|
Simposium ISS 1.0 |
Halo pejuang pandemi! *aseekkk
Ceileee pejuang pandemi. Karna sudah begitu sesak dengan berita-berita menyeramkan tentang covid-19, mencoba melawan arus berita-berita itu dengan hal lain. Meskipun produktifitas agak terganggu karna anjuran mengurangi mobilitas untuk mematuhi protokol kesehatan, tetapi jangan kemudian membiarkan waktu berlalu sia-sia ya teman-teman. Mari bersama-sama menjadi pemenang melawan pandemi ini. Bukan hanya menang karena patuh prokes tapi juga tetap mengisi diri dengan aktivitas positif bahkan meningkatkan keterampilan diri. Dan thanks to instagram! Karena berkat algoritma instagram yang membaca keyword apa yang tiap pengguna cari dan sukai, instagram mempertemukanku dengan event kece ini. Yaps, nama kegiatannya adalah Indonesia SDG's Summit 1.0 dengan tema Strengthening Youth’s Action for 2030 Agenda on Sustainable Development Goals.
Dalam simposium ini ada 4 tema yang akan fokus dibahas dan juga menjadi topik esai bagi peserta simposium yang ingin mengirimkan hasil pemikirannya tentang SDG's. Empat tema tersebut adalah (3)Kehidupan Sehat dan Sejahtera, (4) Pendidikan Berkualitas, (5)Kesetaraan Gender, dan (8)Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Mungkin di penyelenggaraan 2.0 berikutnya akan mengangkat tema SDG's yang lain. Nah kalian ada kesempatan untuk ikut simposium ISS jika memang berminat. Bisa mulai disiapkan esainya mulai sekarang.
Pengenalan Tujuan SDGs ke 3, 4, 5, dan 8 :
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2020 mencapai 10,19%. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kehidupan sehat dan sejahtera di Indonesia belum tercapai. Untuk mencapai target tersebut, fokus yang dibicarakan meliputi gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.
Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas
Pendidikan di Indonesia belum memiliki kualitas yang baik. Hal ini diperkuat oleh data laporan PISA 2015 yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, Indonesia menduduki peringkat 62. Dua tahun sebelumnya yakni pada PISA 2013, Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah atau peringkat 71. Tujuan pendidikan pun yang akan menjadi tumpuan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030 guna meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia perlu ditinjau kembali melalui aspek rasio siswa, pendidik, sarana dan prasarana.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini tercermin dari indeks kesetaraan gender yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia berada pada peringkat 103 dari 162 negara atau terendah ketiga se-ASEAN. Data tersebut menunjukkan bahwa perempuan masih tertinggal di belakang laki-laki. Untuk itu, diperlukan strategi yang efektif untuk memberdayakan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik melalui organisasi, media, dan dunia usaha dengan bantuan seluruh pihak agar kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat tercapai.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan penelitian perbudakan global modern atau Global Slavery Index tahun 2014 Indonesia menempati peringkat 8 dari 167 negara tertinggi di dunia. Indonesia masih mempekerjakan masyarakat tanpa memberikan hak-haknya, termasuk ke dalam perbudakan modern. Untuk itu diperlukan strategi efektif guna menanggulangi masalah tersebut yaitu penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan tata kelola administrasi ketenagakerjaan, dan perlindungan sosial. Penciptaan kesempatan kerja sebagai pusat dari pembuatan kebijakan ekonomi dan rencana pembangunan, tidak hanya akan menghasilkan peluang kerja yang layak namun juga pertumbuhan yang lebih kuat, inklusif dan dapat mengurangi kemiskinan.
Dari ke-4 tema di atas, kebetulan aku memilih tema 4 yaitu Pendidikan Berkualitas sebagai topik esai. Untuk ketentuan penulisan esai adalah menggunakan font Times New Roman ukuran 12 dan spasi 1,5 . Sedangkan struktur esai meliputi judul, analisa isu, faktor penyebab dan ide inovatif serta ditulis maksimal sebanyak 3 halaman (tidak termasuk lembar referensi).
Memang syarat pengumpulan esai ini opsional (tidak wajib). Namun bagi peserta yang mengumpulkan esai pun ternyata tidak semua akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan tulisannya pada simposium ISS tersebut (aku pun baru tahu setelah panitia mengumumkan hasil esai yang lolos seleksi). Sejujurnya aku merasa sangat kurang maksimal dalam mengerjakan esainya. Aku hanya menuntaskan selama 10 jam saja di hari terakhir pengumpulan esai karena hari-hari sebelumnya masih harus menyelesaikan pekerjaan di luar kota. Teman-teman yang ingin membaca dan mungkin memberi masukan positif, bisa cek esaiku di sini ya. Nah meski awalnya insecure banget banget, namun surprise ketika pengumuman seleksi esai hari ini. Dari sekitar 80 esai yang dikirimkan ke simposium, hanya 39 peserta ini yang berkesempatan untuk presentasi.
|
Hasil Seleksi Esai ISS 1.0 |
Ada pelajar sekolah menengah juga. Waaa... jadi flashback, dulu waktu aku SMA masih merasa cobaan terberat hidup adalah PR matematika. Hahaha.. sama sekali nggak kepikiran untuk ikut simposium seperti ini :") inginku membayar waktu yang berlalu sia-sia tanpa pengalaman bermakna. Huhuhu.. Tapi mari lanjutkan hidup dan manfaatkan kesempatan selagi "sempat". Beruntung juga pandemi ini membuat pekerjaan tidak sepadat biasanya, sehingga punya cukup waktu untuk mengikuti kegiatan simposium seperti ini.
Oiya, acaranya masih akan berlangsung tanggal 3 dan 4 Juli 2021 besok. Untuk teman-teman yang ingin tahu informasi lainnya atau ingin ikut di ISS 2.0 bisa baca di situs sdgsummit.id atau follow akun instagram ISS di @sdgsummit.id :)
Jika rekan-rekan pembaca ada yang ingin ditanyakan namun sifatnya aku bukan sebagai panitia ya, tapi peserta jadi aku sebatas sharing pengalaman aja. Boleh DM aku di instagram @zanza_bela.
Terima kasih sudah mampir.
(Adm/Zan)
0 comments:
Post a Comment