Awal mula menggeluti bidang jurnalistik, dimulai saat aku duduk di bangku SMP dan berlanjut di SMA. Karena memiliki kesenangan dalam bidang tulis menulis, ku tuangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya Karya Tulis Ilmiah. Dan kebetulan waktu SMA, ada salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menurutku sangat memorable. Yaitu tugas untuk mengadakan praktik talkshow dimana kami dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok akan dibagi perannya. Dan kelompokku menunjukku sebagai host sedangkan temanku lainnya berperan sebagai narasumber. Mulaikah kami berdiskusi tentang topik, membuat pertanyaan, menyusun jawaban narasumber, aku pun menyusun scriptku dengan kemampuan ala kadarku. Haha..
Ternyata diam-diam, guruku, bu Tatik, memperlombakan performa tiap kelompok dengan kelompok antar kelas lain. Angkatanku waktu itu itu terdiri dari 3 kelas jurusan IPA dan 4 kelas jurusan IPS. Per kelas bisa saja terdiri dari 3-4 kelompok. Setelah masa tugas selesai, seluruh kelompok sudah tampil, guruku mengumumkan host terbaik dari seluruh kelas. Dan ternyata, akulah yang dianggap memberikan performa terbaik. Dari sejak saat itu, melakukan presentasi atau berbicara di depan umum tidak lagi hanya sebuah syarat belajar mengajar di kelas, tapi bagiku udah seperti hobi dan passion. Aku mencoba mencari kesempatan entah melalui lomba, forum, pertemuan rapat organisasi atau lainnya untuk menyalurkan hobiku berbicara. Bahkan diam-diam aku mulai mencari-cari topik apa yang harus aku sampaikan di depan forum.
Menulis dan berbicara, bagiku hal yang menyenangkan. Walaupun saat itu belum mempelajari ilmu khususnya. Ya, hanya berbekal pelajaran bahasa Indonesia dan tugas sekolah, tapi lumayan untuk menumbuhkan kecintaanku terhadap dua hal ini.
Saat duduk di kelas 2 SMA, aku mengikuti sebuah kompetisi pemilihan duta wisata Kakang Mbakyu Trenggalek. Dan akhirnya membuatku memiliki banyaj teman baru yang berasal dari sekolah lain bahkan ada yang sudah mahasiswa. Saat bertemu, kami berdiskusi banyak hal termasuk salah satunya tentang majalah sekolah. Saya yang waktu itu sebagai anggota MPK, juga akhirnya baru sadar bahwa di sekolah kami belum ada majalah sekolah sebagai ruang sarana ekspresi pelajar dan ruang apresiasi. Saat pertemuan rutin OSIS-MPK, aku mulai membahas tentang majalah sekolah. Dan temanku bernawa Wahyu Fajar Bahari, dia ketua divisi publikasi OSIS menyepakati usulanku tersebut. Dan mulailah kami menyusun anggota, membagi tugas, berkonsultasi dengan guru pembina, mencari narasumber, menyusun rubrik, hingga menyusun layout majalah.
Nah disinilah bidang jurnalistikku mulai lebih diasah. Tak hanya sekedar teori, tetapi langsung praktik sembari menulis banyak artikel dan sumber wawancara kemudian dimuat di majalah sekolah yang kami beri nama paperMagz. Menjadi tantangan baru ketika bisa berburu berita, meliput acara, melakukan investigasi, berkenalan dengan orang baru dan banyak hal menyenangkan lainnya.
Berlanjut saat kuliah, ternyata dua kesenanganku ini tetap istiqomah ku lakukan. Awalnya aku kira hanya hobi sesaat, ya kan pelajar labil ya. Hehehe.. Aku kira setelah lukus SMA, aku nggak akan hobi menulis atau berbicara lagi. Ternyata salah! Aku masih konsisten melakukannya bahkan aku mendapat banyak info lomba yang mengedepankan 2 hobiku itu. Bonusnya, di setiap lomba itu, keterampilan public speakingku kian meningkat. Sampai pada akhirnya, ketika menang suatu lomba, aku ditawari salah satu TV lokal di Surabaya untuk menjadi penyiar dan ikut casting.
Sampai akhirnya menjadi penyiar, reporter dan ternyata tugasku tidak hanya bersiaran di studio tetapi juga melakukan reportase dan menulis berita hasil liputan. Wah.. jadi flashback pengalaman sebagai crew majalah sekolah saat SMA.
Setelah 4 tahun sebagai insan media, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti UKW atau Uji Kompetensi Wartawan. Sebelum pelaksanaan ujian tatap muka, kami wajib mengikuti pembekalan dan pra asesmen secara daring. Termasuk kami diingatkan kembali mengenai Undang Undang dan Peraturan yang mengatur Pers dan Jurnalis di Indonesia oleh Bu Ninik Rahayu dari Dewan Pers. Dilanjutkan dengan materi-materi lainnya.
Baca juga lanjutan part 2 ya untuk pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan 2023.
0 comments:
Post a Comment