Halo hunters! Bagaimana kabarnya? Masih semangat meraih impian menjelang pertengahan tahun 2020 ini? Ada yang punya impian lolos seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN)?
Kalau kalian ketika Pertukaran Pemuda Antar Negara, insyaallah referensinya sudah banyak banget. Untuk di Jawa Timur, panitia seleksi PPAN adalah Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Jawa Timur. Tentu dengan naungan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Timur.
Nah tahun 2020, mereka kembali membuka pendaftaran. Syarat dan ketentuan bisa dicek di instagram @pcmijatim atau www.pcmijatim.org. Saran sih, kalau daftar persiapannya jangan mepet ya. Karena form pendaftaran PPAN meskipun bisa kalian kerjakan sambil tiduran, tetap membutuhkan pemikiran yang matang. Karena ada semacam esai assignment (topik tiap tahun berbeda-beda) dan portofolio social project yang harus disusun dengan ketentuan maksimal 250 kata.
Kadang mau mulai nulis esai, nggak ada inspirasi sama sekali. Tapi begitu sudah cliiing ada inspirasi, ngetik terus sampai lebih dari 250 kata. Sampai bingung harus dirangkum kayak gimana. Wkwk. Itulah sensasi menulis esai. Ngangeni. Selain mengerjakan esai, ada beberapa dokumen/berkas yang juga harus diunggah seperti form pendaftaran, KTP, piagam/sertifikat prestasi, dan sertifikat TOEFL/tes kemampuan bahasa inggris sejenis.
Oiya, nggak ada salahnya kalau kalian meminta bantuan sahabat, kakak, dosen atau orang kepercayaan kalian untuk membaca esai kamu. Kalau ada masukan dan saran dari mereka, justru akan membantu penyempurnaan esai. Karena kalau esai hanya dikoreksi oleh penulis sendiri, takutnya terlalu subjektif dan takutnya justru sulit dipahami oleh pembaca. Apalagi semua esai ditulis dalam bahasa inggris.
Setelah semua esai dan dokumen disubmit. Tinggal menanti pengumuman siapa yang lolos di tahap selanjutnya dan mengikuti tes TPA dan bahasa inggris. Karena di tengah pandemi, maka tes tersebut diselenggarakan secara daring.
Satu kata yang aku rasakan saat mengerjakan soal tes, spaneng! Hehe. Yang penting sudah berusaha maksimal. Soal hasil serahkan pada Allah SWT.
Beberapa hari berlalu, tibalah saat pengumuman siapa saja peserta yang akan melanjutkan ke tahap interview dan LGD. Dan alhamdulillah nama saya tertulis sebagai peserta cadangan. Artinya adalah saya baru bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya ketika ada peserta utama yang mengundurkan diri. Tapi, ini kompetisi prestisius dan saya kira tidak akan ada yang mengundurkan diri. Mengingat mengerjakan esai dan tes tertulisnya saja susah payah, ketika dinyatakan lolos sepertinya tidak mungkin mengundurkan diri kecuali hal urgent.
Pengumuman peserta Cadangan (Putri) |
Dalam hati sudah tidak terlalu berharap karena tak kunjung ada pemberitahuan di instagram terkait pergantian peserta utama. Jadi, ah ya sudahlah. Dan, tepat sesuai dugaan.
Langsung putar lagunya Bondan.
"ketika mimpimu tak begitu indah, tak pernah terwujud, ya sudahlah".
Rasa-rasanya ini berkat sholat dhuha.
Sesi interview menggunakan Google Meet |
Cerita tahap interview hari ini cukup menegangkan. Dan memang bukan pertanyaan salah-benar. Semua pertanyaan bersifat "apa adanya" diri sendiri. Saya masih ingat kata-kata salah satu panitia PPAN saat tahun 2016 atau 2017 (agak lupa) saya mengikuti seleksi, "kalau misal dalam tahap ini kalian tidak lolos, itu bukan jawaban kalian salah tetapi 'mungkin' karena warna karakter peserta bukan warna untuk kriteria PPAN".
"Apa saja yang ditanyakan dalam rangkaian seleksi wawancara?"
Ada 5 dewan juri yang akan mewawancarai peserta dan masing-masing memiliki topik pertanyaan yang berbeda-beda. Ada yang secara khusus mewawancarai social project kita, ada yang khusus wawancara mengenai budaya dan pariwisata bahkan peserta diminta untuk menunjukkan salah satu talenta seni budaya/lainnya. Selain itu ada juri yang akan bertanya mengenai pengalaman kita, jangan lupa untuk membaca lagi CV kalian supaya ingat apa saja yang kalian tulis di CV. Jangan sampai kalian lupa dengan organisasi atau pengalaman kalian kegiatan yang kalian tulis. Hehe... Dan ada yang bertanya mengenai visi diri, kepribadian bahkan wawasan umum dan isu-isu tertentu. Secara tidak terduga saya juga diwawancarai mengenai makna ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Langsung ingat cerita guru SD ku yang dulu sering menyebutkan filosofi semboyan Ki Hajar Dewantara tersebut. Oh ada satu lagi dewan juri yang mewawancarai kita guna menguji kemampuan bahasa inggris kita.
