2/1/17

Assalamualaikum Beijing


Assalamualaikum Beijing!

Masih cerita dari negara tirai bambu. Satu lagi impian yang tak hanya berdebu dalam bentuk tulisan, tetapi berakhir indah dengan kenangan.

Ketika saya SD dan mendapatkan pelajaran IPS, saya dikenalkan dengan peta. Kami dikenalkan dengan provinsi-provinsi yang ada di Indonesia, jenis Sumber Daya Alam, flora dan fauna serta 7 keajaiban dunia. Saat itu hati saya berbisik, “Saya ingin mengunjungi tempat-tempat ‘ajaib’ ini. Di gambar ini, Tembok Besar Cina sangat menarik. Tapi bagaimana caranya kesana? Kan jauh…”
Mengenyam pendidikan selanjutnya, saya masih menyimpan dalam-dalam impian itu, saya hanya percaya mungkin suatu saat bisa tercapai. Tapi saya tetap tidak tahu caranya mencapai impian tersebut. Lambat laun saya membaca banyak kisah pemuda Indonesia yang berhasil lalu lalang ke negeri orang dengan beragam cara, ada yang ikut program pertukaran pemuda, konferensi internasional, beasiswa kuliah, dan lain-lain. Dalam hati saya bilang, “Mungkin caranya seperti ini supaya bisa ke tempat ‘ajaib’ itu”. Sebenarnya bisa saja kalau saya menabung dan semata-mata pergi ke berbagai negara untuk jalan-jalan, tapi saya kira banyak misi yang lebih mulia daripada sekedar ‘jalan-jalan’.

Tahun 2016 merupakan tahun ke-2 dimana saya pergi ke negeri orang, setelah di tahun sebelumnya saya mengikuti program pertukaran pemuda ke Kamboja (baca juga: IYCE 2015 - Cambodia).  Saya tiba di Cina bulan November, perjalanan panjang saya kesini adalah untuk mengenyam program short course di perguruan tinggi Jiangsu Institute of Commerce yang terletak di kota Nanjing, provinsi Jiangsu selama 1 semester.

Tak terasa hampir 3 bulan lebih kami di Cina, dan sekarang kami sedang memasuki libur musim dingin sebelum masuk semester baru di bulan Februari ini. Tentunya sebelum memasuki masa libur, jauh-jauh hari saya sudah memiliki rencana untuk mengisi waktu libur kami. Mewujudkan impian masa kecil, mengunjungi salah satu 7 keajaiban dunia, ya Tembok Besar Cina. Namun setelah mencari-cari informasi, perjalanan dari Nanjing ke Beijing memakan waktu cukup lama yaitu 12 jam dan harga tiket keretanya cukup tinggi bagi kami mahasiswa. Namun, karena sudah jauh-jauh hari direncanakan, akhirnya saya menabung dan puasa jajan selama disini. Hahaa…

Tanggal 30 Januari 2017 pukul 18.00 waktu Nanjing, kami berangkat  dari asrama berjalan ke stasiun metro NMU-JIETT dan menuju Nanjing Railway Station. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 35 menit. Sesampainya di Nanjing Railway Station, kami check in dan menunggu keberangkatan kereta kami ke stasiun berikutnya yaitu Beijing Railway Station. Kereta kami berangkat pukul 21.30, tapi kami sengaja datang 2 jam lebih awal untuk berjaga-jaga jika birokrasi check in tiket yang lama, mengingat kami baru pertama kali ke stasiun ini. Lebih baik menunggu lebih awal kan daripada terlambat? Hehehe.. Perjalanan dari Nanjing Railway Station menuju Beijing Railway Station adalah ± 12 jam. Kebayang kan bagaimana bosannya di kereta? Terlebih di kereta ekonomi yang kami naiki tidak ada colokan untuk charger HP, huhuhu… Tapi ya sudahlah, nikmati saja suka duka menjemput impian. Asseekkk…

Tanggal 31 Januari 2017 pukul 10.00 waktu Beijing kami tiba di Beijing Railway Station.  Berbekal nasi ala kadarnya dan roti, kami sarapan terlebih dulu di stasiun setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan untuk menuju Tembok Besar Cina atau Great Wall. Cukup membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk bisa sampai ke Great Wall. Dari Beijing Railway Station kita menuju metro Jishuitan lalu ke  stasiun metro Dawang Road  dan antri bus  menuju ke Great Wall.  Untuk bus umum yang disediakan khusus  menuju Great Wall ada 2 yaitu kode 877 dan 919. Jika kondisi jalanan normal, harusnya kita hanya butuh 1 jam untuk sampai ke Great Wall, tetapi saat itu kondisi jalanan sangat penuh. Kami sampai di Great Wall sekitar pukul 15.00 waktu Beijing. Tanpa pikir panjang, kita langsung membeli tiket dan mulai mendaki. Bersama ratusan umat lainnya, kami berjuang untuk mendaki sampai puncak.

Bagi teman-teman yang berencana pergi ke Tembok Cina, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :

Musim Berkunjung
Harga tiket masuk Tembok Cina sesuai musim berkunjung
Musim terbaik untuk berkunjung ke Tembok Cina adalah di musim semi dan gugur yaitu bulan April -Oktober. Matahari cerah, udara tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Tapi, jika kesempatan kalian berkunjung di bulan November-Maret, maka bersiaplah dengan pakaian musim dingin kalian. Datanglah sepagi mungkin karena semakin pagi Anda datang maka Anda memiliki kesempatan untuk leluasa berfoto dengan jumlah pengunjung yang masih sedikit.

Pakaian.
Kebetulan kesempatan saya berkunjung kesini di bulan Januari, kebayang kan bagaimana suhu di puncak nanti? Terlebih anginnya kencang. Jadi pastikan memakai jaket tebal, sarung tangan, penutup kepala dan syal. Jangan sampai anggota badan beku kena dinginnya udara dan angin di atas. Kalaupun kalian mendaki saat musim panas, ada baiknya untuk berjaga-jaga kalian tetap memakai jaket dan penutup kepala, mengingat angin di puncak cukup kencang.

Barang bawaan.
Karena Tembok Besar Cina itu cukup panjang dan menanjak, jika kalian bertekad berjalan kaki sampai puncak perhatikan barang bawaan kalian. Jangan terlalu banyak  ya. Jika kalian membawa tas punggung, pastikan isinya jangan terlalu berat. Karena ketika kalian mendaki, tanjakan makin menukik. Akan sangat kerepotan jika barang bawaan kalian banyak. Oiya.. kalian diperbolehkan membawa bekal makanan dan minuman. Eits… Ingat, jangan buang sampah sembarangan!
Awalnya kami pesimis bisa mengejar waktu untuk sampai puncak dengan menyaksikan keindahan panoramanya. Karena kami baru mulai menanjak sekitar pukul 16.00. Tetapi justru kami bisa menyaksikan sunset dari atas. Subhanallah…


Oiya ada yang terlewat, ketika kami mengantri bus sebelum menuju ke Great Wall, kami berkenalan dengan teman baru. Namanya / Su, dia berasal dari Chóngqìng. Meskipun lahir dan besar di Cina, ternyata dia juga baru pertama kali mengunjungi Beijing. Tak disangka setelah mengantri bus, kami bertemu lagi di puncak Great Wall. Tentu ini moment yang tepat untuk bertukar id WeChat dan berfoto bersama. Hahaha…


Don’t let your dreams just become day dreams. When you stop dreaming, you stop living.”


Nanjing, 2017
Zanzabela

****
Terima kasih sudah berkunjung.
Instagram: zanza_bela

0 comments:

Post a Comment