Rasanya sudah tidak ingat kapan pertama kali saya mengenal istilah mentor dan mentorship. Tapi yang pasti, bukan saat sekolah menengah. Hehehe.. rasa-rasanya zaman sekolah saya terbilang 'kolot' ya. Saat itu akses informasi masih belum sebebas sekarang. Bahkan untuk mengikuti kompetisi saja, saya hanya mengandalkan mading sekolah dan informasi dari guru matpel sebagai satu-satunya sumber informasi yang aktual dan terpercaya *dih. Tahunya ya hanya lomba karya tulis, lomba MIPA, olimpiade sains, lomba tari, lomba musik, pernah dulu sesekali mendapat informasi tentang lomba fotografi memakai ponsel.
Bahkan kalau ditarik mundur lagi saat saya di jenjang menengah pertama, paling jauh ikut kegiatan non-akademis ya waktu Bahana Bintang Corps (grup drumband di SMPN 1 Trenggalek) diundang untuk tampil parade senja di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Saat itu dalam rangka penurunan bendera merah putih 17 Agustus (semoga tidak salah ingat). Sudah itu paling beken lah. Sebagai pelajar yang merasa tidak terlalu menonjol di bidang akademis, ya sudah pesimis kalau harus ikut olimpiade sains, matematika, dan sejenisnya. Dan saya pun tidak memiliki talenta seni apalagi olahraga. Lengkap sudah ke-kolot-an saya semasa sekolah. Tapi beruntung kegemaran saya bersosialisasi dan berorganisasi sejak SMP membuat saya tidak "sepi" pengalaman. Ya minimal pernah jadi sekretaris OSIS, pernah jadi panitia pensi, baksos, panitia MOS dan OSPEK, oiya pernah dapat gelar kakak OSIS tergalak gaiss.. Sudah lah, saya iyain saja memang saya ini galak seperti macan. Hehehe. Dan ke-kolot-an saya masih berlanjut sampai SMA. Bahkan saat kelas 1 saya tidak mengikuti organisasi apapun, kecuali ekstrakurikuler Pramuka (karna wajib). Meskipun peringkat pertama di kelas, ternyata tidak membuat girang tuh. Kerinduan saya akan hiruk pikuk organisasi akhirnya membuat saya ingin terjun ke organisasi sekolah lagi. Tidak terduga malah teman-teman mempercayakan saya sebagai kandidat calon ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas, semoga tidak salah ingat singkatannya *cmiiw). Namun karena alasan sejak kelas 1 saya tidak mengikuti organisasi apapun di sekolah, akhirnya meskipun hasil voting sayalah pemenang suara terbanyak, tetap saja tidak bisa menjadi ketua MPK dan saat itu saya menjadi sekretaris MPK (semoga tidak salah ingat juga hehehe). Selain itu, saat kelas 2 SMA saya bersama teman-teman "nekat" menginisiasi adanya majalah sekolah dan mendirikan TKMS (Tim Kreatif Majalah Sekolah) bernama paperMagz, terbit selama 1 semester 1x. Sampai edisi ke-3 saya ikut mengawal penerbitan majalah tersebut.
Menginjak di kelas 3 dan menjelang kelulusan, seperti dilema pada umumnya yaitu menentukan jurusan kuliah. Hmm... karna ke-kolot-anku masih saja berlanjut hingga lulus, lagi-lagi tak banyak informasi mengenai program studi atau pun mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan.
"Emang nggak ada konseling?"
Ada!!!! Tapi ya begitulah. Sepertinya zaman dulu aku sangat kuper. Tidak melek teknologi untuk akses informasi, nggak ada juga yang ngarahin. Karena mungkin aku terlalu manja ya, apa-apa diarahkan. Waktu itu aku hanya menyadari bahwa aku suka berorganisasi, suka 'ngomong', suka nulis, suka wawancara orang (karena terbawa pengalaman jadi tim majalah sekolah), suka cari sponsor, dan suka jadi panitia kegiatan. Sudah. Tapi aku tidak tahu apakah kesukaanku ini bisa mengantarkanku untuk bekal memilih jurusan kuliah, apakah bisa ditekuni, dan apakah bisa menjadi pekerjaan di masa depanku nanti.