Setelah rangkaian tahap interview usai, seluruh peserta akan dibagi menjadi beberapa grup untuk tahap LGD (Leaderless Group Discussion) yang dikemas seperti talkshow Mata Najwa. Jadi akan ada narasumber-narasumber yang saling memberikan pendapat/respon/tanggapan terkait topik tertentu. Masing-masing grup pun akan membahas topik yang berbeda-beda dan topik tersebut telah dikirimkan ke peserta melalui surel sekitar 2-3 hari sebelum hari H. Kebetulan kelompok saya mendapatkan topik mengenai "Aktivitas Perikanan Illegal". Wew..
Dalam hati, ini beneran topik yang diluar dugaan sih. Hehehe...
Sesi LGD semakin mendebarkan ketika nanti kita akan dibagi menjadi beberapa peran seperti peran pemerintah, LSM, aktivis, pakar kebijakan publik, dan lain-lain. Dan possibility role play kelompok saya dengan topik tentang aktivitas perikanan illegal tersebut terdiri dari 6 yaitu peran sebagai nelayan, aktivis, pakar hukum, pengamat kebijakan publik, United Nations Convention On The Law of Sea (UNCLOS) dan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Piye, serem ra? (Gimana, serem nggak)
Eits.. ini masih possibility role ya. Karena saat hari LGD tiba, kita baru mengetahui kita akan mendapatkan peran apa. Jadi meskipun topik LGD sudah diberikan beberapa hari sebelumnya, tetap deg degan karena harus mempelajari topik dengan kemungkinan role play yang akan didapat nanti. Nah kemampuan riset disini sangat penting guna mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi dan wawasan berdasar peran-peran di atas. Pendapat akan solusi illegal fishing misal contoh terkait rencana KKP untuk ekspor benur / bayi lobster antara peran aktivis, KKP dengan pakar kebijakan publik tentu berbeda dong.
Maka dari itu, SEMANGAT!
Udah nggak bisa bilang apapun. Bissmillah ya. Hehehe :)
Poin-poin penilaian untuk LGD meliputi :
- Kemampuan riset
- Kemampuan menyampaikan pendapat
- Kemampuan mendengarkan pendapat orang lain
Hari LGD pun tiba. Lima menit sebelum sesi dimulai, kami diberikan masing-masing peran yang akan dijalankan saat sesi LGD berlangsung. Dan saya kebetulan mendapat peran sebagai pengamat kebijakan publik. Di 20 menit awal LGD, saya merasa tidak fokus, gupuh dan tidak bisa menyimak paparan diskusi teman-teman. Hal itu dikarenakan microphone headset saya tidak berfungsi dan terpaksa harus merestart google chrome. Entah sudah berapa hal yang saya lewatkan. Ketika giliran saya berbicara, saya pun tidak yakin apakah 'nyambung' dengan pembicaraan sebelum-sebelumnya mengingat 20 menit saya melewatkan sesi tersebut. Fiuh. Padahal saat sesi interview, tidak ada masalah dengan microphone saya, semua berjalan lancar secara teknis.
Benar kata guru saya, "wong apes ki ora bejo". Lawas mbak.
Bukan hanya perihal teknis, laptop saya juga mengalami lag dan sangat lambat. Bahkan video peserta ketika sesi pemaparan saja macet-macet agak freeze. Sedangkan durasi diskusi terus berlanjut. Mau teriak juga nggak mungkin. Benar-benar berada di situasi yang tidak proper untuk menjalani sesi LGD.
Memang penting teman-teman untuk membentuk mental supaya tidak gupuhan. Supaya bisa tetap mengontrol diri dan emosi saat ada kejadian tidak terduga melanda.
Diskusi sebenarnya berjalan dengan sangat santai, padat dan masing-masing bisa memberikan opini sesuai sudut pandang dari peran masing-masing. Tapi secara pribadi, saya sudah kehilangan setengah fokus akibat kendala teknis dari microphone saya. Sepertinya memang belum rezeki.
Benar kata guru saya, "wong apes ki ora bejo". Lawas mbak.
Bukan hanya perihal teknis, laptop saya juga mengalami lag dan sangat lambat. Bahkan video peserta ketika sesi pemaparan saja macet-macet agak freeze. Sedangkan durasi diskusi terus berlanjut. Mau teriak juga nggak mungkin. Benar-benar berada di situasi yang tidak proper untuk menjalani sesi LGD.
Memang penting teman-teman untuk membentuk mental supaya tidak gupuhan. Supaya bisa tetap mengontrol diri dan emosi saat ada kejadian tidak terduga melanda.
Diskusi sebenarnya berjalan dengan sangat santai, padat dan masing-masing bisa memberikan opini sesuai sudut pandang dari peran masing-masing. Tapi secara pribadi, saya sudah kehilangan setengah fokus akibat kendala teknis dari microphone saya. Sepertinya memang belum rezeki.
Ya sudahlah. Sampai tahap ini pun sudah pengalaman yang luar biasa.
Setidaknya, pengalaman selama seleksi bisa saya bagikan kepada teman-teman Maestria. Nggak seru kan kalau yang diposting hanya yang berhasil aja, sesekali yang gagal juga perlu. Untuk catatan hidup dan belajar dari pengalaman.
Semangat buat kamu yang juga sedang berjuang!
Terima kasih sudah mampir.
(Admin/Zan)
0 comments:
Post a Comment