"Tulis secara nyata 100 atau lebih impian Anda, jangan hanya dalam ingatan. Nanti bisa LUPA!"
Saya masih ingat betul saya menulis kalimat ini di binder kuliah tahun 2012 ketika baru masuk sebagai mahasiswa di
ITATS. Saya menulis sebanyak-banyaknya mimpi yang saya pikirkan saat itu. Dari serentetan impian, salah satunya adalah saya ingin ke luar negeri dengan program
exchange.
Kalau melihat di televisi, berita di koran atau majalah, saya sering menemui berita tentang Indonesia yang anggapannya selalu terbelakang dari negara lain. Saya penasaran bagaimana masyarakat di negara lain hidup, merespon globalisasi, mengeluarkan pendapat dan bahkan bagaimana mereka menilai Indonesia?
Saya banyak mencoba apply beberapa program exchange namun masih belum berhasil. Sempat merasa putus asa, tapi begitu melihat tulisan di binder ini saya bersemangat kembali. Rasanya malu kalau impian-impian saya hanya berakhir sebagai tulisan, bukan kenangan. Saya ingin mewujudkan dan menjadikan tulisan ini sebagai sebenar-benarnya kenangan.
"Ngapain sih capek-capek ikut exchange? Kuliah aja, IPK bagus kan sudah cukup. Ngapain ribet-ribet nyiksa diri sendiri?"
Kalimat-kalimat seperti ini sering saya dapat. Entah saya yang salah makan? Atau pola pikir mereka yang hanya sebatas itu saja? Atau hanya saya alien di sini yang memang ribet-ribet menyiksa diri sendiri? Ahhhh sudahlah... Dalam hati saya berkata, "jangan berpikir primitif ya Bel. Insyaallah ada hikmah di sela cita-cita dan impian hebatmu. Aamiin.."
Lanjuuutttt...
Tahun 2015, saya mendapat informasi tentang program IYCE atau Indonesia Youth Culture Exchange yang akan diselenggarakan di Kamboja. Seperti biasa, saat mendaftar selalu ada bayangan "lolos, enggak, lolos, enggak, lolos, enggak..". Hahaha... Tapi apa salahnya mencoba? Nggak ada ruginya kan? Kalau belum berhasil, ya coba lagi, kalau berhasil kan juga tidak ada yang tahu kalau sebelumnya tidak dicoba.
Tepat 10 Juli 2015 saya mendaftar IYCE. Di tanggal 23 Juli 2015, saat itu posisi saya dalam perjalanan ke Surabaya, di dalam bus bersama kakak saya dan saya teriak histeris membaca email bahwa rekor gagal saya akhirnya pecaaaaaaahhhh.
Alhamdulillah... Akhirnya nyantol, beeeerhasiiiiilllll, hip hip hura hura *ketawagirangbanget*
Baiklah, jangan berlarut-larut dengan tawa riang karna ada banyak antrian persiapan yang harus benar-benar disiapkan untuk keberangkatan. Mulai nabung buat uang saku ke sana, mulai persiapan menari tradisional untuk cultural performance, list barang-barang yang akan dibawa, dll.
Eksekusi dimulai, tanggal 27 September 2015 saya berangkat ke Jakarta dengan hati berdebar-debar bak menjemput sang pujaan di Kamboja, wkwkwk *lebay*. Baru keesokan harinya berangkat ke Kamboja pukul 17.00 WIB dan transit di KL selama 3 jam. Nah transit ini yang baru seru, di KL saya bertemu dengan delegasi-delegasi lain. Apa yang kita lakukan selama 3 jam transit? Tidur? Ahhh.. kesempatan langka seperti ini sangat sayang kalau kita tidur. Jadiiii kita keliling bandara dan ujung-ujungnya wisata kuliner juga, Hahaha. Pukul 06.00 baru kita meneruskan eksekusi ke Kamboja. Eitss... foto dulu sebelum berangkat. Abaikan muka kucel kami.
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya sampai di Phnom Penh. Aaaaa nggak sabar ada apa aja di bawah sana. Hahaha...
Yeayyy... Salam pagi dari Phnom Penh. Dan lihat bunga apa yang saya temukan di sini.
|
Bunga Kamboja atau disana disebut "Romyol/Rumyul (ážšំáž™ោáž›) " |
|
Cerahnya Phnom Penh |
Setelah dari airport kita check in hotel, persiapan welcoming dinner dan istirahat. Pesta akan benar-benar dimulai keesokan harinya.
Agenda hari kedua, kunjungan ke universitas, dubes Indonesia, city tour dan fun trip ke provinsi Siem Riep. Satu hal yang tidak jauh berbeda dari Indonesia adalah, panas. Hahaha...
Di hari ketiga dan keempat kami berada di provinsi Siem Reap. Di sini adalah kawasan desa wisata yang menerapkan konsep CBT (Community Based Tourism). Kami bertemu beberapa volunteer dari Australia yang memberikan pembelajaran tentang kesehatan untuk masyarakat di Siem Reap. Di desa ini kami diajak berkeliling dengan mengendarai sepeda, tanam pohon, belajar membuat kerajinan tangan Smok (kotak anyaman), bermain sambil belajar bahasa inggris dengan anak-anak desa, bahkan membantu masyarakat di sana menanam padi di sawah.
|
Smok (semacam kotak anyaman) |
|
Percayalah, ini rumah penduduk di desa Siem Reap |
Sebagai ucapan terima kasih, seluruh delegasi menampilkan pertunjukan seni khas Indonesia di depan masyarakat Siem Reap. Ada yang menari, menyanyi, menceritakan tentang baju khas daerah hingga wisata yang ada di Indonesia.
|
Usai cultural performance |
Hari kelima, yeay. Kami berpindah tempat lagi ke kota Angkor untuk berkunjung ke icon wisata di Kamboja yaitu Angkor Wat. Angkor Wat adalah kuil atau candi yang gaya bangunannya mirip dengan candi Prambanan dan Borobudur. Menurut sejarah, perkembangan Angkor tak lepas dari kerajaan Jawa masa Dinasti Sailendra yang menguasai sejumlah kerajaan di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-7 masehi. Yang memukau bagi saya adalah tiap dinding-dinding besar terdapat relief-relief yang indah dan tiap ukiran menggambarkan sejarah seperti epik Hindu Ramayana dan Mahabarata.
|
Saat di Angkor Wat |
Yah sudah hari terakhir, hikss.. kuraaaaang. Apanya yang kurang? Kurang jalan-jalannya! Hahaha...Sebelum kembali ke Indonesia, kami diberi kesempatan untuk berburu oleh-oleh. Rasanya agak kaget tawar-menawar dengan pedagang di sini, mereka cenderung tegas. Yes or No deal. Kalau sudah nawar artinya siap beli, kalau sampai nawar dan
nggak jadi beli wahhh bisa marah-marah mereka. Eh tapi marah-marahnya pakai bahasa Khmer, jadi kita
nggak sakit hati sih, paham aja
enggak. Hahaha...
Eits ada yang kelewat. Jadi malam sebelum esok paginya check out setiap delegasi wajib menulis semacam surat untuk dimasukkan ke Sugar Cube di bawa ini. Huaaaa.... dan surat kalian buat aku so sweet semuaaaa. Thankyou semuanya, IYCE 2015 TOP!!!!
|
Sugar Cube |
|
My Sugar Cube |
Terima kasih sudah mampir di blog saya. Jangan lupa untuk jadi generasi muda yang banyak mimpi dan menginspirasi yaaaa. Sukses!
Instagram: zanza_bela (zan)