Satu-satunya cara memilih jurusan kuliah dan kampus saat itu, aku disuruh melihat passing grade dan ada/tidaknya alumni di kampus tersebut. Sudah itu saja. Istilah passion saja baru pertama kali aku kenal saat sudah menjadi mahasiswa. Telat banget ye kan? Terlebih latar pendidikan S1 ku tidak seiring dengan aktivitas yang menjadi kegemaranku, bahkan studi S2 ku bahkan juga pekerjaanku. Apa aku salah jurusan? Ah, sudah segini saja curhatnya. Nah di usia sekarang ini saya mulai merefleksi diri, mungkin karena dulu saya tidak cukup banyak mengakses informasi dan tidak ada rekan yang 'membimbing'. Jadi sejak sekolah menengah saya tidak mengenal betul apa passion saya atau apa yang bisa saya lakukan dengan kegemaran saya atau mau 'jadi apa' saya ini nanti kalau sudah dewasa.
Ingatan akan kisah di atas, muncul seketika saat membaca pengumuman kegiatan Inspireaction yang diadakan oleh organisasi non-profit bernama Siswa Foundation. Seperti terhirin-hirin, "dulu aku kok nggak pernah dapat kegiatan beginian ya". Hehehe. Dan ternyata saat itu bersamaan dengan pembukaan pendaftaran mentorship Inspireaction. Setelah membaca latar belakang kegiatan, tujuan dan persyaratan mentor, akhirnya saya mencoba mendaftar. Hal yang paling membuat saya tertarik dari program ini adalah memberikan ruang seluas-luasnya untuk siapapun yang ingin berbagi pengalaman dan kisah perjalanan hidupnya, terutama yang berkaitan dengan proses menemukan passion dan self improvement. Karena para mentee Inspireaction merupakan orang-orang yang membutuhkan teman sekaligus pembimbing yang bisa mendengar cerita, mimpi, cita-cita mereka bahkan juga bisa membimbing bagaimana baiknya mentee ini memulai perjalanannya untuk berproses.
Saya hanya berpikir, mungkin saja mereka ini seperti saya di masa lalu. Yang tidak tahu kemana harus mencari teman bercerita, bagaimana menggali hal-hal di dalam diri saya bahkan sekedar untuk menemukan passion, sekalipun saat itu saya berhasil menemukan passion saya, saya juga tidak yakin bisa sendirian menemukan peta dan step by step untuk menuju cita-cita bersama 'passion' saya.
Waktu itu saya berpikir, "saya ingin menjadi bagian circle yang positif untuk para mentee jika memang terpilih". Ya, siapa tahu para mentee ini sudah lelah dengan lingkungan yang barangkali tidak mendukung mereka memaksimalkan potensi atau mendalami passion mereka. Atau lebih ekstrimnya, mungkin mereka sudah 'cukup' diremehkan. Sehingga mereka perlu sosok seseorang yang percaya akan potensi mereka dan mungkin memberi referensi akan jalan apa yang bisa mereka tempuh untuk berproses. Seperti apa yang disampaikan Oprah Winfrey, "A mentor is someone to allows you to see the hope inside yourself".
Tahapan pendaftaran sebenarnya tidak terlalu rumit. Cukup melengkapi berkas pendaftaran meliputi form pendaftaran, daftar riwayat terbaru (CV) dan menjawab pertanyaan uraian. Meski begitu pertanyaan uraian sepertinya menjadi bobot tertinggi yang menentukan langkah kalian berikutnya apakah lolos ke tahap interview atau tidak. Kalau diingat-ingat, saya seolah seperti curhat ketika mengisi jawaban uraian pada form pendaftaran. Pertanyaannya meliputi :
- Apa yang anda ketahui tentang mentor dan mentorship?
- Ceritakan secara singkat tentang diri anda!
- Mengapa anda mendaftar di program Inspireaction?
- Apa yang anda harapkan dari program Inspireaction?
