakan tanggal 21 Feb. Wuuu lemes. Setiap peserta juga masih harus mengurus kelengkapan berkasnya. Dan satu persyaratan yang agak mengguncang, yaitu membuat video promosi wisata. Uyeeee...

Tong tong tong, tanggal kepulangan tiba. Mari kita sambut dan ucapkan," Selamat datang dan selamat kembali ke rumah, kitiran!"
Tanggal 11 Nanjing-Singapura, tanggal 12 Singapura-Surabaya, tanggal 13 mider persiapan berkas + ke Dispora, tanggal 14 balik Surabaya, tanggal 15 ngangkut perkakas ke Trenggalek, tanggal 16 liputan video wisata, tanggal 17 photoshoot, tanggal 18 Talkshow komunitas & Wabup, tanggal 19 nafas bentar sambil deg degan, tanggal 20 persiapan, tanggal 21 eksekusi mati. Wkwkwk.

Dibalik drama 'jeglongan sewu' ini banyak aktor terlibat.
Ada mami dan papi yang geleng-geleng ngeliat putri ragilnya wara wiri sambil nahan emosi tapi berusaha juga memahami. Ada Mami Monique​ yang bersedia mendengar curhatan dan minjemin motor buat wara wiri. Lalu pak ketum Dendit​ dan PKMT yang sudah percaya dan membantu persiapan. Pihak dinas pariwisata Kab. Trenggalek yang mengijinkan saya merasa punya rumah di aula, wkwk dan menemani ke Surabaya kemarin. Mas tahu kuning Alfiandani​ yang membantu liputan sekaligus liburan tipis-tipis dan memecah rekor edit video cuma 2 hari se-Indonesia Raya, Meskipun ada cerita zonk dibalik video itu (sensor) Wkwk. Mas éthés Syaiful Yasin Saimo​ yang sabar dan totalitas ngelatihnya, wkwk Oiya dia jomblo lho *oops. Tak lupa tim terhebat sepanjang masa, mas Ryan​ yang paham angle fotoku meskipun nggak mau ngedit pipiku jadi tirus, haha. Mas Oping​, MuA cetarrr apalagi Hijab-do nya yang hitsss pol, bisa bikin efek tirus pipiku ini..huhuii. Tante Enni Alida​ yang selalu support dengan baju-bajunya yang kekinian polll. Dan semua-semua yang mendoakan, memberi semangat dan bentuk dukungan lainnya, terima kasih.

Masih banyak aktor/aktris dibalik drama 'jeglongan' ini, disimpan dulu nama-namanya untuk adegan nanti. hihihii..

Menunggu adegan selanjutnya~

***

Terima kasih telah berkunjung.
Instagram: zanza_bela
2/1/17

Assalamualaikum Beijing


Assalamualaikum Beijing!

Masih cerita dari negara tirai bambu. Satu lagi impian yang tak hanya berdebu dalam bentuk tulisan, tetapi berakhir indah dengan kenangan.

Ketika saya SD dan mendapatkan pelajaran IPS, saya dikenalkan dengan peta. Kami dikenalkan dengan provinsi-provinsi yang ada di Indonesia, jenis Sumber Daya Alam, flora dan fauna serta 7 keajaiban dunia. Saat itu hati saya berbisik, “Saya ingin mengunjungi tempat-tempat ‘ajaib’ ini. Di gambar ini, Tembok Besar Cina sangat menarik. Tapi bagaimana caranya kesana? Kan jauh…”
Mengenyam pendidikan selanjutnya, saya masih menyimpan dalam-dalam impian itu, saya hanya percaya mungkin suatu saat bisa tercapai. Tapi saya tetap tidak tahu caranya mencapai impian tersebut. Lambat laun saya membaca banyak kisah pemuda Indonesia yang berhasil lalu lalang ke negeri orang dengan beragam cara, ada yang ikut program pertukaran pemuda, konferensi internasional, beasiswa kuliah, dan lain-lain. Dalam hati saya bilang, “Mungkin caranya seperti ini supaya bisa ke tempat ‘ajaib’ itu”. Sebenarnya bisa saja kalau saya menabung dan semata-mata pergi ke berbagai negara untuk jalan-jalan, tapi saya kira banyak misi yang lebih mulia daripada sekedar ‘jalan-jalan’.

Tahun 2016 merupakan tahun ke-2 dimana saya pergi ke negeri orang, setelah di tahun sebelumnya saya mengikuti program pertukaran pemuda ke Kamboja (baca juga: IYCE 2015 - Cambodia).  Saya tiba di Cina bulan November, perjalanan panjang saya kesini adalah untuk mengenyam program short course di perguruan tinggi Jiangsu Institute of Commerce yang terletak di kota Nanjing, provinsi Jiangsu selama 1 semester.

