10/10/18

Relasi Fenomena 'Kue Artis' dengan Gaya Hidup


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, oleh-oleh diartikan sebagai buah tangan atau sesuatu yang dibawa dari bepergian. Salah satu buah tangan yang dipilih selain berupa souvenir adalah makanan atau jajanan khas daerah. Namun seiring dengan perkembangan bisnis kuliner saat ini, muncul fenomena oleh-oleh kekinian. Bisnis ini diinisiasi oleh artis atau public figure. Dalam kajian kebudayaan, perilaku para pemilik usaha kue dari kalangan artis ini menawarkan konsep bisnis kue kekinian. Terlebih dengan perilaku masyarakat modern yang melakukan konsumsi tidak hanya terpaku pada pemenuhan kebutuhan fungsional saja, tetapi juga menunjukkan identitas diri dengan benda-benda yang dikonsumsi termasuk juga dalam hal ini pemilihan makanan sebagai oleh-oleh.

Pemilihan jenis oleh-oleh dulunya melihat sesuatu yang khas dari tempat atau daerah yang dikunjungi. Oleh-oleh pada taraf pemenuhan fungsional sebagai buah tangan dari tempat bepergian dirasa cukup dengan membeli di toko-toko lokal. Namun pada saat ini ada perilaku konsumen yang sengaja memilih oleh-oleh dengan alasan tertentu. Seperti alasan adanya unsur ngetren, kekinian, hits, tidak ketinggalan jaman, kesan berkelas yang kemudian merujuk pada pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat modern. Pemilihan alasan tersebut sudah melebihi fungsi oleh-oleh sebagai buah tangan dari bepergian. Hal ini menegaskan kebiasaan masyarakat konsumtif yang melakukan kegiatan konsumsi tidak lagi berlandaskan kebutuhan dasar manusia. Pemilihan dan alasan kemudian merujuk pada perilaku yang berorientasi untuk menarik perhatian, menunjukkan identitas diri sehingga dapat dikatakan sebagai gaya hidup. Keinginan seseorang untuk berperilaku konsumsi dan akhirnya menentukan pilihan-pilihannya dipengaruhi oleh gaya hidup (Kasali, 1998).

Jika dikaitkan dengan teori masyarakat konsumsi yang dikemukakan oleh Jean Paul Baudrillard yaitu konsep pergeseran orientasi konsumsi masyarakat dari yang semula berbasis kebutuhan hidup (needs) menjadi gaya hidup (life style). Masyarakat modern lebih terpaku kepada konsumsi simbol dibanding nilai kegunaan. Akibatnya, orang lebih memilih produk kue ‘kekinian’ (yang ini sudah berisi unsur nilai gaya hidup) daripada membeli kue lokal atau dari bakery biasa. Pada fenomena kue selebriti sebagai oleh-oleh kekinian ini tidak terlepas dari penanaman konstruksi kesadaran masyarakat bahwa oleh-oleh kekinian adalah berupa kue dan merupakan produk bisnis yang diinisiasi oleh artis, tidak ketinggalan jaman dan sedang ngetren atau kekinian. Kehadiran beberapa bisnis kue di berbagai daerah di Indonesia yang diinisiasi oleh kalangan selebriti telah menjadi komoditas baru yang berhasil masuk dalam persaingan bisnis kuliner modern. Cara iklan dan promosi yang gencar dengan bahasa dan desain yang menarik adalah strategi untuk menarik pelanggan. Selain itu, nama besar selebriti juga menjadi komoditas pula yang turut menyumbang keberhasilan dalam strategi pemasaran dan penjualan.


Referensi :
Baudrillard, J. 1998. The Consumer Society. London: Sage Publication Ltd
Chaney, D. 1996. Lifestyles Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra
Featherstone, M. 2001. Postmodernisme & Budaya Konsumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Pertiwi, G. I. 2015. Perilaku Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup. Malang: Universitas Brawijaya
Soedjatmiko, H. 2008. Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup. Yogyakarta: Jalasutra
Suyanto, B. 2014. Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Post-Modernisme. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Terima kasih sudah mampir.

(Admin/Zan)

0 comments:

Post a Comment