Setelah mendaftar, pada tanggal 20 Juni 2020 saya dihubungi oleh panitia Siswa Foundation dan dinyatakan lolos seleksi berkas. Kemudian tahap selanjutnya adalah tahap interview melalui Google Meet yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2020 pukul 13.00 WIB.
Muka tegang saat wawancara. Masih sempat ya nyulik moment buat capturescreen. Hahaha. |
Deg degan?
Ya pasti dong! Tapi hari itu lebih sedikit santai daripada sesi interview lainnya. Seperti merasa lebih siap, dan yang terpenting tidak ada drama gangguan teknis seperti pengalaman beberapa waktu lalu menjalani interview secara virtual. Karena lebih sedikit santai, meskipun tetap deg degan, akhirnya merasa menjawab pertanyaan pewawancara dengan lebih rileks.
Seperti biasa, wawancara dimulai dengan perkenalan diri, menceritakan pengalaman dan seputar diri sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Inspireaction itu sendiri, jadi pastikan teman-teman sudah membaca dan mempelajari mengenai latar belakang program ya. Selain itu coba kalian baca-baca lagi uraian saat menjawap pertanyaan di form pendaftaran. Untuk mengingat kembali apa yang telah kalian tulis. Dan pertanyaannya mengalir, mengenai skala prioritas, membagi waktu, men-treatment para mentee, dan lain-lain.
Selesai interview, dan waktunya pasrah atas semua keputusan. 15 mentor terpilih diumumkan pada tanggal 25 Juni 2020.
Saat hari H, dapat pemberitahuan melalui Whatsapp bahwa dari 182 pendaftar se-Indonesia, saya menjadi salah satu diantara 15 mentor terpilih. Awalnya aku kira prank, karena nomor yang mengirim pemberitahuan lolos berbeda dengan nomor yang awalnya menghubungi untuk jadwal interview. Tetapi setelah ditelusuri, ternyata beneran dari Inspireaction Siswa Foundation.
Setelah diumumkan dan dipublikasikan di media sosial Siswa Foundation, seluruh mentor wajib mengikuti pembekalan yang sudah dijadwalkan oleh Siswa Foundation. Harapannya, 15 mentor yang terpilih nantinya bisa lebih optimal menjalankan perannya sebagai mentor dan bisa membantu para mentee.
Dan hari ini (1/7) adalah pembekalan hari pertama bersama Ibu Susanti Agustina. Seorang founder komunitas Biblioterapi Indonesia, dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan UPI Bandung, Ph.D Candidate UTM Malaysia dan seorang penulis yang sangat berpengalaman.
Materinya mengenai STIFIn. Ini kali pertama saya mengenal STIFIn. Ternyata langkah untuk menemukan passion atau mengenali diri sendiri untuk menuju profesi, ada tools-nya. STIFIn merupakan sebuah pengembangan profesi yang bertujuan untuk memudahkan dapam menemukan profesi yang paling sesuai. Sekaligus memberikan arahan untuk bisa berhasil di profesi tersebut sesuai dengan bakat alami.
Dan apa yang saya yakini mengenai passion selama ini ternyata juga dibenarkan dalam STIFIn tersebut. Profesi pilihan = Talent + Passion. Sedangkan passion merupakan hasrat yang menggebu-gebu untuk melakukan sesuatu hingga all-out, jangka panjang dan tidak bisa digantikan dengan hal yang lain.
Ah, penjelasannya panjang ya kalau diketik. Hehehe... Beruntung sekali, alhamdulillah. Belajar terus, terus belajar.
Setelah ini pun masih akan berlanjut ke pembekalan kedua dan seterusnya.
Beruntung dan senang sekali bisa mengenal 14 orang hebat dan berpengalaman di bidang masing-masing, terlebih materi pembekalannya yang sangat menarik. Terima kasih Siswa Foundation.
Oiya bagi kalian yang ingin mendaftar menjadi peserta mentorhsip atau mentee, bisa cek di instagram @siswafoundation ya.
(Adm/Zan)
0 comments:
Post a Comment