Tak terasa hampir 3 bulan lebih kami di Cina, dan sekarang kami sedang memasuki libur musim dingin sebelum masuk semester baru di bulan Februari ini. Tentunya sebelum memasuki masa libur, jauh-jauh hari saya sudah memiliki rencana untuk mengisi waktu libur kami. Mewujudkan impian masa kecil, mengunjungi salah satu 7 keajaiban dunia, ya Tembok Besar Cina. Namun setelah mencari-cari informasi, perjalanan dari Nanjing ke Beijing memakan waktu cukup lama yaitu 12 jam dan harga tiket keretanya cukup tinggi bagi kami mahasiswa. Namun, karena sudah jauh-jauh hari direncanakan, akhirnya saya menabung dan puasa jajan selama disini. Hahaa…

Tanggal 30 Januari 2017 pukul 18.00 waktu Nanjing, kami berangkat  dari asrama berjalan ke stasiun metro NMU-JIETT dan menuju Nanjing Railway Station. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 35 menit. Sesampainya di Nanjing Railway Station, kami check in dan menunggu keberangkatan kereta kami ke stasiun berikutnya yaitu Beijing Railway Station. Kereta kami berangkat pukul 21.30, tapi kami sengaja datang 2 jam lebih awal untuk berjaga-jaga jika birokrasi check in tiket yang lama, mengingat kami baru pertama kali ke stasiun ini. Lebih baik menunggu lebih awal kan daripada terlambat? Hehehe.. Perjalanan dari Nanjing Railway Station menuju Beijing Railway Station adalah ± 12 jam. Kebayang kan bagaimana bosannya di kereta? Terlebih di kereta ekonomi yang kami naiki tidak ada colokan untuk charger HP, huhuhu… Tapi ya sudahlah, nikmati saja suka duka menjemput impian. Asseekkk…

Tanggal 31 Januari 2017 pukul 10.00 waktu Beijing kami tiba di Beijing Railway Station.  Berbekal nasi ala kadarnya dan roti, kami sarapan terlebih dulu di stasiun setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan untuk menuju Tembok Besar Cina atau Great Wall. Cukup membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk bisa sampai ke Great Wall. Dari Beijing Railway Station kita menuju metro Jishuitan lalu ke  stasiun metro Dawang Road  dan antri bus  menuju ke Great Wall.  Untuk bus umum yang disediakan khusus  menuju Great Wall ada 2 yaitu kode 877 dan 919. Jika kondisi jalanan normal, harusnya kita hanya butuh 1 jam untuk sampai ke Great Wall, tetapi saat itu kondisi jalanan sangat penuh. Kami sampai di Great Wall sekitar pukul 15.00 waktu Beijing. Tanpa pikir panjang, kita langsung membeli tiket dan mulai mendaki. Bersama ratusan umat lainnya, kami berjuang untuk mendaki sampai puncak.

Bagi teman-teman yang berencana pergi ke Tembok Cina, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :

Musim Berkunjung
Harga tiket masuk Tembok Cina sesuai musim berkunjung
Musim terbaik untuk berkunjung ke Tembok Cina adalah di musim semi dan gugur yaitu bulan April -Oktober. Matahari cerah, udara tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Tapi, jika kesempatan kalian berkunjung di bulan November-Maret, maka bersiaplah dengan pakaian musim dingin kalian. Datanglah sepagi mungkin karena semakin pagi Anda datang maka Anda memiliki kesempatan untuk leluasa berfoto dengan jumlah pengunjung yang masih sedikit.

Pakaian.
Kebetulan kesempatan saya berkunjung kesini di bulan Januari, kebayang kan bagaimana suhu di puncak nanti? Terlebih anginnya kencang. Jadi pastikan memakai jaket tebal, sarung tangan, penutup kepala dan syal. Jangan sampai anggota badan beku kena dinginnya udara dan angin di atas. Kalaupun kalian mendaki saat musim panas, ada baiknya untuk berjaga-jaga kalian tetap memakai jaket dan penutup kepala, mengingat angin di puncak cukup kencang.

Barang bawaan.
Karena Tembok Besar Cina itu cukup panjang dan menanjak, jika kalian bertekad berjalan kaki sampai puncak perhatikan barang bawaan kalian. Jangan terlalu banyak  ya. Jika kalian membawa tas punggung, pastikan isinya jangan terlalu berat. Karena ketika kalian mendaki, tanjakan makin menukik. Akan sangat kerepotan jika barang bawaan kalian banyak. Oiya.. kalian diperbolehkan membawa bekal makanan dan minuman. Eits… Ingat, jangan buang sampah sembarangan!
Awalnya kami pesimis bisa mengejar waktu untuk sampai puncak dengan menyaksikan keindahan panoramanya. Karena kami baru mulai menanjak sekitar pukul 16.00. Tetapi justru kami bisa menyaksikan sunset dari atas. Subhanallah…


Oiya ada yang terlewat, ketika kami mengantri bus sebelum menuju ke Great Wall, kami berkenalan dengan teman baru. Namanya / Su, dia berasal dari Chóngqìng. Meskipun lahir dan besar di Cina, ternyata dia juga baru pertama kali mengunjungi Beijing. Tak disangka setelah mengantri bus, kami bertemu lagi di puncak Great Wall. Tentu ini moment yang tepat untuk bertukar id WeChat dan berfoto bersama. Hahaha…


Don’t let your dreams just become day dreams. When you stop dreaming, you stop living.”


Nanjing, 2017
Zanzabela

****
Terima kasih sudah berkunjung.
Instagram: zanza_bela